medicastore
15-08-2017

Tepatkah Konsumsi Gula Anda?

Sumber : Quora

 

Masyarakat Indonesia diharapkan untuk memperhatikan jumlah asupan gula yang masuk ke dalam tubuh dan menyesuaikan dengan takaran yang dianjurkan. Jika gula yang dikonsumsi berlebih, maka akan mengakibatkan masalah kesehatan, diantaranya obesitas, diabetes dan komplikasinya, dan lainnya. Aktivitas fisik dan diet sangat dianjurkan agar terjadi keseimbangan dengan asupan gula yang dikonsumsi.

Inovasi pangan saat ini telah mampu menghasilkan gula tanpa kalori yang tidak diserap tubuh. Gula yang berasal dari serat tanaman ini disebut wood sugar/gula kayu. Gula ini merupakan gula alami yang diproses dari serat tumbuhan dan memiliki beberapa manfaat kesehatan, sehingga dapat menjadi solusi atas asupan gula berlebih pada masyarakat Indonesia. Demikian materi yang dikemukakan dalam seminar media tentang konsumsi gula yang tepat di Hotel The Akmani, Senin, 7 Agustus 2017.

Dalam sambutannya, Budi Wirawan, Direktur Pelaksana PT. Satou Lab di Seminar Media hari ini mengatakan, “Bagi masyarakat Indonesia, mengkonsumsi gula mungkin sudah jadi kebiasaan sejak kecil hingga dewasa. Namun, konsumsi gula yang berlebih dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Pada akhir tahun 2013, Satou Lab berkomitmen untuk memproduksi produk dengan konsep ‘Health & Leisure’ yaitu produk yang sehat, tapi juga dapat dinikmati. Untuk itu, kami bekerja sama dengan Noguchi Medical Reseach Institute di Jepang untuk melakukan riset, guna mengembangkan produk-produk kami. Pada kesempatan kali ini, kami menghadirkan 2 pembicara yaitu Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc, dan Dr. Yoshihisa Asano, PhD, DPH yang akan membahas lebih lanjut mengenai asupan gula dan mengatasi konsumsi gula berlebih, serta inovasi pangan terbaru yaitu gula kayu (wood sugar) yang memiliki banyak manfaat bagi tubuh.”

Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc, pakar gizi dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan, “Kasus obesitas terus menerus meningkat jumlahnya di negara maju maupun negara berkembang.1 Prevalensi obesitas pada orang dewasa di Indonesia meningkat dari 16,8% (Riskesdas 2007) ke 31,4% (Riskesdas 2013). Selain itu, jumlah penyandang diabetes di Indonesia diperkirakan sebanyak 10 juta menurut Data International Diabetes Federation pada tahun 2015. Sedangkan, Data Sample Registration Survey di tahun 2014 menyatakan, diabetes telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia nomor 3 dengan persentase sebesar 6,7% setelah Stroke (21,1%), dan Penyakit Jantung

Salah satu penyebab tingginya angka obesitas dan diabetes di Indonesia adalah kultur rasa, dimana masyarakat Indonesia menyukai rasa manis pada hidangan yang mereka konsumsi. Sebagai salah satu upaya pencegahan masalah kesehatan tersebut, WHO menyarankan memperbanyak aktivitas fisik dan diet, dengan membatasi asupan gula yang masuk ke dalam tubuh.”

“Secara alamiah, gula dapat ditemukan pada buah, sayur, susu dan produk susu. Disamping itu, ada juga gula yang ditambahkan ke dalam makanan dan minuman yang disebut sebagai “added sugar” atau gula tambahan. Gula merupakan sumber karbohidrat dan energi/kalori, karena gula menghasilkan 4kkal dari setiap gram gula yang dikonsumsi. Di tahun 2015, WHO merekomendasikan pembatasan asupan gula tambahan hingga kurang dari 10% asupan energi total pada orang dewasa dan anak,” tutur Dr. Saptawati.

“Peraturan Kementerian Kesehatan RI No 30 tahun 2013, merekomendasikan konsumsi gula tidak melebihi 50 gram (5 sendok makan) per orang per harinya untuk mengurangi risiko Diabetes. Kini semakin banyak jenis produk pemanis yang beredar di pasaran, sebagai konsumen kita harus cermat memilih produk pemanis yang sesuai dengan kebutuhan asupan kalori,” jelas Dr.Saptawati pada akhir presentasinya.

Pada kesempatan yang sama, Dr. Yoshihisa Asano, PhD, DPH., Medical Scientist, Biochemist, Nutritionist, sekaligus pendiri dari Noguchi Medical Research Institute, Tokyo juga menjelaskan, “Fokus utama kesehatan di Jepang adalah pencegahan penyakit, yang disebut juga dengan Mibyou Control. Pencegahan obesitas menjadi poin utama dalam pencegahan penyakit, salah satu cara mencegah obesitas adalah dengan mengatur asupan gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh.”

“Gula kayu merupakan merupakan jenis gula baru yang berasal dari serat tumbuhan, yang diperoleh dari ekstrak kulit kelapa, batang bambu, bonggol jagung, dan tumbuhan lainnya. Salah satu sifat dari gula kayu yaitu, tidak diserap langsung oleh tubuh. Riset terdahulu membuktikan, konsumsi gula kayu dapat menghambat kenaikan kadar gula dalam darah. Karena dapat menjaga kadar gula dalam darah, gula ini aman digunakan sebagai pengganti pemanis bagi penyandang diabetes,” jelas Dr. Asano pada presentasinya.

“Selain itu, gula kayu juga dapat meningkatkan jumlah bakteri baik (probiotik) dalam usus, yang berfungsi untuk menjaga sistem metabolisme , dan meningkatkan daya tahan tubuh. Gula kayu dapat menjadi solusi konsumsi pemanis bagi masyarakat Indonesia dan dunia, melihat begitu banyaknya manfaat bagi tubuh. Dengan adanya gula kayu, kini masyarakat bisa mendapatkan rasa manis tanpa perlu khawatir efek buruk yang muncul bagi kesehatan. Akhir kata, sangat penting untuk mencegah gangguan kesehatan dengan memperhatikan gaya hidup. Pencegahan penyakit, berarti menghemat biaya pengobatan di kemudian hari,” tutup Dr. Asano pada akhir presentasinya.