Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

VIDYA HARTIANSYAH
27 Februari 2024
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

VIDYA HARTIANSYAH
27 Februari 2024

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah yang abnormal di dalam arteri.

Banyak orang yang menganggap kata hipertensi menunjuk pada adanya ketegangan yang berlebihan, gugup, atau stres. Dalam istilah medis, hipertensi mengacu pada tekanan darah yang tinggi, terlepas dari penyebabnya. Hipertensi biasanya tidak menimbulkan gejala selama bertahun-tahun sampai pada akhirnya terjadi kerusakan organ vital, sehingga seringkali disebut sebagai "silent killer". Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol akan meningkatkan risiko terjadinya berbagai gangguan seperti stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

Tekanan darah dikatakan tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 130 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik.

Seiring dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan bisa menurun drastis.

Sumber : www.health.harvard.edu


Penyebab Tekanan darah tinggi

Penyebab Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Pada sekitar 90% penderita hipertensi, penyebab hipertensi (tekanan darah tinggi) tidak diketahui dan keadaan ini dikenal sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer

Jika penyebab hipertensi (tekanan darah tinggi) diketahui, maka disebut sebagai hipertensi sekunder, antara lain:

  • Tumor kelenjar adrenal
  • Kelainan pembuluh darah saat lahir, seperti penyakit jantung bawaan
  • Obat-obatan, seperti obat batuj dan flu, obat anti nyeri, atau pil KB
  • Obat-obatan holongan narkotika, seperti kokain dan amfetamin
  • Obstructive sleep apnea
  • Gangguan Tiroid

Faktor Risiko Tekanan darah Tinggi (Hipertensi):

  • Bertambahnya usia
  • Riwayat Keluarga
  • Obesitas atau kegemukan
  • Kurangnya berolahraga
  • Vaping atau merokok
  • Mengonsumsi makanan tinggi garam
  • Mengonsumsi alkohol
  • Stress
  • Penyakit kronik, seperti penyakit ginjal atau diabetes
  • Kehamilan

 


Gejala Tekanan darah tinggi

Gejala Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala bisa terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud misalnya sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Pada hipertensi berat atau menahun yang tidak diobati, maka bisa timbul gejala-gejala hipertensi (tekanan darah tinggi) seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah, nyeri dada, atau pandangan menjadi kabur. Kondisi ini terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat juga bisa mengalami penurunan kesadaran atau bahkan koma.


Kapan harus ke dokter?

Pemeriksaan tekanan darah secara berkala merupakan hal penting yang harus dilakukan, dikarena penyakit tekanan darah tinggi tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Segeralah konsultasi ke dokter jika mempunyai tekanan darah sistol lebih dari 129 dan sistol lebih dari 89 mmHg.

Segeralah bawa ke IGD Rumah Sakit terdekat, jika mengalami riwayat darah tinggi disertai dengan:

  • Sesak nafas
  • Sakit kepala
  • Penglihatan kabur
  • Kelemahan anggota gerak
  • Nyeri dada
  • Mimisan
  • Perubahan kesadaran
  • Bicara pelo atau sulit

Diagnosis Tekanan darah tinggi

Diagnosis Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama 5 menit. Angka 130/90 mmHg atau lebih bisa diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran.

Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah perlu diukur kembali pada saat yang sama dan setidaknya pada 2 hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetepi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi.

Sumber gambar: www.pennstatehershey.adam.com

Setelah diagnosis ditegakkan, maka bisa dilakukan berbagai pemeriksaan untuk membantu menemukan penyebabnya dan melihat apakah terjadi gangguan pada organ-organ utama, seperti pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal. Pemeriksaan yang bisa dilakukan antara lain berupa:

  1. Pemeriksaan retina mata
  2. Pemeriksaan foto rontgen dada dan elektrokardiografi (EKG)
  3. Ekokardiografi (Rekam Jantung)
  4. Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan terutama fungsi ginjal dan darah lengkap
  5. USG ginjalSav

Penanganan Tekanan darah tinggi

Pengobatan Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Hipertensi esensial tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikendalikan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengubah pola hidup penderita, yaitu dengan cara:

  1. Menurunkan berat badan sampai batas ideal, untuk orang-orang yang mengalami kegemukan.
  2. Mengubah pola makan, yaitu dengan memperbanyak asupan buah dan sayur dan mengurangi asupan makanan yang berlemak, terutama untuk penderita diabetes, kegemukan, atau kolesterol tinggi.
  3. Asupan garam dan alkohol harus dikurangi.
  4. Olahraga yang tidak terlalu berat. Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya terkendali.
  5. Berhenti merokok.

