dr. Martin Leman DTM&H
01-09-2004

Bila Anak Mengalami Luka Lecet

Memasuki usia di atas 1 tahun, umumnya balita sudah mulai dapat berdiri. Selanjutnya ia akan segera mulai belajar berjalan dan berlari. Bahkan, menjelang usia 2 tahun, bukan hal yang aneh bila si kecil ini sehari-harinya senang sekali berlari-larian di mana saja. Entah di dalam rumah, di pekarangan, atau bahkan saat diajak berjalan-jalan keluar rumah.

Rasanya hampir tidak mungkin si kecil ini dapat berlari terus menerus tanpa sekalipun pernah jatuh. Memang idealnya ia perlu dijaga agar tidak sampai terjatuh dan terluka. Namun hal ini bisa saja terjadi, kan? Nah, hal yang penting untuk diperhatikan sekarang, adalah apa yang bisa kita lakukan bila si kecil jatuh dan mengalami luka lecet ini? Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan:
  • Sebagian besar anak kecil yang jatuh dan terluka akan menangis. Tangisan ini bisa disebabkan karena rasa sakit atau rasa takut yang dirasakan, namun tak jarang juga sebagai bentuk upaya mencari pertolongan dan bantuan dari orang tuanya. Menghadapi ini, segeralah tenangkan anak terlebih dahulu. Dekapan dan usapan dari orang tua akan menenangkan hati sang anak, sehingga ia merasa terlindungi dan aman. Tentunya ini dilakukan sambil memeriksa dan mengamati dengan cepat, bagian tubuh mana yang mengalami perlukaan atau cedera. Upaya menenangkan si kecil ini penting, selain untuk memberikan dukungan psikologis, juga bermanfaat agar upaya penanganan cedera selanjutnya lebih mudah.

  • Bila si kecil jatuh di tempat yang berpasir atau tanah, biasanya luka akan bersifat kotor. Maksudnya, di permukaan luka akan terdapat banyak butiran pasir, debu, atau tanah yang menempel. Nah, perlu diperhatikan dalam upaya menenangkannya tadi, janganlah sekali-kali mengusap-usap luka terbuka tersebut secara langsung. Masalahnya, ini justru akan menyebabkan kotoran tersebut masuk semakin dalam pada daerah luka dan tentunya akan menyulitkan dalam upaya membersihkan luka selanjutnya. Usapan sebaiknya diberikan pada bagian tubuh lainnya, atau hanya di sekitar luka yang terjadi.

  • Setelah anak menjadi lebih tenang dan kooperatif, barulah kita bersihkan luka yang kotor tersebut. Dalam membersihkannya, gunakanlah kain kasa yang bersih dan steril, dengan gerakan yang halus dan perlahan. Gerakan dimulai dari sebelah dalam ke arah luar luka atau dapat pula dilakukan dengan gerakan seperti membuat lingkaran kecil yang semakin lama semakin melebar, ke arah luar luka. Untuk memudahkannya, kasa dapat dibasahi dengan larutan yang steril, atau paling tidak air bersih dan matang.

  • Setelah luka tampak bersih dan kotoran tidak ditemukan lagi, usapkanlah luka dengan cairan antiseptik. Cairan yang digunakan umumnya berbahan dasar povidone iodine. Sedapat mungkin hindari penggunaan cairan antiseptik berupa alkohol, sebab walaupun sanggup mematikan kuman segera, pemberiannya pada luka terbuka menimbulkan rasa yang sangat nyeri.

  • Setelah luka dibersihkan dan diberikan obat antiseptik, adakalanya luka perlu ditutup dengan perban pembalut luka. Tujuan pembalutan pada dasarnya adalah mencegah luka mengalami kontaminasi kuman dari luar, kotoran, debu, dan sebagainya. Oleh karenanya, bila memang anak masih harus berada dalam lingkungan yang relatif berdebu, banyak kotoran, dan tidak bersih, luka memang perlu dibalut. Sebaliknya, bila anak sudah berada di rumah, dan bisa dikatakan rumah tersebut ada dalam lingkungan yang cukup bersih, balutan tidak selalu perlu dipasang. Justru luka akan lebih cepat kering dan sembuh bila dibiarkan terbuka, dengan syarat tidak sampai terkena benturan, atau kotoran lagi.

  • Seandainya luka memang perlu dibalut, berapa lamakah perlu diganti perban? Walaupun tidak dapat ditentukan secara absolut, namun umumnya perban dianjurkan untuk diganti paling tidak 2 hari sekali. Ini tujuannya agar luka tidak menjadi lembab dan basah. Hal yang perlu diingat juga, adalah untuk menjaga agar jangan sampai luka tersebut menjadi basah karena terkena siraman air. Luka yang basah tentu akan semakin lama sembuhnya.

  • Perlukah anak diperiksakan ke dokter dan diberi obat minum antibiotik? Sesungguhnya, bila anak tidak mengalami luka serius, luka ukurannya kecil saja, tidak dalam, dan tidak kotor, maka perawatan luka seperti disebut di atas sudahlah memadai. Namun, bila luka luas, dalam, atau kotor, maka tidak ada salahnya ia dibawa ke dokter untuk dilakukan tindakan perawatan luka yang lebih teliti. Bila dirasakan memang perlu, dokter akan memberikan obat untuk mengurangi rasa sakit dan juga antibiotik untuk mengatasi risiko infeksi pada luka.

  • Walaupun dapat dicoba ditangani sendiri, perlu pula diketahui beberapa hal yang menjadi tanda kewaspadaan, agar anak segera dibawa ke dokter untuk ditangani secara lebih baik. Tanda tersebut yaitu: bila ada perdarahan yang tak berhenti-henti, bila kemudian ada nanah di luka, bila luka basah terus, bila anak menjadi demam setelahnya, dan bila nyeri terasa makin hebat. Dan tentunya, bila anda merasa ragu dan kurang yakin dengan kondisi si kecil? tidak ada salahnya juga ia diperiksakan ke rumah sakit atau dokter terdekat.