Gangguan Yang Terdapat Dalam Tidur Anda
zaky hasan-medicastore.com
20-08-2015

Gangguan Yang Terdapat Dalam Tidur Anda

Tidur merupakan suatu proses otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Masyarakat awam belum begitu mengenal gangguan tidur sehingga jarang mencari pertolongan.

Beberapa gangguan tidur dapat mengancam jiwa baik secara langsung (misalnya insomnia yang bersifat keturunan dan fatal dan apnea tidur obstruktif) atau secara tidak langsung misalnya kecelakaan akibat gangguan tidur. Ketika manusia sedang tidur, manusia terkadang mengalami gangguan-gangguan yang terjadi dalam tidur mereka. Entah itu mengalami gangguan dalam mimpi dan gangguan-gangguan lainnya. Penyebabnya berbagai macam, ada akibat dari kelelahan, kondisi psikologi yang rentan, akibat trauma masa kecil dan sebagainya. 

Pengertian Tidur

Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan dan juga suatu keadaan di bawah sadar dimana seseorang itu masih dapat untuk dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya. Setiap manusia membutuhkan waktu istirahat atau tidur untuk merefleksikan atau menenangkan tubuh dan pikiran dari rutinitas sehari-hari.

Bahwa tidur yang secara umum kita pahami bahwasannya tidur dalam waktu 6 – 7 jam sehari akan memberi kualitas tidur yang baik dan memberi pengaruh positif terhadap tubuh ketika bangun atau beranjak dari tidur tubuh akan merasa segar dan lebih baik serta membuat tubuh kita akan siap kembali untuk melakukan aktivitas dalam kesehariannya.

Ada 5 tahap pola tidur selama manusia beristirahat

Tahap 1 : pola tidur ringan, periode transisi antara fase bangun dengan fase tidur, otak memproduksi gelombang theta beramplitudo tinggi (gelombang otak yang sangat lambat),  jangka waktu 5-10 menit

Tahap 2 : jangka waktu 20 menit, otak memproduksi gelombang aktifitas ritmik yang disebut dengan  sleep spindles, temperatur badan mulai menurun dan denyut jantung melambat.

Tahap 3 : gelombang otak yang lambat dan dalam yang dikenal sebagai delta waves,  transisi dari tidur ringan menjadi tidur berat.

Tahap 4 : jangka waktu 40 menit, kemungkinan besar terjadinya sleepwalking di tahap ini,  berupa delta sleep karena gelombang lambat yang terjadi pada tahap ini.

Tahap 5 : kebanyakan mimpi terjadi di tahap Rapid Eye Movement (REM) sleep, meningkatkan proses respirasi dengan  baik dan meningkatkan aktifitas otak ketika otot menjadi relaks.

Beberapa gangguan tidur yaitu sebagai berikut :

1. Parasomnia :

Sebuah kategori gangguan tidur yang melibatkan gerakan abnormal dan tidak wajar, perilaku, emosi, persepsi, dan impian sehubungan dengan tidur. Gangguan tidur ini melibatkan gerakan-gerakan atau anggota tubuh, dengan kata lain parasomnia adalah mimpi yang hidup atau aktivitas fisik yang terjadi selama tidur.

2. Sleep Apnea (Obstructive sleep apnea) :

Obstruksi / hambatan jalan napas selama tidur, menyebabkan kurangnya tidur nyenyak yang cukup, sering disertai dengan mendengkur.

Sleep apnea

Sumber : http://orthodonticreviews.blogspot.com

3. Bruxism :

Berasal dari bahasa Yunani (brygmós), "kertakan gigi", dicirikan oleh pengasahan gigi dan biasanya mencakup mengepalkan rahang. Bruxism saat tidur yang menyebabkan sebagian  besar masalah kesehatan dan bahkan dapat terjadi selama tidur siang atau tidur yang singkat. Bruxism adalah salah satu gangguan tidur yang paling umum.

Menggerakan Gigi Seperti Mengasah Tanpa Sadar

Menggerakan Gigi Seperti Mengasah Tanpa Sadar

Sumber : www.3rbdr.net

4. Sleep Paralysis :

Gangguan ini ditandai dengan kelumpuhan sementara dari tubuh dalam waktu sebelum atau setelah tidur. Kelumpuhan tidur mungkin disertai oleh visual/penglihatan, auditori/pendengaran atau halusinasi taktil/sentuhan. Bukan merupakan gangguan kecuali keadaan paralisisnya parah.

5. Night Terrors : 

Pavor nocturnus, gangguan tidur teror yaitu bangun mendadak dari tidur dengan perilaku yang konsisten dengan teror. Teror malam adalah yang paling sering terlihat  pada anak yang sangat muda (antara usia 2 dan 6), tapi orang-orang dari segala usia dapat dipengaruhi oleh gangguan tidur ini. Gejala khas termasuk berkeringat berlebihan, gemetar dan ketakutan jelas. Ditandai dengan gairah tiba-tiba dari tidur gelombang lambat (slow-wave) dengan jeritan menusuk atau menangis, disertai dengan manifestasi perilaku otonom dan ketakutan yang intens.

6. Sleepwalking or Somnabulism :

Berjalan sambil tidur, terlibat dalam kegiatan yang biasanya terkait dengan terjaga (seperti makan atau berpakaian), yang dapat mencakup berjalan, tanpa pengetahuan sadar subjek.

7. Narcolepsy :  

Excessive Daytime Sleepiness (EDS) sering terjadi jatuh tertidur secara spontan, gangguan tidur berupa seseorang kesulitan untuk mengontrol atau tertidur secara tiba-tiba dalam beberapa menit atau sejam. Dalam sehari dapat terjadi beberapa kali. Gangguan sistem saraf ini ditandai dengan kejadian tertidur tiba-tiba kapan dan dimana saja, dan juga kondisi mengantuk yang terus- menerus.