Pemberian Obat-Obatan

Obat-obat yang digunakan untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi) disebut sebagai obat anti-hipertensi. Ada berbagai jenis obat anti-hipertensi dengan cara kerja yang berbeda-beda. Pemberian obat ini disesuaikan dengan individu masing-masing. Untuk itu, diperlukan kerja sama yang baik antara dokter dan pasien untuk mencapai keberhasilan terapi. Ada beberapa hal yang bisa dipertimbangkan oleh dokter untuk menentukan pemberian obat anti-hipertensi, antara lain:

  1. Usia dan jenis kelamin penderita
  2. Tingkat keparahan tekanan darah tinggi
  3. Adanya kondisi lain yang menyertai, misalnya diabetes atau kolesterol tinggi
  4. Risiko efek samping obat yang berbeda-beda
  5. Harga obat dan pemeriksaan yang diperlukan untuk memantau efek samping yang bisa terjadi

Sebagian besar orang dengan tekanan darah yang tinggi (>74%) pada akhirnya membutuhkan dua atau lebih obat anti-hipertensi agar berhasil menurunkan tekanan darah. Karena setiap obat bisa memiliki efek samping, maka jika terjadi efek samping, penderita harus segera memberitahukan pada dokter, sehingga dosis atau jenis obat bisa disesuaikan kembali.

Berbagai jenis obat anti-hipertensi yang ada antara lain:

  1. Diuretik, yang mengurangi volume cairan dalam tubuh dan menurunkan tekanan darah. 
  2. Penghambat adrenergik, yang menghambat efek saraf simpatis.
  3. ACE Inhibitor, yang menghambat pembentukan hormon yang berfungsi untuk menyempitkan pembuluh darah, sehingga pembuluh darah melebar dan menurunkan tekanan darah.
  4. Ca channel blocker, yang melebarkan pembuluh darah sehingga tekanan darah dapat turun.
  5. Angiotensin II receptor blocker, yang bekerja dengan mekanisme yang mirip dengan ACE inhibitor.

Penanganan Hipertensi Sekunder

Pengobatan hipertensi sekunder tergantung pada penyebabnya. Penanganan yang diberikan sebisa mungkin dilakukan untuk mengatasi penyebab terjadinya tekanan darah tinggi, misalnya:

  1. Pengobatan untuk penyakit ginjal
  2. Pembedahan untuk mengangkat tumor yang menyebabkan tekanan darah tinggi, seperti feokromositoma.

 

 

Save


Komplikasi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Tekanan darah tinggi yang dialami sejak lama dan tidak terkontrol dapat merusak dinding pembuluh darah serta dapat merusak organ dan menimbulkan komplikasi. Komplikasi yang dapat ditimbulkan jika tekanan darah tinggi ini tidak terkontrol, adalah:

  • Serangan jantung atau stroke. Pengerasan dan penebalan pembuluh darah akibat tekanan darah tinggi dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, atau komplikasi lainnya.
  • Aneurisma. Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah melemah dan membengkak sehingga membentuk aneurisma. Jika aneurisma pecah, hal ini dapat mengancam jiwa.
  • Gagal jantung. Pada tekanan darah tinggi, jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Sehingga timbul pembesaran otot jantung (hipertrofi), dimana kondisi ini jantung memompa darah dalam jumlah yang kurang, sehingga jantung selalu bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan nutrsi, hingga terjadinya gagal jantung.
  • Gangguan ginjal. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah ginjal sehingga nutrisi ke ginjal berkurang dan akhirnya menyebabkan kerusakan pada ginjal
  • Gangguan mata. Gangguan mata timbul akibat kerusakan pada pembuluh darah mata akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
  • Demensia. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah ke otak, sehingga pembukuh darah di otak menyempit dan suplai ke bagian otak tertentu terganggu dan menyebabkan demetia.
 

Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Pencegahan Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya tekanan darah tinggi, adalah:

  • Pengecekan secara berkala tekanan darah
  • Mengurangi konsumsi makanan tinggi garam dan lemak
  • Menghindari konsumsi alkohol atau minuman berkafein
  • Rutin melakukan aktivitas fisik
  • Istrihat dan tidur yang cukup
  • Menghindari stress
  • Menjaga berat bada ideal
  • Mengonsumsi obat rutin untuk mengontrol tekanan darah jika sudah dianjurkan

 


Referensi

Referensi:

  • B, George L. High Blood Pressure. Merck Manual Home Health Handbook. 2013.
  • Mayo Clinic. Hypertension. 2022