Waspadai Diabetes saat Kehamilan (Gestational Diabetes)
Bekti-medicastore.com
21-11-2011

Waspadai Diabetes saat Kehamilan (Gestational Diabetes)

Demam pada anak

Gestational diabetes terjadi saat masa kehamilan. Seperti dengan jenis diabetes lainnya, maka gestational diabetes mempengaruhi fungsi sel terhadap glukosa (yang dibutuhkan tubuh sebagai energi), sehingga menyebabkan kadar gula dalam darah tinggi, yang dapat berakibat kepada bayi dalam kandungan ataupun sang ibu hamil sendiri. Berikut adalah artikel tentang diabetes saat kehamilan (gestational diabetes), yang medicastore ambil dari mayoclinic.com..

Setiap komplikasi pada kehamilan memerlukan perhatian khusus. Untuk gestational diabetes, ibu hamil dapat mengontrolnya melalui cara mengkonsumsi makanan yang bernutrisi, berolahraga & jika diperlukan dengan pengobatan. Dengan memperhatikan diir sendiri dapat menjamin kehamilan yang sehat serta awal yang sehat juga untuk sang buah hati dalam kandungan.

Pada gestational diabetes, gula darah biasanya akan kembali normal segera setelah melahirkan. Tetapi jika telah mengalami gestational diabetes, maka ibu beresiko untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari.

 

 

 

Pada sebagian besar wanita, gestational diabetes tidak menunjukkan gejala yang tampak terlihat atau nyata. Tetapi untuk beberapa kasus, gestational diabetes dapat menyebabkan rasa haus yang sangat atau meningkatnya frekuensi berkemih.



 

Para peneliti masih belum mengetahui secara pasti mengapa sebagian wanita dapat mengalami gestational diabetes. Dengan mengetahui bagaimana terjadinya gestational diabetes, diharapkan juga dapat memahami bagaimana kehamilan mempengaruhi cara normal tubuh untuk memproses glukosa.



Tubuh akan mencerna makanan yang dikonsumsi untuk memproduksi glukosa yang masuk lewat peredaran darah. Sebagai respon dari hal tersebut, maka pankreas (kelenjar yang ada dibelakang lambung) akan memproduksi insulin. Insulin sendiri adalah hormon, yang membantu glukosa untuk berpindah dari dalam darah ke dalam sel tubuh, untuk digunakan sebagai sumber energi.



Selama masa kehamilan, plasenta yang menghubungkan janin dalam kandungan dengan peredaran darah ibu, juga memproduksi berbagai jenis hormon lainnya. Dimana hampir semuanya mempengaruhi kerja insulin dalam sel tubuh, sehingga akan meningkatkan kadar gula dalam darah. Meskipun demikian adanya kenaikan gula darah yang sedang dalam darah sesudah makan, merupakan hal yang normal saat kehamilan.



Seiring dengan pertumbuhan janin, maka plasenta akan memproduksi lebih banyak hormon yang dapat mem-blok insulin. Pada gestational diabetes, hormon dari plasenta tersebut dapat menyebabkan kenaikan kadar gula dalam darah hingga tingkat yang dapat mempengaruhi pertumbuhan & kesehatan bayi. Gestational diabetes biasanya terjadi paa paruh kedua kehamilan, kadang pada usia kehamilan 20 minggu tetapi biasanya pada usia kehamilan yang lebih lanjut lagi.



Sebagian besar wanita yang mengalami gestational diabetes dapat melahirkan bayi yang sehat. Akan tetapi, gestational diabetes yang tidak di monitor dengan baik dapat mengakibatkan kadar gula darah yang tidak terkontrol & akan menyebabkan masalah kesehatan pada sang ibu & bayi nya kelak, termasuk kemungkinan untuk melahirkan dengan cara operasi cesar. Berikut adalah beberapa resiko yang dapat terjadi akibat gestational diabetes  :




Sebagian besar wanita yang mengalami gestational diabetes dapat melahirkan bayi yang sehat. Akan tetapi, gestational diabetes yang tidak di monitor dengan baik dapat mengakibatkan kadar gula darah yang tidak terkontrol & akan menyebabkan masalah kesehatan pada sang ibu & bayi nya kelak, termasuk kemungkinan untuk melahirkan dengan cara operasi cesar. Berikut adalah beberapa resiko yang dapat terjadi akibat gestational diabetes

 

  • Bayi lahir dengan berat berlebih. Kadar glukosa yang berlebih dalam darah dapat menembus plasenta, yang mengakibatkan pankreas bayi akan memproduksi insulin berlebih. Hal ini dapat menyebabkan bayi tumbuh terlalu besar (macrosomia). Bayi yang terlalu besar dapat mengakibatkan terjepit ketika melewati jalan lahir, yang beresiko untuk terjadinya luka saat lahir atau membutuhkan operasi cesar untuk melahirkannya.

