nita-medicastore.com
30-06-2008

Peran Nutrisi dan Stimulasi Dini pada Kecerdasan Balita

Masa balita merupakan masa yang penting dalam pertumbuhan seorang anak. Pada masa balita, otak seorang anak akan berkembang dengan pesat yang nantinya akan menentukan kecerdasan anak tersebut. Namun yang menjadi pertanyaan, apa saja yang dibutuhkan seorang anak agar perkembangan otaknya optimal?

Teori kecerdasan multipel yang dikembangkan oleh Howard Gardner mengungkapkan bahwa setiap manusia mempunyai berbagai kecerdasan yang berbeda-beda dengan tingkat yang berbeda-beda sehingga setiap orang mempunyai profil kognitif yang berbeda-beda pula.

Ada delapan bentuk kecerdasan dalam kecerdasan multipel, yaitu:

  1. Verbal-linguistic: kemampuan merangkai kalimat dan bercerita.
  2. Logical?mathematical: kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan logika-matematika.
  3. Visual-spatial: kemampuan berpikir tiga dimensi dan stereometris.
  4. Bodily-kinesthetic: ketrampilan gerak, tari, dan olahraga.
  5. Musical: kemampuan berekspresi dengan bunyi, nada, irama, lagu, dan musik.
  6. Intrapersonal: kemampuan memahami dan mengendalikan diri sendiri
  7. Interpersonal: kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain.
  8. Naturalist: kemampuan menikmati dan memanfaatkan lingkungan.

Menurut Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi, seorang pakar tumbuh kembang anak, perkembangan kecerdasan seorang anak diperoleh dengan cara belajar dari lingkungan, yakni dengan melihat, mendengar, merasakan, mengingat, meniru/mencoba, menyimpan/memori, mengulang, dan membiasakan. Proses kecerdasan ini dimulai sejak anak berada di dalam kandungan.

Perkembangan kecerdasan, kreativitas, dan perilaku anak tergantung dari kualitas fungsi otak. Sementara itu, kualitas fungsi otak sendiri tergantung oleh banyaknya sel otak, banyaknya percabangan sel otak, kuantitas/kualitas sinaps (hubungan antar sel otak) dimana semakin banyak sinaps maka semakin kompleks kemampuan otak, banyaknya neurotransmiter (zat yang mengaktifkan sinaps), dan kualitas mielinisasi (pembentukan selubung saraf). Keseluruhan hal di atas dipengaruhi oleh kualitas nutrisi dan stimulasi.

Faktor Nutrisi
Nutrisi yang lengkap dan seimbang dapat diperoleh balita dari Air Susu Ibu (ASI). Tak lain karena ASI mengandung sejumlah nutrisi penting, yakni:

  • Protein dan asam amino untuk pertumbuhan sel dan fungsi otak serta perlindungan terhadap infeksi.
    Asam amino tisosin dan triptofan yang terkandung dalam ASI berfungsi sebagai bahan zat penghantar rangsang saraf (neurotransmiter) dan mempengaruhi perilaku terkait konsentrasi, emosi, dan pengendalian diri.
  • Lemak dan asam lemak untuk energi dan pertumbuhan sel-sel otak yang terdiri dari:
    • AA dan DHA untuk ketajaman penglihatan dan kecerdasan.
    • Sphyngomyelin untuk kecepatan hantar rangsang saraf karena kecepatan berpikir akan berdampak pada kecerdasan.
    • Sialic acid untuk kecepatan belajar dan daya ingat.
    • Gangliosida untuk pemrosesan dan penyimpanan informasi.
  • Karbohidrat sebagai sumber energi sel-sel otak dan prebiotik yang digunakan dalam aktivitas sel.
  • Vitamin untuk pertumbuhan sel-sel otak.
  • Mineral, khususnya zat besi (Fe) untuk pembentukan mielin yang akan mempengaruhi kecepatan hantar saraf sehingga akan mempercepat pemrosesan informasi dan berdampak pada kecerdasan.
    Kekurangan zat besi akan berpengaruh pada kualitas otak. Gangguan akibat kekurangan zat besi akan mengakibatkan anak lambat menerima dan memproses informasi, sulit memusatkan perhatian, hiperaktivitas, mengalami gangguan pengendalian emosi, gangguan memori, dan lambat dalam hal pembelajaran lingkungan. Pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya kecerdasan anak, prestasi sekolah, ketrampilan pemecahan masalah, dan dapat menimbulkan gangguan perilaku.

Faktor Stimulasi Dini
Stimulasi dini dimulai sejak usia kehamilan 6 bulan sampai anak berusia 2-3 tahun. Stimulasi dini akan membantu proses perkembangan otak anak. Bentuk stimulasi yang diberikan dapat dilakukan dengan cara bermain aktif dan dilakukan setiap hari dengan penuh kasih sayang serta perasaan gembira.

Berikut beberapa tips dari Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi tentang stimulasi dini pada balita:

  • Metoda stimulasi: dengar, lihat, tiru/coba, diulang, tuntas.
  • Bagian yang di stimulasi: otak kanan dan kiri, sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional, kemandirian, dan kreativitas.
  • Cara melakukan stimulasi: dengan rangsang suara, musik, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, membaca, mencocokkan, membandingkan, mengelompokkan, memecahkan masalah, mencoret, menggambar, merangkai, dan lainnya.
  • Waktu stimulasi: setiap kali berinteraksi dengan anak yakni pada saat menyusui, menidurkan, memandikan, ganti baju, di jalan, bermain, di dalam mobil, nonton TV, sebelum tidur, dan sebagainya.

Untuk merangsang kecerdasan multipel, stimulasi yang dilakukan haruslah seimbang antara otak kiri dan kanan. Otak kiri yang sifatnya konvergen (menyempit, menajam) mengatur logika-matematika, rasional, tata bahasa, membaca, dan menulis. Sementara otak kanan yang sifatnya divergen (melebar, meluas) mengatur imajinasi, kreativitas, seni, musik, nyanyi, sosio-emosional, kerjasama, kepemimpinan, moral, dan spiritual. Kecerdasan multipel merupakan gabungan kerjasama antara otak kanan dan kiri.

Pola Pengasuhan Juga Penting
Pola pengasuhan anak juga berpengaruh terhadap kecerdasan, kreativitas, dan perilaku anak. Adapun pola pengasuhan yang dimaksud adalah:

  • Otoritatif (demokratik) Pola pengasuhan ini dilakukan dengan penuh kasih sayang, kehangatan, dan kegembiraan; menciptakan rasa nyaman, aman, dan dilindungi; peka pada isyarat yang diberikan anak; anak diberi contoh dan bukannya dipaksa; dibantu, didorong, dan dihargai; melakukan koreksi dan bukannya ancaman/hukuman). Hasilnya anak akan lebih percaya diri, mandiri, dan kreatif.
  • Otoriter (diktator) Pola pengasuhan dilakukan dengan melarang, membatasi, tidak didengar minat/pendapat, dan sering menghukum yang mengarah pada tindakan abuse. Hasilnya menjadi anak kurang inisiatif, kurang kreatif, dan kurang komunikatif.
  • Permisive Pola pengasuhan dengan memperbolehkan segala sesuatunya, sehingga anak menjadi kurang kendali diri dan kurang tanggung jawab.
  • Tidak dipedulikan Anak diterlantarkan sehingga kemampuan anak rendah.
Artikel terkait: