Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Ketergantungan Obat dan Ketagihan

NASANDI
27 Desember 2023
Ketergantungan Obat dan Ketagihan

Ketergantungan Obat dan Ketagihan

NASANDI
27 Desember 2023

Ketagihan adalah perbuatan kompulsif (yang terpaksa dilakukan) dan keterlibatan yang berlebihan terhadap suatu kegiatan tertentu. Kegiatan ini bisa berupa pertaruhan (judi) atau berupa penggunaan berbagai zat, seperti obat-obatan. Obat-obatan dapat menyebabkan ketergantungan psikis saja atau ketergantungan psikis dan fisik.

Ketergantungan psikis merupakan suatu keinginan untuk terus meminum suatu obat untuk menimbulkan rasa senang atau untuk mengurangi ketegangan dan menghindari ketidaknyamanan. Obat-obat yang menyebabkan ketergantungan psikis biasanya bekerja di otak dan memiliki satu atau lebih efek berikut ini:

  • mengurangi kecemasan dan ketegangan
  • menyebabkan kegembiraan, euforia (perasaan senang yang berlebihan) atau perubahan emosi yang menyenangkan lainnya
  • menyebabkan perasaan meningkatnya kemampuan jiwa dan fisik
  • mengubah persepsi fisik

Ketergantungan psikis bisa menjadi sangat kuat dan sulit untuk diatasi. Hal ini terutama terjadi pada obat-obat yang mengubah emosi dan sensasi, yang mempengaruhi sistem saraf pusat.

Untuk para pecandu, aktivitas yang berhubungan dengan obat menjadi bagian yang penting dalam kehidupan sehari-hari, sehingga suatu bentuk ketagihan biasanya mempengaruhi kemampuan bekerja, proses belajar atau mempengaruhi hubungan dengan keluarga atau teman. Pada ketergantungan yang berat, sebagian besar pikiran dan aktivitas pecandu tertuju pada bagaimana memperoleh dan menggunakan obat-obat tersebut. Seorang pecandu bisa menipu, berbohong dan mencuri untuk bisa memuaskan rasa ketagihannya. Pecandu memiliki kesulitan untuk berhenti menggunakan obat dan seringkali kembali pada kebiasaannya setelah beberapa saat berhenti.

Beberapa obat-obatan bisa menyebabkan ketergantungan fisik, namun ketergantungan fisik tidak selalu menyertai ketergantungan psikis. Pada obat-obat yang menyebabkan ketergantungan fisik, tubuh menyesuaikan diri terhadap obat yang dipakai secara terus menerus dan menyebabkan timbulnya toleransi; sedangkan jika pemakaiannya dihentikan, akan timbul gejala putus obat.

Toleransi adalah kebutuhan untuk meningkatkan secara progresif dosis obat untuk menghasilkan efek yang biasanya dapat dicapai dengan dosis yang lebih kecil.

Gejala putus obat terjadi jika pemakaian obat dihentikan atau jika efek obat dihalangi oleh suatu zat antagonis. Seseorang yang mengalami gejala putus obat, merasa sakit dan bisa menunjukkan banyak gejala, seperti sakit kepala, diare atau gemetar. Gejala putus obat bisa merupakan masalah yang serius dan bahkan bisa berakibat fatal.

Penyalahgunaan obat lebih dari sekedar efek fisiologisnya. Sebagai contoh, penderita kanker yang diobati selama beberapa bulan atau beberapa tahun dengan opioid (misalnya morfin), hampir tidak pernah menjadi pecandu narkotik, meskipun mereka bisa menjadi tergantung secara fisik. Penyalahgunaan obat adalah suatu konsep yang diartikan sebagai suatu gangguan fungsi perilaku yang mendapat penolakan dari masyarakat/lingkungan.

Di Amerika Serikat, istilah medis drug abuse (penyalahgunaan obat) diartikan sebagai penyimpangan fungsi dan maladaptasi, bukan ketergantungan yang disebabkan oleh penggunaan obat. Dalam bahasa sehari-hari, penyalahgunaan obat (drug abuse) sering diartikan sebagai:

  • penggunaan obat ilegal untuk coba-coba dan untuk kesenangan
  • penggunaan obat-obatan resmi untuk mengatasi masalah atau gejala tanpa resep dari dokter, dan
  • penggunaan obat yang berakibat ketergantungan

Meskipun penyalahgunaan obat memiliki efek yang kuat, tetapi efeknya sangat dipengaruhi oleh emosi pemakai dan lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh, seseorang yang merasa sedih bisa menjadi lebih sedih setelah minum alkohol. Orang yang sama akan menjadi ceria bila meminumnya dengan teman yang senang. Kita tidak selalu dapat memperkirakan dengan tepat, apa yang akan diakibatkan oleh obat pada orang yang sama setiap ia meminumnya.