 

  • Lahir terlalu awal & sindrom sulit untuk bernafas. Ibu dengan kadar gula darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko untuk melahirkan sebelum waktunya. Atau dapat juga dokter yang menyarankan demikian, karena bayinya tumbuh terlalu besar. Bayi yang dilahirkan sebelum waktunya dapat mengalami sindrom sulit untuk bernafas. Bayi yang mengalami sindrom tersebut memerlukan bantuan pernafasan hingga paru-parunya sempurna. Bayi yang ibunya mengalami gestational diabetes juga dapat mengalami sindrom sulit untuk bernafas meskipun dilahirkan tepat waktu.

 

  • Kadar gula darah rendah (hipoglikemia). Terkadang, bayi dari ibu yang mengalami gestational diabetes mempunyai kadar gula darah yang rendah (hipoglikemia) setelah dilahirkan, karena kadar insulin dalam tubuhnya yang tinggi. Hipoglikemia berat yang dialami oleh bayi, dapat mengakibatkan kejang pada bayi. Pemberian nutrisi secara cepat & terkadang juga dengan pemberian cairan glukosa secara intra vena dapat mengembalikan kadar gula darah bayi kembali ke normal.

 

  • Bayi kuning (jaundice). Warna kekuningan pada kulit & bagian putih dari mata ini dapat terjadi bila hati bayi belum berfungsi dengan sempurna untuk memecah zat yang bernama bilirubin, yang secara normal terbentuk ketika tubuh mendaur ulang sel darah merah yang tua ataupun rusak. Meskipun jaundice tidak menimbulkan kekhawatiran, tetapi pengawasan secara menyeluruh tetap diperlukan.

 

  • Diabetes tipe 2 di kemudian hari. Bayi dari ibu yang mengalami gestational diabetes mempunyai resiko lebih besar untuk menderita obesitas & diabetes tipe 2 di kemudian hari.

 

Selain hal tersebut diatas, gestational diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya kematian pada bayi, baik sebelum lahir ataupun sesaat setelah dilahirkan.

 


  • Tekanan darah tinggi, preeclampsia dan eclampsia. Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko ibu untuk terkena preeclampsia dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius dari kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala lain, yang dapat membahayakan ibu maupun sang buah hati.


  • Diabetes di kemudian hari. Jika mengalami gestational diabetes, maka kemungkinan besar akan mengalami kembali pada kehamilan berikutnya. Selain itu, ibu juga beresiko untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari. Akan tetapi dengan mengatur gaya hidup seperti makan makanan yang bernutrisi & berolahraga dapat mengurangi resiko terkena diabetes tipe 2 nantinya. Untuk wanita dengan riwayat gestational diabetes, yang berhasi menurunkan berat badan hingga ideal setelah melahirkan, maka resikonya untuk terkena diabetes tipe 2 hanya kurang dari 1 per 4 wanita.

 

 

 

Sangat penting untuk selalu mengontrol kadar gula darah, supaya bayi tetap sehat & terhindar dari komplikasi saat kehamilan ataupun melahirkan. Selain itu, sesudah melahirkan pun kadar gula dalam darah sebaiknya juga harus tetap terkontrol. Penanganan yang dapat dilakukan untuk gestational diabetes adalah :


  • Memonitor kadar gula darah. Selama masa kehamilan, dokter akan menyarankan ibu untuk cek kadar gula darah 4-5 kali sehari, biasanya pada pagi hari & sesudah makan, untuk memastikan kadar gula darah dalam kondisi yang seharusnya. Hal ini mungkin dapat menyulitkan & menimbulkan ketidak nyamanan, tetapi bila sering dilakukan akan menjadi terbiasa. Untuk memeriksa kadar gula darah dapat menggunakan alat tes gula darah sendiri di rumah, yang tersedia di pasaran.


  • Selama melahirkan, tim dokter juga akan memonitor & menjaga kadar gula darah ibu. Jika kadar gula darahnya naik, maka tubuh bayi akan melepaskan insulin dengan kadar yang tinggi, yang beresiko menyebabkan kadar gula darah bayi menjadi Selain itu pemeriksaan kadar gula darah lanjutan juga diperlukan. Karena setelah mengalami gestational diabetes, ibu beresiko untuk terkena diabetes tipe 2. Dengan menjaga gaya hidup supaya tetap sehat, dapat mengurangi resiko untuk terkena diabetes tipe 2.

