Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Faktor Risiko yang Ada Sebelum Kehamilan

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Faktor Risiko yang Ada Sebelum Kehamilan

Faktor Risiko yang Ada Sebelum Kehamilan

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki keadaan yang menyebabkan meningkatnya risiko gangguan selama kehamilan, misalnya keadaan karakter fisik dan sosial tertentu pada wanita, gangguan pada kehamilan sebelumnya, serta gangguan tertentu yang telah dimiliki.


Penyebab Faktor risiko yang ada sebelum kehamilan

Karakter Fisik

Usia, berat badan, dan tinggi badan wanita mempengaruhi besarnya risiko kehamilan. Anak perempuan berusia 15 tahun atau kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau bayi kurang gizi.

Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi,diabetes atau fibroid di dalam rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan. Diatas usia 35 tahun, resiko memiliki bayi dengan kelainan kromosom (misalnyasindroma Down) semakin meningkat. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.

Seorang wanita yang pada saat tidak hamil memiliki berat badan kurang dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari usia kehamilan (KMKkecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan selama kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat sampai 30%. Sebaliknya, seorang wanita gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.

Seorang wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,5 meter, lebih mungkin memiliki panggul yang sempit sehingga dapat menyebabkan kesulitan dalam persalinan. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.

Kelainan struktur organ reproduksi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya keguguran, misalnya rahim ganda atau inkompetensi leher rahim sehingga cenderung untuk melebar seiring dengan pertumbuhan janin.

Karakter Sosial

Wanita yang hamil di luar nikah atau berada pada kelompok sosial ekonomi yang rendah dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan selama kehamilan. Penyebabnya sendiri tidak jelas, tetapi kemungkinan berhubungan dengan kondisi lain yang ada, misalnya wanita hamil dengan karakter sosial seperti ini lebih mungkin untuk merokok, kurang mengkonsumsi makanan yang sehat, serta kurang memperoleh perawatan medis yang tepat.

Masalah Pada Kehamilan Sebelumnya

Ketika seorang wanita mengalami masalah pada kehamilan yang pertama, mereka lebih mungkin untuk mengalami masalah (seringkali masalah yang sama) pada kehamilan berikutnya, misalnya bayi prematur, bayi dengan berat badan yang kurang, bayi dengan cacat bawaan, keguguran, bayi postmatur (lahir setelah usia kehamilan 42 minggu), ketidakcocokan Rh yang membutuhkan transfusi darah ke janin, atau persalinan dengan operasi caesar.

Seorang wanita bisa memiliki kondisi-kondisi yang cenderung membuat suatu masalah yang sama berulang kembali, misalnya wanita dengan diabetes lebih mungkin untuk memiliki bayi yang berat badannya lebih dari 5 kg ketika lahir.

Wanita yang memiliki anak dengan gangguan genetik atau cacat bawaan lebih mungkin untuk mengalami masalah yang serupa pada kehamilan berikutnya. Untuk itu dapat diupayakan pemeriksaan genetik pada bayi dan kedua orangtua sebelum kehamilan berikutnya.

Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami:

  • Kontraksi yang lemah pada saat persalinan
  • Perdarahan setelah persalinan
  • Persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya risiko perdarahan vagina yang berat 
  • Plasenta letak rendah

Gangguan Yang Ada Sebelum Kehamilan

Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki gangguan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah selama kehamilan, misalnya penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan anemia. Untuk itu, sebelum terjadi kehamilan, perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter untuk mendapatkan kondisi fisik terbaik untuk persiapan kehamilan dan setelah hamil, tetap diperlukan perawatan khusus untuk mengatasi gangguan yang ada.

  • Penyakit Jantung

Kebanyakan wanita yang menderita penyakit jantung, termasuk gangguan katup jantung dan beberapa cacat bawaan pada jantung, tetap bisa melahirkan anak yang sehat dengan selamat, tanpa gangguan apapun yang berakibat pada fungsi jantung atau hidup. Meskipun begitu, wanita yang mengalami gagal jantung sebelum kehamilan sangat berisiko untuk terjadinya masalah selama kehamilan dan persalinan.