Cara terjadinya ketergantungan obat belum diketahui secara jelas. Proses ini dipengaruhi oleh zat kimia yang terkandung di dalam obat, efek obat, kepribadian pengguna obat dan kondisi-kondisi lainnya, seperti faktor keturunan dan tekanan sosial. Perkembangan dari pemakaian coba-coba menjadi penggunaan sekali-sekali, kemudian menjadi toleransi dan ketergantungan, belum begitu bisa dimengerti.

Banyak pemikiran mengenai istilah kepribadian pecandu. Orang yang kecanduan sering merasa rendah diri, tidak dewasa, mudah frustasi dan memiliki kesulitan dalam menyelesaikan masalah pribadi dan kesulitan dalam berhubungan dengan lawan jenisnya.

Para pecandu mungkin mencoba untuk lari dari kenyataan yang digambarkan sebagai ketakutan, penarikan diri dan depresi. Beberapa pecandu bahkan memiliki riwayat percobaan bunuh diri atau melukai dirinya sendiri.

Para pecandu kadang digambarkan sebagai pribadi yang tergantung, memerlukan dukungan dalam membina hubungan dan memiliki kesulitan dalam menjaga diri mereka sendiri. Pecandu lainnya memperlihatkan adanya kemarahan yang jelas dan tidak disadari dan ekspresi seksual yang tak terkendali; mereka mungkin menggunakan obat-obatan untuk mengendalikan perilaku mereka.

Bukti yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar dari ciri tersebut timbul sebagai akibat dari kecanduan jangka panjang dan bukan penyalahgunaan obat yang baru saja terjadi.

Terkadang anggota keluarga atau teman bisa berkelakuan seakan-akan mengijinkan sang pecandu melanjutkan penyalahgunan obat atau alkohol; orang-orang ini disebut kodipenden (juga disebut pemberi ijin). Kodipenden bisa mendukung sang pecandu untuk menghentikan kebiasaan penggunaan obat-obatan atau alkohol namun mereka jarang melakukan sesuatu untuk membantu mengubah perilaku si pecandu.

Anggota keluarga atau teman yang peduli seharusnya menganjurkan sang pecandu untuk berhenti menyalahgunakan obat dan masuk ke program pengobatan. Bila sang pecandu menolak mencari pengobatan, anggota keluarga atau teman tersebut bisa mengancam untuk menariknya dari pergaulan. Pendekatan ini mungkin tampaknya kejam, namun jika disertai intervensi yang profesional maka hal ini dapat menjadi salah satu cara untuk meyakinkan sang pecandu bahwa perubahan perilaku harus dilakukan.

Pecandu yang hamil, akan membahayakan janin yang dikandungnya dengan obat-obatan yang ia gunakan. Pecandu yang hamil seringkali tidak mau mengaku pada dokter atau perawat bahwa ia menggunakan alkohol dan obat-obatan. Janin yang dikandung bisa mengalami ketergantungan secara fisik. Segera setelah lahir, bayi tersebut bisa mengalami gejala putus obat yang berat atau bahkan fatal, terutama jika dokter dan para perawat tidak mengetahui bahwa ibunya seorang pecandu. Bayi yang selamat dari gejala putus obat juga bisa mengalami masalah-masalah lainnya.

Obat-obat yang bisa menyebabkan ketergantungan.

Obat Ketergantungan Psikis Ketergantungan Fisik
Alkohol Ya Ya
Narkotik Ya Ya
Hipnotik
(obat tidur)
Ya Ya
Benzodiazepin
(obat anti-cemas)
Ya Ya
Inhalan Ya Mungkin
Nitrit yg mudah menguap Mungkin Mungkin tidak  
Amfetamin Ya Ya
Metamfetamin Ya Ya
Metilelendioksimetamfetamin
(MDMA, ekstasi, Adam)
Ya Ya
Kokain Ya Ya
2,5-dimetoksi-4-metilamfetamin
(DOM, STP)
Ya Ya
Fensiklidin
(PCP, debu malaikat)
Ya Ya
Asam lisergat dietilamid Ya Mungkin
Marijuana Ya Mungkin
Meskalin Ya Mungkin
Psilosibin Ya Mungkin

Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.