www.kapanlagi.com
30-04-2007

Bahaya Mengintai di Balik Pemakaian Antibiotik

Hampir semua orang pernah menggunakan antibiotik, baik dalam bentuk tablet, sirup maupun obat oles. Antibiotik telah 70 tahun lebih digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri.

Penyakit serius, seperi, tuberkulosis atau kolera, yang ratusan tahun lalu merupakan penyakit fatal bagi seluruh umat manusia, kini tidak lagi merupakan ancaman seperti dulu.

Penyakit klasik yang menggunakan antibiotik untuk mengatasinya adalah infeksi kandung kemih dan radang amandel. Antibiotik sering digunakan untuk mencegah bakteri bergerak dari kandung kemih ke ginjal. Dampak sampingnya sangat jarang. Obat antibiotik bagus untuk tubuh.

Namun di sejumlah kasus, pasien gagal mengkonsumsi antibiotik secara tepat. Hal itu di antaranya dapat mempengaruhi bakteri usus dan memicu diare di sejumlah orang. Reaksi alergi kulit juga dapat terjadi jika obat oles digunakan dalam jangka waktu panjang. Konsumsi alkohol saat sedang menggunakan antibiotik juga sangat berbahaya.

"Itu dapat memicu komplikasi pada hati sebagai dampak penggunaan alkohol," kata Constanze Wendt dari Lembaga Ilmu Kesehatan di Heidelberg.

Antibiotik dapat juga mengurangi efektivitas pil kontrasepsi. Antibiotik berfungsi mencegah pertumbuhan bakteri. Mereka dibuat dengan berbagai cara berbeda.

"Antibiotik yang banyak dijumpai adalah penisilin, namun juga ada antibiotik sintetis," kata kata Ursula Sellerberg dari Asosiasi Apoteker Jerman, yang berkantor pusat di Berlin.

Antibiotik ada dua jenis, yaitu yang berspektrum luas dan yang berspektrum sempit. Sebagaimana namanya, antibiotik dengan spektrum luas efektif untuk melawan bakteri dengan jenis beragam, sedangkan yang berspektrum sempit untuk memerangi bakteri dengan jenis spesifik.

Oleh karena penggunaan antibiotik sangat beragam, maka sejumlah bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik. Mereka tidak lagi dapat diatasi dengan obat konvensional, seperti antibiotik berspektrum luas.

Untuk mencegah bakteri menjadi resisten, antibiotik hanya dapat digunakan dengan pengawasan resep dokter di sejumlah negara.

Tapi, itu bukan masalah di banyak tempat. "Di Spanyol, misalnya, dimana antibiotik dapat dibeli di gerai obat. Kasus resistensi obat sangat tinggi," kata Sellerberg.

Industri obat juga segan mengeluarkan antibiotik temuan baru ke pasar untuk menjaga efektivitas dalam kasus darurat, yang serius. Kebanyakan dokter sekarang sangat hati-hati memastikan dan tidak meresepkan antibiotik terlalu awal dalam masa perawatan.

"Dalam kasus anak-anak, kami merawat penyakit infeksi tropis, seperti, sinusitis dengan mengurangi pembengkakan," kata Michael Deeg, ahli telinga, hidung dan tenggorokan, di Freiburg, Jerman Barat Daya.

Antibiotik baru akan digunakan ketika infeksi makin berkembang, namun bahkan pada tahap itu, dokter masih mencoba menemukan metode paling efektif untuk memerangi infeksi.

"Sebuah sampel cairan tengah diteliti di laboratorium untuk menemukan cara terbaik memerangi bibit penyakit," katanya.

Antibiotik bekerja dengan cepat setelah dikonsumsi. "Di sejumlah kasus, pasien bebas dari seluruh gejala dalam beberapa jam," kata Sellerberg.

Namun, itu adalah saat pasien berada dalam masa bahaya dimana penyakitnya bisa kambuh kembali. Terutama jika mereka berhenti mengonsumsi obat terlalu cepat, karena merasa membaik. Maka tidak semua bakteri telah terbunuh.

Sellerberg dengan kuat mendorong pasien mengikuti jadwal perawatan sepanjang perintah dokter. Itu akan mencegah peluang sejumlah bakteri bertahan dari pengobatan dan menjadi resisten. Setiap orang yang resisten jika terinfeksi dengan bakteri itu lagi tidak dapat lagi dirawat secara efektif dengan antibiotik sama.

Pasien juga dapat bersikap skeptik ketika bicara mengenai antibiotik.
"Antibiotik hendaknya tidak diresepkan sebagai upaya pencegahan. Mereka seharusnya hanya diberikan jika infeksi terjadi," kata Wendt.

Konsumsi tablet antibiotik untuk menanggulangi radang selaput lendir hidung adalah perawatan yang salah.

Kebanyakan orang masih tidak peduli bahwa antibiotik tidak efektif melawan virus dan tidak dapat digunakan untuk memerangi flu biasa.

Namun, Wendt mengatakan bahwa antibiotik masih merupakan cara paling efektif untuk merawat infeksi bakteri serius, seperti, meningitis atau infeksi paru-paru, yang dapat berakibat fatal jika tidak dirawat tepat waktu. (*/cax)