nita-medicastore.com
26-09-2008

Nyaman Beribadah dan Bepergian Tanpa Overactive Bladder

Bulan Ramadhan merupakan bulan penuh hikmah yang dinantikan oleh umat Islam di Indonesia. Mereka menjalankan ibadah puasa dan memperbanyak shalat, tadarus, zakat dan sedekah untuk memperoleh pahala dan pengampunan. Usai Ramadhan, mereka merayakan kemenangan di Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga, teman dan sanak saudara, dan tidak lupa tradisi saling bersilahturahmi, saling memaafkan, serta mudik atau pulang ke kampung halaman.

Faktor kenyamanan sangat penting dalam menjalankan ibadah dan saat melakukan perjalanan. Khususnya soal kebersihan yang merupakan hal wajib dalam shalat dan beribadah lain seperti tadarus. Akan tetapi bagi kaum muslimah, ada penyakit tertentu yang apabila terus menerus diabaikan, dapat sangat mengganggu kenyamanan beribadah, yaitu overactive bladder (OAB) - sering buang air kecil atau mengompol.

Sebetulnya, penyakit ini dapat dicegah dan diatasi. Apabila penyakit ini diabaikan, dapat bertambah parah dan mengganggu kenyamanan beribadah dan saat melakukan perjalanan atau bepergian.

Memahami fenomena ini, sebagai salah satu kegiatan kampanye Pfizer Woman Care (PWC), PT Pfizer Indonesia menyelenggarakan diskusi ilmiah mengenai OAB, pencegahan dan solusinya di Balai Kartini, Jakarta (22/09) dengan menghadirkan DR. Dr. Siti Setiati, MEpid, SpPD, KGer, dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan geriatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RS Cipto Mangunkusumo.

Dalam istilah kedokteran sering buang air kecil lebih dikenal dengan overactive bladder (OAB). Sampai saat ini belum diketahui dengan jelas penyebab penyakit ini, namun para ahli yang tergabung dengan PERKINA (Perkumpulan Kontinensia Indonesia) menemukan adanya kontraksi yang berlebihan pada otot kandung kemih, yang menyebabkan sensasi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya.

Berdasarkan study APCAB (Asia-Pacific Continence Advisory Board) di negara-negara Asia, setidaknya 53% wanita di Asia terkena gejala OAB.

Gejala OAB dapat menimbulkan permasalahan baru seperti gangguan aktivitas fisik dan pekerjaan, interaksi sosial, psikologis dan depresi, gangguan pada pola tidur, hingga masalah seksual yang kesemuanya akan mengurangi kualitas hidup perempuan.

Tiga gejala yang harus diperhatikan ketika mendiagnosis OAB yaitu:

  1. Urgensi, yakni keinginan tiba-tiba yang kuat untuk berkemih dan sulit ditahan, dengan atau tanpa inkontinens (mengompol)
  2. Frekuensi, yakni mengeluh berkemih terlalu sering atau lebih dari 8 kali dalam satu hari (sering berkemih/poliuri)
  3. Nokturia, yakni keluhan berkemih pada malam hari.
Adapun faktor risiko OAB adalah:
  1. Melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali atau kebiasaan mengedan yang salah atau batuk kronis mengakibatkan seseorang tidak dapat menahan air kencing

  2. Adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih walaupun kandung kemih baru terisi sedikit sehingga menimbulkan rasa ingin berkemih

  3. Berkurangnya hormon estrogen akibat menopause pada wanita menyebabkan lemahnya otot dasar panggul dan risiko timbulnya infeksi saluran kemih yang lebih besar
Dr. Ati memberikan solusi beribadah dan bepergian nyaman selama bulan puasa tanpa OAB, yakni:
  1. Membatasi makan/minum yang bersifat diuretik (kopi, teh, dsb)
  2. Buang air kecil sebelum berwudhu
  3. Dalam perjalanan, biasakan berhenti untuk buang air kecil di toilet tempat peristirahatan tol/SPBU/mesjid
  4. Jika sudah sampai di tempat tujuan cari tahu lokasi toilet
  5. Yang harus dibawa: pakaian dalam untuk ganti, air dalam botol/botol air dan tisu basah bayi atau tisu non-alkohol untuk membasuh agar nyaman di toilet umum
  6. Tidak lupa buang air kecil dan tidak minum sebelum tidur
  7. Memakai panty liner/pembalut wanita sehingga dapat langsung dibuang dan tidak mengotori pakaian dalam atau meletakkan popok alas untuk melapisi seprei tempat menginap
  8. Bladder training, terdiri atas: edukasi penderita, penjadwalan berkemih dan teknik menahan berkemih, dan latihan otot dasar panggul
  9. Segera konsultasi pada dokter jika merasakan gejala-gejala di atas sehingga bisa diberikan obat yang tepat.

Dalam OAB, dapat dilakukan pendekatan farmakologis dengan menggunakan obat untuk mengobati gejala-gejala penyakit OAB. Mekanisme kerja obat ini antara lain dengan mengurangi frekuensi buang air, keinginan yang mendesak dan buang air kecil secara tidak sadar; membantu mengontrol keinginan buang air dengan mengurangi kontraksi otot yang berada di dinding kandung kemih; serta meningkatkan kapasitas penampungan urin/air kencing pada kandung kemih dan dapat menunda keinginan untuk buang air kecil.