dr. Iwan Santoso
09-01-2009

Tes Alergi

Sering kita mendengar penyakit alergi, maka akan timbul pertanyaan di dalam pikiran kita. Apa saja yang termasuk penyakit alergi ? Bagaimana cara mengetahui alergi tersebut ?

Penyakit alergi termasuk penyakit genetik atau keturunan, yang disebabkan oleh antibodi Imunoglobulin E (Ig E). Yang termasuk penyakit alergi adalah :
  1. Rinitis alergi, ditandai oleh bersin-bersin, hidung tersumbat, gatal, berair.
  2. Konjungtivitis alergi, ditandai oleh mata gatal, merah, berair, kelopak mata bengkak.
  3. Urtikaria (biduran, kaligata), ditandai oleh kulit bentol, merah, gatal.
  4. Dermatitis (eksim), ditandai oleh kulit merah, gatal, mengelupas, kasar.
  5. Asma, ditandai oleh batuk lama, sesak napas, bunyi mengi waktu bernapas.
  6. Pada saluran pencernaan, ditandai oleh mual, muntah, mules, diare.
Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit alergi dapat kita periksa kadar Ig E dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen).
Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
  1. Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
    Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya  debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain. Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal.
    Syarat tes ini :
    • Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
    • Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
      Biaya untuk test ini untuk mendeteksi 33 alergen berkisar antara Rp. 350.000 - Rp. 600.000 tergantung instansi dan peralatan yang dipakai.

  2. Patch Tes (Tes Tempel).
    Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.
    Syarat tes ini :
    • Dalam 48 jam, pasien tidak boleh melakukan aktivitas yang berkeringat, mandi, posisi tidur tertelungkup, punggung tidak boleh bergesekan.
    • 2 hari sebelum tes, tidak boleh minum obat yang mengandung steroid atau anti bengkak. Daerah pungung harus bebas dari obat oles, krim atau salep.
      Biaya untuk test ini berkisar antara Rp. 350.000

  3. RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
    Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam.
    Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.
    Biaya untuk test ini berkisar antara Rp. 200.000 - Rp. 300.000 / alergen.

  4. Skin Test (Tes kulit).
    Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.

  5. Tes Provokasi.
    Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu. Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial. Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi. Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok. tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.

    Untuk tes provokasi obat, menggunakan metode DBPC (Double Blind Placebo Control) atau uji samar ganda. caranya pasien minum obat dengan dosis dinaikkan secara bertahap, lalu ditunggu reaksinya dengan interval 15 – 30 menit.
    Dalam satu hari hanya boleh satu macam obat yang dites, untuk tes terhadap bahan/zat lainnya harus menunggu 48 jam kemudian. Tujuannya untuk mengetahui reaksi alergi tipe lambat.

    Ada sedikit macam obat yang sudah dapat dites dengan metode RAST.
    Semua tes alergi memiliki keakuratan 100 %, dengan syarat persiapan tes harus benar, dan cara melakukan tes harus tepat dan benar.

Tentang dr. Iwan Santoso


dr Iwan SantosoDokter muda energik yang akrab disapa Dr. Iwan ini dilahirkan 39 tahun yang lalu. Dr. Iwan memperoleh gelar dokter umum dari Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti pada tahun 1996.

Beliau praktek di Klinik Asma & Alergi DR. Indrajana, Jl. Tanah Abang 3/18A, Jakarta, 021-3841919 dan Rumah Sakit Suyoto, Jl. RC Veteran No. 178 Bintaro, 021 73691567. Selain praktek beliau juga sebagai koordinator Dokter di Klinik Asma & Alergi DR. Indrajana seluruh Indonesia.