Tertidur saat makan: Narkolepsi

Narcolepsy : Tertidur Saat makan

Sumber : http://fitzania.com

8. Rapid Eye Movement Behavior Disorder (RBD):

Ini adalah tahap tidur yang bermimpi paling  jelas terjadi. Hilangnya inhibisi motorik mengarah ke spektrum yang luas dari rilis perilaku selama tidur. Ketika itu terjadi, orang-orang bertindak diluar kesadaran mereka. Mereka mungkin berteriak, dan menendang, dan bahkan keluar dari tempat tidur dan berlari-lari. Ketika terbangun, mereka biasanya akan ingat mimpi mereka, tetapi mereka tidak akan ingat bahwa mereka pernah bergerak, penderita tampaknya tidak sadar bertindak berdasarkan mimpi mereka. Perilaku ini dapat bersifat kasar secara alami dan dalam beberapa kasus akan menyebabkan cedera baik pasien atau pasangan tidur mereka.

 

Rapid Eye Movement behaviur Disorder

REM Behavior Disorder

Sumber : http://medicastore.com

9. Nocturia :

Sebuah kebutuhan sering untuk bangun dan pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil di malam hari. Ini berbeda dari Enuresis, atau mengompol, di mana orang tersebut tidak  bangun dari tidur, tapi tetap mengosongkan kandung kemih.

10. Insomnia :

Gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun. Insomnia sering disebabkan oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan.

Salah satu terapi psikologis yang efektif menangani insomnia adalah terapi kognitif. Dalam terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur.

11. Mimpi buruk :

Mimpi yang dapat menyebabkan respon emosi negatif yang kuat dari tidur, biasanya memunculkan rasa takut atau dapat terkesan horor. Mimpi itu mungkin dapat berisi situasi bahaya, ketidaknyamanan psikologis atau mengalami teror fisik. Ketika terbangun, biasanya orang itu berada dalam keadaan tertekan dan mungkin tidak dapat kembali ke tidur untuk jangka waktu lama.

Penyebab dari mimpi buruk, bisa disebabkan adanya kondisi yang dialami oleh orang itu berada dalam kondisi yang tidak stabil / sedang dalam keadaan sakit, stress bahkan bisa disebabkan oleh trauma yang berkepanjangan. Sehabis menyaksikan film horor juga merupakan faktor yang memicu mimpi buruk. Menurut American Sleep Association (ASA), jika mimpi buruk terjadi berulang-ulang maka dapat mengganggu psikologi seseorang dan dapat menyebabkan insomnia sehingga konseling dianjurkan untuk dilakukan.

Beberapa penyebab gangguan tidur dapat berupa :

  • Usia, pada orang dewasa normal dibutuhkan 8 jam waktu untuk tidur, seiring dengan penambahan usia jam waktu tidur semakin menurun, pada usia 60 tahun ke atas rata-rata waktu yang digunakan oleh orangtua untuk tidur adalah 6 jam.

  • Kecemasan.

  • Ketergantungan pada alkohol, pengguna atau masa transisi dari terapi alkohol.

  • Kelebihan tidur pada siang harinya.

  • Depresi.

  • Penggunaan narkotika seperti amphetamine dan kokain.

  • Stimulan tertentu berupa nikotin, kopi, alkohol, atau makanan tertentu.

  • Stress dan rasa cemas berlebihan.

  • Gangguan pada sistem urin yang membuat individu terus berjaga untuk ke kamar mandi.

  • Jam kerja dimalam hari.

  • Situasi atau kondisi medis berupa kelebihan thyroid, ephedrine, phenylpropanolamine, dan sebagainya.

  • Penyakit, seperti penyakit tulang, pembesaran prostat, cystitis, atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD).

  • Kekurangan atau kelebihan cahaya di dalam kamar.

  • Lingkungan tempat tinggal yang gaduh, seperti ditepi jalan raya, rel kereta api atau tempat keramaian lainnya.

  • Gangguan pola tidur, tidur yang tidak nyenyak, mudah terbangun.

Gangguan tidur paling banyak ditemukan pada individu yang mengalami stress, kecemasan atau depresi.

Manfaat Tidur Cukup

Pemenuh kebutuhan istirahat dan tidur terutama sangat penting bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat sembuh memperbaiki kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup maka jumlah energi yang di harapkan dapat memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari terpenuhi.

Tidur juga memberikan tenaga bagi manusia agar saat terjaga ia memiliki sistem pertahan tubuh yang baik. Dengan tidur berarti manusia mengistirahatkan beban kerja organisnya yang selalu aktif di dalam tubuh (pencernaan dan pernafasan) serta memberikan otak peningkatan aktifitas untuk me-refresh kondisi seluruh tubuh manusia yang ujungnya juga sangat mempengaruhi perkembangan kondisi psikologis seseorang (mental dan emosional).

Maka dari itu kesehatan mental dan fisik seseorang dapat dibantu salah satunya dengan mengorganisasi pola tidur dengan baik. Dalam keadaan tidur, seseorang seakan sedang me-recharge energinya yang telah dipakai seharian. Dengan me-reboot kemampuan psikis dan fisik seseorang secara eksternal (gerakan motorik) dengan internal (organ gerak dan pernafasan) melalui tidur adalah hal yang wajib dilakukan oleh setiap manusia

Referensi :

Diagnostic and Statistical Manual of  Mental Disorders (DSM-IV). edisi ke-4. Washington, DC: America Psyciatric Association