 

 

 

Bila disetujui oleh dokter, lakukan olahraga secara aktif beberapa hari dalam seminggu. Bila sebelumnya tidak aktif berolahraga, lakukan secara perlahan baru kemudian di tingkatkan intensitasnya. Olahraga yang baik untuk ibu hamil, diantaranya berjalan, bersepeda & berenang, tetapi selain itu aktifitas harian seperti mengerjakan pekerjaan rumah tangga atau berkebun juga baik untuk dilakukan

 

  • Pola makan yang sehat. Mengkonsumsi makanan yang bernutrisi dalam jumlah yang tepat merupakan cara terbaik untuk menjaga kadar gula dalam darah. Dokter tidak akan menyarankan untuk mengurangi berat badan saat hamil, karena tubuh sudah bekerja keras untuk menjaga pertumbuhan bayi. Tetapi dokter akan membantu untuk mengatur berat badan yang seimbang, berdasarkan berat badan sebelum hamil. Dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dapat mencegah kenaikan berat badan yang berlebih, karena berat badan berlebih akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi. Makanan yang sehat, terutama adalah buah, sayur & gandum utuh, yaitu makanan yang tinggi kandungan nutrisi & serat, tetapi rendah lemak & kalori. Selain itu, batasi juga mengkonsumsi karbohidrat olahan, termasuk diantaranya makanan manis. Tidak ada diet yang paling bagus untuk setiap orang, oleh karena itu sebaiknya berkonsultasi dengan ahli gizi atau edukator diabetes untuk pengaturan menu yang sesuai berdasarkan berat badan saat ini, berat saat kehamilan yang diinginkan, kadar gula darah, kebiasaan olahraga yang dilakukan, pilihan makanan serta alokasi biayany

 

  • Olahraga. Aktifitas fisik secara teratur merupakan kunci bagi kesehatan wanita, baik sebelum & saat kehamilan ataupun sesudah melahirkan. Olahraga akan menurunkan kadar gula darah dengan cara menstimulasi tubuh untuk memindahkan glukosa kedalam sel, untuk digunakan sebagai sumber energi. Olahraga juga akan meningkatkan sensitivitas sel terhadap insulin, sehingga tubuh akan memproduksi insulin dalam jumlah lebih sedikit untuk mengangkut gula. Dan sebagai tambahan, olahraga secara teratur juga akan membantu menghilangkan beberapa ketidak nyamanan yang sering terjadi saat kehamilan, seperti : nyeri pada punggung, kram pada otot, bengkak, konstipasi & kesulitan untuk tidur. Olahraga juga dapat membantu tubuh mempersiapkan diri saat proses melahirkan nantinya.

 

  • Pengobatan. Jika pengaturan pola makan & olahraga belum cukup, maka ibu hamil membutuhkan suntkan insulin untuk menurunkan kadar gula darah. Sekitar 10-20 % wanita yang mengalami gestational diabetes membutuhkan insulin untuk mencapai kadar gula darah yang diinginkan. Ada dokter yang merekomendasikan pasiennya untuk mengkonsumsi obat diabetes secara oral, tetapi ada juga dokter yang merasa perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi bahwa keamanan & efektifitas obat diabetes oral sama seperti suntkan insulin untuk mengontrol gestational diabetes.

 

  • Pengawasan terhadap janin dalam kandungan. Salah satu bagian penting dalam penanganan gestational diabetes adalah pengawasan melekat terhadap janin dalam kandungan. Dokter akan memonitor perkembangan & pertumbuhan janin dengan melakukan USG beberapa kali atau melalui tes lainnya. Jika ternyata ibu hamil belum juga melahirkan pada waktu yang diperkirakan, biasanya dokter akan memberikan induksi untuk merangsang proses melahirkan. Hal ini diperlukan, karena melahirkan lebih lama dari waktu perkiraan dapat meningkatkan resiko terjadinya komplikasi untuk ibu maupun sang buah hati.

 

  • Memberikan ASI. Jika ibu memberikan ASI untuk bayi, dapat membantu mencapai berat badan yang diinginkan serta menghindari diabetes tipe 2 di kemudian hari. Memberikan ASI juga dapat membantu bayi terhindar dari obesitas & diabetes tipe 2.

 

 

Cara lain yang dapat dilakukan adalah mencegah terjadinya gestational diabetes. Meskipun gestational diabetes dapat disebabkan oleh berbagai faktor, tetapi dengan melakukan kebiasaan hidup yang sehat sebelum kehamilan, maka resiko mengalami gestational diabetes akan dapat dikurangi.



Sumber : mayoclinic.com