Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Infeksi Salmonella Non Tifoid

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Infeksi Salmonella Non Tifoid

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Infeksi Salmonella Non Tifoid adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella yang tidak menyebabkan demam tifoid.


Penyebab Infeksi salmonella non tifoid

Penyebabnya adalah bakteri Salmonella selain Salmonella typhi yang menyebabkan tifoid. Terdapat 2200 jenis Salmonella, setiap jenis bisa menyebabkan gangguan pencernaan, demam enterik dan infeksi tertentu yang terlokalisir.

Salmonella menyebar melalui kontak fecal-oral. Penyebaran paling sering terjadi melalui makanan atau minuman yang telah terkontaminasi kotoran hewan atau manusia yang terinfeksi. Setiap makanan yang terkontaminasi bakteri dapat menjadi sumber infeksi.

Salmonella banyak ditemukan pada daging yang terinfeksi, unggas, susu mentah, telur dan hasil olahan telur yang mentah atau tidak matang. Salmonella juga bisa ditemukan pada hewan reptil, seperti iguana, kadal, dan kura-kura, yang merupakan karier (pembawa) bakteri kronis dan dapat menjadi sumber infeksi.

Penyebaran dari orang ke orang juga dapat terjadi, terutama pada kontak di keluarga dan tempat penitipan anak. Penyebaran juga dapat terjadi melalui hubungan seksual jenis tertentu, misalnya kontak oral-anal.


Gejala Infeksi salmonella non tifoid

Infeksi Salmonella bisa menyebabkan gangguan saluran cerna, demam enterik, bakteremia, dan kadang-kadang infeksi hanya mengenai satu bagian tertentu. Beberapa orang yang terinfeksi bisa tidak memiliki gejala, tetapi mereka berperan sebagai karier (pembawa) dari bakteri ini.

Gangguan saluran pencernaan

Infeksi Salmonella non-tifoid biasanya menyebabkan gastroenteritis. Gejala-gejala yang paling sering terjadi adalah diare (terkadang berdarah), nyeri/kram perut, demam, mual, dan muntah. Adakalanya penderita perlu di rawat inap di rumah sakit akibat dehidrasi berat, biasanya pada bayi dan orang tua.

Demam Enterik

Demam enterik disebabkan oleh adanya infeksi penyakit yang hebat. Keadaan ini ditandai dengan adanya demam dan gejala-gejala pada perut.

Bakteremia

Keadaan ini paling sering disebabkan oleh infeksi S. cholerasuis dan S. dublin. Bakteremia terjadi jika bakteri masuk ke dalam aliran darah. Bakteri bisa hidup, menyebar, dan bertambah banyak di dalam saluran pencernaan, pembuluh darah, katup jantung, selaput otak dan sumsum tulang belakang, paru-paru, persendian, tulang, saluran kemih, otot atau organ lainnya.

Infeksi Lokal

Kira-kira 5-10% penderita dengan bakteremia Salmonella mengalami infeksi lokal, yang dapat berupa abses, artritis, atau cholecystitis.

Seorang karier (pembawa) tidak menunjukkan gejala-gejala tetapi akan terus mengeluarkan bakteri dalam tinjanya. Kurang dari 1% penderita kemudian menjadi pembawa bakteri selama setahun atau lebih.


Diagnosis Infeksi salmonella non tifoid

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan diperkuat dengan ditemukannya bakteri pada biakan yang diambil dari contoh tinja atau apusan dubur penderita.


Penanganan Infeksi salmonella non tifoid

Gangguan saluran cerna diatasi dengan pemberian cairan dan makanan lunak. Antibiotik akan memperpanjang pengeluaran bakteri dalam tinja sehingga tidak dianjurkan diberikan kepada orang-orang tanpa komplikasi. Tetapi bayi, pegawai rumah sakit dan penderita infeksi HIV bisa diberikan antibiotik karena mereka berisiko tinggi untuk terjadi komplikasi. Pada karier (pembawa) bakteri yang tidak menunjukkan gejala, infeksi biasanya bisa diatasi sendiri dan jarang diperlukan antibiotik. Selain itu, jika terdapat abses, maka perlu dilakukan tindakan drainase (pengeluaran nanah).


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Beberapa cara berikut dapat membantu untuk mencegah paparan Salmonella:

  • Selalu cuci tangan dengan baik menggunakan sabun dan air mengalir sebelum makan atau menyiapkan makanan, setelah pergi ke toilet, setelah membersihkan kamar mandi, setelah mengganti popok, dan setelah menyentuh hewan peliharaan atau hewan lainnya, terutama reptil (binatang melata)
  • Cuci tangan anak dengan baik setelah mengganti popok dan buang popok dengan baik pada tempat pembuangan yang tertutup
  • Cuci tangan dengan baik dan sering ketika terkena diare atau merawat seseorang yang terkena diare.
  • Jaga kebersihan makanan yang akan dimakan mentah, misalnya sayuran, dari kontaminasi produk hewani
  • Hindari anak untuk menyentuh hewan reptil, misalnya kura-kura atau iguana, atau kandangnya
  • Pada orang tua atau orang dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, jangan memilih hewan reptil untuk dipelihara
  • Pastikan memasak semua produk makanan hewani dengan baik
  • Jangan mengkonsumsi telur mentah, susu atau produk susu lainnya yang tidak dipasteurisasi

Referensi

- Utah Public Health. Salmonellosis Non Typhoid. Utah. 2012.