Kehamilan memerlukan kerja jantung yang lebih berat. Akibatnya, kehamilan bisa memperburuk penyakit jantung atau menyebabkan penyakit jantung menjadi bergejala untuk pertama kalinya. Biasanya, masalah-masalah serius, termasuk kematian pada ibu atau janin hanya terjadi jika sebelum kehamilan terdapat penyakit jantung yang berat. Sekitar 1% wanita dengan penyakit jantung yang berat sebelum kehamilan meninggal akibat hamil, biasanya karena terjadi gagal jantung.

Meningkatnya risiko terjadinya masalah saat kehamilan sebanding dengan perkembangan gangguan jantung. Wanita hamil dengan penyakit jantung bisa menjadi mudah lelah dan dapat membatasi aktivitas fisik. Pada kasus tertentu, wanita dengan penyakit jantung yang berat dianjurkan untuk melakukan penghentian kehamilan sejak dini. Risiko terjadinya masalah juga meningkat saat persalinan dan sesudahnya. Setelah melahirkan, wanita dengan penyakit jantung yang berat masih perlu dipantau setidaknya 6 bulan, tergantung dari penyakit jantung yang ada.

Penyakit jantung pada wanita hamil bisa mempengaruhi kondisi janin. Janin kemungkinan dapat lahir prematur. Wanita dengan cacat bawaan pada jantung lebih mungkin memiliki anak dengan cacat bawaan yang serupa. Pemeriksaan ultrasonografi bisa mendeteksi beberapa kerusakan ini sebelum janin dilahirkan. Jika penyakit jantung berat pada wanita hamil tiba-tiba memburuk, maka janin yang dikandung dapat meninggal.

Selama persalinan, wanita dengan penyakit jantung yang berat dapat diberikan obat anestesi epidural untuk menghambat sensasi (terutama rasa nyeri) dan mencegah wanita mengedan sehingga mengurangi beban jantung. Bayi kemudian dilahirkan dengan bantuan forceps.

Wanita dengan penyakit jantung tertentu (misalnya sindroma eisenmenger dan hipertensi paru-paru primer) tidak dianjurkan untuk hamil karena dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian. Jika seorang wanita dengan salah satu kelainan ini hamil, maka dianjurkan untuk mengakhiri kehamilan sedini mungkin.

  • Tekanan Darah Tinggi

Wanita yang mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi kronis) sebelum hamil lebih berisiko mengalami masalah serius selama kehamilan. Masalah-masalah ini termasuk pre-eklampsia, tekanan darah tinggi yang memburuk, janin yang tidak berkembang sesuai seharusnya, pelepasan plasenta sebelum waktunya, dan kematian janin saat lahir.

Kebanyakan wanita hamil dengan tekanan darah tinggi yang ringan (140/90 - 150/100 mmHg, tidak dianjurkan untuk diberikan obat-obat antihipertensi. Pengobatan tampaknya tidak selalu dapat mengurangi risiko terjadinya preeklampsia, abrupsio plasenta atau kematian janin saat lahir. Meskipun begitu, beberapa wanita hamil tetap diobati untuk mencegah epidode tekanan darah yang lebih tinggi.

Selama kehamilan, wanita dengan tekanan darah tinggi harus dipantau ketat untuk memastikan tekanan darah terkendali dengan baik, ginjal berfungsi dengan normal, dan janin berkembang dengan normal. Meskipun begitu, terjadinya abrupsio plasenta tidak dapat dicegah atau diantisipasi. Seringkali, bayi harus segera dilahirkan untuk mencegah kematian saat lahir atau komplikasi yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi (seperti stroke) pada wanita.

  • Penyakit Sel Sabit

Beberapa kelainan sel darah merah yang diturunkan dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan dalam kehamilan. Wanita yang berisiko mengalami kelainan ini karena faktor ras, latar belakang etnis, atau riwayat keluarga perlu melakukan pemeriksaan apakah terdapat kelainan pada hemoglobin. Untuk mendeteksi kelainan darah pada janin dapat dilakukan pemeriksaan contoh villi chorionic atau amniosintesis.

Wanita dengan penyakit sel sabit sangat berisiko untuk mengalami :

  • infeksi saat kehamilan kehamilan, misalnya pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi rahim
  • tekanan darah tinggi saat kehamilan
  • krisis sel sabit, dimana terjadi serangan nyeri berat mendadak saat kehamilan
  • gagal jantung dan sumbatan pada pembuluh darah paru-paru sehingga bisa menggumpalkan darah (emboli paru-paru) dan dapat mengancam nyawa
  • pendarahan hebat saat persalinan atau setelah melahirkan
  • gangguan pertumbuhan janin
  • kematian janin

Penyakit sel sabit yang berat sebelum kehamilan dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan pada wanita hamil dan juga risiko kematian janin yang dikandungnya.

