Scientific Medicastore
31-05-2007

Waspadai TDS Pada Pria Usia Produktif dan Usia Lanjut

Testosteron Deficiency Syndrome (TDS) atau Sindrom Kekurangan Testosteron pada pria di usia produktif dan usia lanjut akan berdampak serius terhadap kesehatan dan kualitas hidup pria.

Beberapa dampak yang muncul antara lain, yaitu rendahnya dorongan seksual dan menurunnya libido, menurunnya fungsi ereksi, penurunan massa otot dan kekuatannya, kenaikan berat badan, kurang konsentrasi, mudah lelah, depresi berat, kelemahan fisik yang parah, osteoporosis dan anemia.

Jika hal ini dibiarkan dan tidak ditangani, akan mengakibatkan munculnya gejala-gejala tersebut serta menurunkan kualitas hidup secara serius.

TDS merupakan suatu keadaan dimana produksi testosteron dari testis (kelenjar seks pada pria) tidak cukup. TDS juga merujuk pada disfungsi sistem endokrin (androgen production) dan sistem eksokrin (sperm production).

Pria dengan ciri-ciri dan gejala ke arah TDS harus berkonsultasi dengan dokter untuk memeriksa kadar testosteron mereka. Pasien dianggap menderita TDS apabila tingkat testosteron dalam darah di bawah 12 nmol/l (kisaran normal adalah di antara 12 nmol/l ? 40 nmol/l).

TDS pada pria juga akan mengakibatkan konsekuensi medis seperti sindrom metabolisme yang dapat dilihat dari obesitas, disregulasi insulin (yang menyebabkan tingkat kadar gula darah menjadi abnormal), tingkat kolesterol yang tinggi dan hipertensi ringan. Kondisi ini pada akhirnya dapat mengarah pada penyakit diabetes mellitus dan jantung.

Testosteron merupakan hormon seks steroid (androgen) pria yang umumnya diproduksi oleh testis setelah terjadi kematangan pembentukan kelenjar gonad pria (testis). Testosteron bertanggung jawab terhadap perkembangan anak laki-laki menjadi seorang pria pada masa pubertas mereka. Hormon ini berperan dalam seksualitas, pembentukan fisik, mental dan performa pria.

Turunnya Testosteron Pada Pria
Testosteron merupakan hormon seks pria yang paling penting. Menurut laporan Massachussets Male Aging Study (1991) dan Vermeulen (1992) mulai usia 40 th pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah aktif sekitar 1,2% per tahun, mencapai usia 70 th pria akan mengalami penurunan kadar testosteron darah sebanyak 35% dari kadar semula.

Proses penuaan pada pria berdampak pada sistem endokrin, sistem genital, komposisi tubuh dan sistem muskular, sistem kardiosvaskular dan sistem syaraf. Bertambahnya usia merupakan penyebab yang umum terjadinya TDS. Tipe ini disebut sebagai Slow Onset atau Low Onset TDS.

Berbagai keadaan seperti visceral obesity (lemak perut atau perut buncit) dan diabetes mellitus atau penyakit-penyakit metabolik lainnya dapat mempercepat terjadinya penurunan kadar testosteron bila dibandingkan dengan pria seusia tanpa obesitas dan diabetes mellitus.

Pria dengan central obesity cenderung mempunyai kadar testosteron lebih rendah dibandingkan dengan pria tanpa central obesity. Pria dengan diabetes mellitus cenderung mempunyai kadar testosteron lebih rendah dibandingkan dengan pria tanpa diabetes mellitus. Di samping itu, penyebab TDS lainnya adalah kerusakan fungsi dari testis (kemungkinan keturunan), zat beracun, tumor, operasi, dll.

Penurunan fungsi ereksi merupakan salah satu gejala umum yang terjadi akibat TDS. Pria dengan penurunan fungsi ereksi mungkin memiliki tingkat testosteron yang rendah dan harus memeriksakan tingkat testosteronnya (panduan internasional saat ini menekankan pada pentingnya skrining TDS pada pria dengan penurunan fungsi ereksi).

Penurunan fungsi ereksi juga dapat diobati hanya dengan testosteron, khususnya apabila penyebab utamanya adalah kekurangan testosteron. Prevalensi pria TDS dengan Penurunan fungsi ereksi dilaporkan sekitar 20%.

Penanganan TDS bertujuan untuk memulihkan parameter metabolik kedalam kondisi normal (eugonadal), meningkatkan massa, kekuatan dan fungsi otot, memelihara BMD (Bone Mineral Density) dan menurunkan risiko fraktur, meningkatkan fungsi neuropsikologis (kognisi dan mood), meningkatkan fungsi psikoseksual serta meningkatkan kualitas hidup.

Minimnya Pengetahuan Awam
Namun sayangnya, kurangnya informasi mengenai kondisi TDS mengakibatkan pria yang terkena penyakit tersebut mengabaikan dan tidak menyadari gejala-gejala penyakit tersebut sebagai kondisi medis yang membahayakan namun menganggapnya sebagai ?hal yang normal?.

Hal ini membuat mereka berupaya mengobati sendiri penyakit ini dengan produk yang dijual bebas, tanpa mempertimbangkan bantuan profesional dalam upaya mengobati penyebab penyakit ini.

Jika dibiarkan tidak diobati, penyakit ini dapat secara serius mempengaruhi kesehatan seksual, fisik, dan mental pria. Oleh karena itu disarankan bagi pria dengan gejala-gejala mengarah pada TDS untuk memeriksakan kadar testosteron mereka.

Harapan Baru Penderita TDS
Pemberian testosteron pada pria TDS secara teratur di atas usia 40 tahun dapat meningkatkan kualitas hidup di masa lansia. Long acting testosterone-undecanoate yaitu suatu terapi injeksi testosteron yang aman, efektif dan nyaman, yang biasanya diberikan 4 kali dalam setahun.

Terapi ini memberikan harapan baru bagi pria di dunia serta di Indonesia karena menyediakan dosis testosteron yang stabil dan konstan bagi tubuh dalam durasi yang panjang.

Penelitian-penelitian melaporkan bahwa terapi tersebut dapat mempertahankan tingkat testosteron dalam darah pada tingkat normal selama kurang lebih 3 bulan.

Terapi injeksi testosteron menyediakan pilihan terapi yang lebih baik bagi pria Indonesia yang disertakan dengan kenyamanan dan efek samping yang minimal. Di Indonesia, Nebido? produksi Bayer Schering Pharma telah diluncurkan pada tanggal 11 Agustus 2006 lalu di Surabaya.