31-03-2004

Laki-laki, POLUSI UDARA dan Kanker!

Berhatilah-hatilah kaum laki-laki, terutama bila Anda tinggal atau bekerja di daerah yang kualitas udaranya buruk.

Berdasarkan penelitian terbaru, laki-laki yang tinggal di daerah yang tingkat pencemaran udaranya menunjukkan angka mengkhawatirkan, berisiko terkena kanker paru-paru.

Selama hampir 30 tahun, para ahli Norwegia melakukan pengamatan terhadap 16.000 laki-laki. Mereka menemukan, laki-laki yang tinggal di daerah dengan kualitas udara buruk lebih besar risikonya mengidap kanker.

Semakin tinggi konsentrasi nitrogen dioksida (NO2) di tempat tinggal Anda semakin besar risiko Anda.

"Tetapi, merokok tetap menjadi faktor risiko terbesar bagi laki-laki terkena kanker paru-paru," kata para ahli tadi dalam hasil penelitiannya yang dimuat dalam jurnal Thorax.

Sejauh ini, usaha memperkecil pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan manusia masih sulit. Meskipun, sudah banyak bukti berkaitan dengan meningkatnya jumlah penderita kanker.

Selama 27 tahun melakukan penelitian, para ahli Norwegia menemukan 400 laki-laki yang tinggal di daerah yang udaranya tercemar menderita kanker paru-paru.

Namun, tidak ada peningkatan risiko kanker berkaitan dengan tingkat pencemaran SO2 (sulfur dioksida).

Meskipun pengaruh pencemaran udara terhadap berkembangnya risiko kanker ini masih kecil, sekitar 8%, tetapi para peneliti dari the Norwegian Institute of Public Health yakin bukti-bukti tadi sangat kuat.

"Polusi udara di daerah perkotaan, meningkatkan risiko kanker paru-paru pada laki-laki," tegas mereka dalam jurnal tersebut.

Profesor Stephen Spiro, dari British Thoracic Society menambahkan, "Pengaruh polusi udara terhadap kesehatan tidak memandang usia. Tua dan muda memiliki risiko yang sama. Karenanya, kita harus bekerjasama menurunkan tingkat pencemaran udara."

Udara Buruk Jakarta
Jelas sudah belasan juta nyawa manusia yang tinggal maupun bekerja di Jakarta terancam jiwanya. Udara yang mereka hirup setiap hari sangat buruk.

Secara fisik pencemaran udara di Jakarta bisa dilihat langsung dengan pancaindra. Sepanjang pagi hingga sore hari, langit di Jakarta berwarna abu-abu. Dari kejauhan, gedung-gedung tinggi tidak lagi bisa dilihat dengan jelas, seperti tertutup kabut.

Udara di sepanjang jalan terasa menyesakkan. Asap hitam dari bus dibiarkan mengepul di jalanan. Demikian juga asap kendaraan dengan bahan bakar bensin bertimbal masih saja dibiarkan meracuni Jakarta.

Angka pencemaran udara di Jakarta sudah menunjukkan angka mengkhawatirkan.

Berdasarkan data yang dihimpun Harian Kompas, di Jakarta, ada enam stasiun pemantau, antara lain di Kemayoran, Gelora Bung Karno, Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Pondok Indah, dan Kantor Wali Kota Jakarta Barat.

Dari data, konsentrasi maksimum harian untuk partikulat (PM10) terendah ada di Pondok Indah sebesar 378,75 mikrogram/m kubik dan konsentrasi maksimum tertingginya ada di Casablanca, yaitu 496,22 mikrogram/m kubik. Padahal, ambang batasnya hanya 150 mikrogram/ m kubik.

Konsentrasi karbon monoksida (CO) maksimum harian terendah ada di Kantor Wali Kota Jakarta Timur sebesar 12,82 mg/m kubik dan konsentrasi maksimum harian tertinggi di Casablanca sebesar 19,75 mg/m kubik. Konsentrasi ini di atas NAB sembilan mikrogram/m kubik.

CO adalah gas buang yang sangat berbahaya bagi paru-paru. Gas ini dapat diserap dengan mudah oleh pembuluh darah paru dan diikat oleh hemoglobin.

Organ-organ tubuh yang paling peka terhadap efek gas CO adalah otak dan jantung. Pada tingkat yang parah, CO dapat menyebabkan sakit kepala berat, mual, muntah, kehilangan kesadaran, bahkan kematian.

Konsentrasi maksimum harian sulfur dioksida (SO2) paling tinggi pada angka 403,65 mikrogram/m kubik. Hal itu terjadi di Casablanca. Sementara konsentrasi maksimum harian terendah di Kemayoran sebesar 164,58 mikrogram/m kubik. Sementara NAB-nya hanya 260 mikrogram/m kubik.

Secara keseluruhan, kualitas udara di Jakarta semakin turun kualitasnya. Jadi, sebaiknya Anda mulai berhati-hati. (GCM/kcm)