  • Gangguan ginjal

Wanita dengan gangguan ginjal berat sebelum hamil lebih mungkin mengalami masalah selama kehamilan. Fungsi ginjal bisa cepat memburuk selama kehamilan. Tekanan darah tinggi, yang seringkali disertai gangguan ginjal, juga bisa memburuk, dan dapat terjadi pre-eklampsia. Janin bisa mengalami gangguan pertumbuhan. Untuk itu, fungsi ginjal dan tekanan darah harus dipantau dengan ketat seiring dengan perkembangan janin. Seringkali, bayi harus segera dilahirkan.

Wanita yang telah menjalani cangkok ginjal selama lebih dari 2 tahun biasanya dapat melahirkan anak dengan aman jika ginjal dapat berfungsi secara normal, tidak mengalami penolakan oleh tubuh dan tekanan darah normal. Kebanyakan wanita yang mengalami gangguan ginjal dan mendapat hemodialisa teratur juga bisa melahirkan bayi yang sehat.

  • Seizure Disorder (Kejang)

Kebanyakan wanita yang menggunakan obat anti-kejang untuk mengatasi gangguan kejang juga tetap dapat mengalami serangan kejang saat kehamilan. Untuk itu, terkadang pada beberapa kasus dosis obat dapat ditingkatkan. Namun, penggunaan obat anti-kejang dapat meningkatkan risiko terjadinya cacat bawaan pada janin.

Wanita yang menggunakan obat anti-kejang harus melakukan konsultasi dengan dokter ahli sebelum hamil. Beberapa wanita dapat menghentikan pemakaian obat anti-kejang selama hamil, tetapi kebanyakan harus tetap melanjutkan penggunaan obat-obat tersebut (untuk mencegah serangan kejang yang dapat membahayakan ibu dan janin yang dikandungnya).

  • Penyakit Menular Seksual

Wanita yang mengalami penyakit menular seksual bisa mengalami masalah selama kehamilan. Infeksi chlamydia bisa menyebabkan persalinan preterm dan pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya. Penyakit kelamin menular juga dapat menyebabkan konjungtivitis (infeksi mata) pada bayi baru lahir saat melewati jalan lahir ibu. Sifilis pada wanita hamil dapat ditularkan kepada janin melalui plasenta.

Herpes kelamin bisa ditularkan pada bayi selama proses persalinan normal. Bayi yang terinfeksi juga dapat mengalami infeksi otak yang mengancam nyawa. Jika herpes menimbulkan lesi kulit pada daerah kelamin wanita pada saat akhir kehamilan, maka biasanya dianjurkan untuk melahirkan bayi dengan cara operasi caesar, sehingga virus herpes tidak menular ke bayi.

  • Diabetes

Pada wanita yang mengalami diabetes sebelum kehamilan, risiko terjadinya komplikasi saat kehamilan tergantung dari berapa lama diabetes telah ada dan apakah terdapat gangguan lain akibat diabetes, misalnya tekanan darah tinggi dan kerusakan ginjal. Pada beberapa wanita, diabetes terjadi saat kehamilan dan gangguan ini disebut diabetes gestasional.

Jika sejak awal kehamilan gula darah tidak terkontrol, maka dapat terjadi peningkatan risiko terjadinya keguguran. Selain itu juga dapat terjadi kehamilan dengan janin yang besar, sehingga seringkali diperlukan persalinan dengan operasi caesar. Risiko terjadinya pre-eklampsia juga meningkat pada wanita diabetes.

Bayi baru lahir dari wanita dengan diabetes berisiko mengalami kadar gula, kalsium, dan bilirubin yang rendah di dalam darah. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan darah pada bayi baru lahir.

  • Gangguan Hati dan Kandung Empedu

Wanita yang mengalami gangguan hati kronis, misalnya hepatitis kronis atau sirosis berisiko untuk mengalami persalinan yang prematur. Sirosis hepatis dapat menyebabkan terbentuknya varises pembuluh darah di esofagus. Adanya kehamilan dapat meningkatkan risiko pecahnya varises pembuluh darah ini dan menyebabkan terjadinya perdarahan hebat, terutama pada 3 bulan terakhir kehamilan.

Wanita hamil yang memiliki batu empedu harus dipantau secara ketat. Jika batu empedu menyumbat kandung empedu atau menyebabkan infeksi, maka mungkin diperlukan operasi untuk mengangkat batu empedu. Operasi ini biasanya aman untuk wanita dan janin.

  • Asma

Pada sekitar setengah wanita hamil dengan asma, frekuensi atau tingkat keparahan serangan asma tidak berubah saat kehamilan. Sekitar seperempat wanita dengan asma bertambah baik saat kehamilan dan sekitar seperempat lainnya menjadi bertambah buruk.

Karena asma bisa berubah sepanjang kehamilan, maka sebaiknya wanita hamil dengan asma harus memeriksakan diri ke dokter secara teratur sehingga pengobatan bisa disesuaikan sesuai kebutuhan. Mengontrol asma dengan baik adalah penting. Pengobatan yang tidak adekuat bisa mengakibatkan masalah yang serius. 

  • Gangguan autoimun

Kelainan antibodi yang dihasilkan pada gangguan autoimun dapat melewati plasenta dan menyebabkan masalah pada janin.

  • Systemic lupus erythematosus (lupus) 

bisa muncul untuk pertama kali, memburuk, atau agak memberat saat kehamilan. Wanita dengan sakit lupus seringkali mengalami riwayat keguguran berulang, janin tidak berkembang sesuai seharusnya, dan persalinan sebelum waktunya. Jika wanita juga mengalami komplikasi yang disebabkan oleh lupus (misalnya kerusakan ginjal atau tekanan darah tinggi), maka risiko terjadinya kematian janin atau bayi baru lahir meningkat.

Pada wanita hamil, antibodi lupus bisa melewati plasenta dan masuk ke janin. Akibatnya, janin bisa mengalami berbagai gangguan, misalnya detak jantung yang sangat lambat, anemia, jumlah trombosit yang rendah, atau jumlah sel darah putih yang rendah. Antibodi ini akan hilang secara bertahap dalam waktu beberapa minggu setelah bayi dilahirkan dan gangguan yang terjadi dapat terselesaikan kecuali untuk detak jantung yang lambat.

Pada penyakit Graves, antibodi merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan. Antibodi ini bisa melewati palsenta dan merangsang kelenjar tiroid pada janin. Akibatnya, janin bisa mengalami peningkatan detak jantung, tidak bisa tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, dan bahkan mengalami pembesaran kelenjar tiroid.

  • Myasthenia gravis

merupakan gangguan yang menyebabkan kelemahan pada otot. Myasthenia gravis biasanya tidak menyebabkan komplikasi serius dan permanen saat kehamilan. Meskipun begitu, myasthenia gravis sangat jarang terjadi saat persalinan. Wanita yang mengalami myasthenia gravis dapat mengalami kelemahan pada otot-otot pernafasan sehingga memerlukan bantuan alat untuk bernafas. Antibodi yang menyebabkan gangguan ini bisa melalui plasenta. Sehingga kira-kira satu dari lima bayi dilahirkan dari wanita dengan myasthenia gravis dilahirkan dengan gangguan tersebut. Meskipun begitu, kelemahan otot pada bayi biasanya bersifat sementara karena antibodi dari ibu akan hilang secara bertahap dan bayi tidak menghasilkan antibodi jenis ini.

  • Idiopatik Trombositopenik Purpura (ITP) 

Bisa menyebabkan gangguan perdarahan pada wanita hamil dan bayinya. Jika tidak diobati, gangguan tersebut cenderung lebih berat saat kehamilan. Wanita hamil diberikan transfusi trombosit hanya jika akan melahirkan dengan operasi caesar atau jika jumlah trombosit sangat rendah sehingga dapat terjadi perdarahan hebat.

Antibodi yang menyebabkan gangguan ini bisa melewati plasenta dan masuk ke janin. Perdarahan dapat terjadi saat persalinan dan bahkan dapat menyebabkan kematian bayi, terutama jika perdarahan terjadi di dalam otak. Antibodi ini akan hilang dalam waktu beberapa minggu dan darah bayi kemudian dapat menggumpal secara normal.

  • Rheumatoid arthritis

Gangguan ini tidak mempengaruhi janin, tetapi jika rheumatoid arthritis telah menyebabkan kerusakan pada persendian ibu hamil, maka dapat mempersulit proses persalinan.

  • Fibroid

Fibroid di dalam rahim relatif sering terjadi. Fibroid bisa meningkatkan risiko terjadinya persalinan sebelum waktunya, plasenta yang melekat tidak pada tempatnya (plasenta previa), atau keguguran berulang.

  • Kanker

Karena kanker cenderung mengancam nyawa dan penundaan pengobatan dapat mengurangi kemungkinan keberhasilan terapi, maka kanker biasanya diobati dengan cara yang sama baik wanita tersebut sedang hamil ataupun tidak. Beberapa pengobatan kanker yang umum (operasi, obat-obatan kemoterapi, dan terapi radiasi) bisa membahayakan janin, sehingga sebagian mempertimbangkan untuk dilakukan terminasi kehamilan. Meskipun begitu, pengobatan terkadang dapat diatur sehingga risiko terhadap janin berkurang.


Penanganan Faktor risiko yang ada sebelum kehamilan

Penanganan

Kebanyakan wanita hamil dengan tekanan darah tinggi yang ringan, tidak dianjurkan untuk diberikan obat-obat antihipertensi. Namun, jika tekanan darah tinggi yang terjadi bersifat berat, maka dokter bisa menganjurkan untuk menggunakan obat-obat antihipertensi. Pengobatan bisa mengurangi risiko terjadinya stroke dan komplikasi lain yang disebabkan oleh tekanan darah yang sangat tinggi. Pengobatan juga dianjurkan untuk wanita yang mengalami tekanan darah tinggi dan gangguan ginjal karena jika tekanan darah tidak dikendalikan dengan baik, ginjal tersebut dapat mengalami kerusakan lebih lanjut.

Obat penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE) perlu dihentikan selama kehamilan, terutama saat dua trimester terakhir. Hal ini karena obat tersebut bisa menyebabkan kerusakan ginjal pada janin dan janin bisa mengalami kematian saat dilahirkan. Contoh obat ACE inhibitor adalah : Captopril, Ramipril dan Perindopril.

Sekitar seperempat wanita hamil dengan infeksi HIV yang tidak diobati dan menyebabkan AIDS, menularkannya kepada bayi mereka. Para ahli menganjurkan setiap wanita dengan infeksi HIV untuk menggunakan obat-obat antiretroviral selama kehamilan untuk mengurangi risiko penularan ke janin yang dikandungnya. Selain itu, risiko penularan ke janin juga dapat dikurangi dengan cara melakukan operasi caesar saat melahirkan.

Risiko terjadinya komplikasi saat kehamilan bisa dikurangi dengan mengendalikan kadar gula (glukosa) di dalam darah. Kadar gula darah harus dijaga senormal mungkin sepanjang kehamilan. Wanita hamil perlu mengukur kadar gula darah beberapa kali sehari. Pengendalian diabetes saat akhir kehamilan sangat penting. Biasanya diperlukan dosis Insulin yang lebih tinggi karena kadar gula darah cenderung meningkat akibat penurunan respon tubuh terhadap insulin.

Pada Idiopatik Trombositopenik Purpura, gangguan bisa diatasi dengan pengobatan yang menekan sistem imunitas tubuh, sehingga bisa meningkatkan jumlah trombosit dan memperbaiki fungsi pembekuan darah pada wanita hamil dengan gangguan ini. Pengobatan harus dilakukan dengan hati-hati dan dibawah pemantauan dokter. Obat-obat seperti kortikosteroid bisa meningkatkan risiko terjadinya gangguan pertumbuhan janin atau janin lahir prematur. Contoh obat kortikosteroid adalah Prednisolone dan Dexamethasone

Wanita hamil diberikan transfusi trombosit hanya jika akan melahirkan dengan operasi caesar atau jika jumlah trombosit sangat rendah sehingga dapat terjadi perdarahan hebat.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Referensi

Referensi

  • B, Christian M. M, John. Risk Factors Present Before Pregnancy. Merck Manual. 2008.

Diperbarui 6 September 2023