medicastore
10-10-2016

Bahaya Penggunaan Steroid Topikal Secara Berlebihan

Para ahli dermatologi di India melaporkan bahwa penggunaan obat steroid topikal secara bebas telah berakibat semakin sulitnya untuk mengobati infeksi jamur. Banyak pasien yang melaporkan bahwa penyakit mereka muncul kembali setelah pengobatan dihentikan.

sumber : scripto.org

Akar permasalahan dalam kasus meningkatnya resistensi adalah karena penggunaan obat steroid topikal secara bebas, sehingga infeksi menjadi lebih sulit diobati. Penyebab dari masalah tersebut adalah karena obat tersebut bisa dibeli dengan bebas atau tersedia melalui hakims (tenaga kesehatan yang menggunakan obat tradisional di India) serta dokter, tetapi efektifitasnya masih dipertanyakan.

Dr. Nina Madnani, seorang dermatologi di P.D. Hinduja Hospital di Mumbai, menambahkan bahwa, “ ini merupakan epidemi jamur. Sebuah infeksi jamur yang dulunya sangat mudah untuk diobati & bisa disembuhkan 100%, sekarang menjadi sangat sulit untuk diobati. Setidaknya 50% dari infeksi ini tidak bereaksi terhadap pengobatan. Obat yang dulunya efektif untuk mengobati, sekarang menjadi tidak efektif lagi”.

Efek resistensinya sulit ditiru di laboratorium

Resistensi dari krim topikal yang berbeda dari resistensi antibiotika tidak memperlihatkan diri di laboratorium. ”Resistensi merupakan istilah mikrobiologi berdasarkan data laboratorium, tetapi ini merupakan infeksi yang bandel, dimana mereka tidak resisten tetapi berulang”, demikian penjelasan Dr. Kabir Sardana, professor dermatologi dari Post Graduate Institute of Medical Education and Research, Ram Manohar Lohia Hospital di New Delhi.

Beliau menambahkan, bahwa penyebaran penggunaan steroid topikal oleh masyarakat, yang dibantu dengan meningkatnya & juga seringkali peresepan yang sewenang-senang oleh hakims, telah mengakibatkan berkurangnya respon imun.

Contohnya adalah Itraconazole 200 mg & 400 mg, yang tidak disetujui oleh Drug Controller General of India (DCGI), tetapi disetujui oleh State Food and Drug Administration. Dr. Kabir menambahkan bahwa obat tersebut mempunyai hampir 40 interaksi obat tetapi masih digunakan secara luas.

Sebuah survey terhadap 74.589 orang Asia selama 2 tahun di Singapore menemukan bahwa masalah kulit yang paling sering dialami adalah dermatitis atopik, jerawat & infeksi virus. Ada lebih banyak kasus urtikaria pada orang Cina, psoriasis & alopecia (kebotakan) lebih sering dialami oleh orang India & kejadian yang lebih sering dari post-inflammatory hyperpigmentation (PIH)  pada orang Melayu & India.

Langkah-langkah untuk mengurangi penggunaan yang berlebihan

“Kombinasi yang irasional dimana obat anti jamur & anti bakteri dikombinasikan dengan steroid, sehingga menyebabkan masalah. Penggunaan steroid dalam jangka panjang berakibat munculnya efek samping & mengganggu diagnosa klinis. Solusinya adalah mengatur kombinasi tersebut”, demikian saran Dr. Shyamanta Barua dari the Indian Association of dermatologists, venereologists & leprologists (IADVL) dan fakultas di department of dermatology of Assam Medical College di Dibrugarh.

Peningkatan & penggunaan krim yang tidak sesuai bukan merupakan faktor satu-satunya, trend penggunaan pakaian yang ketat di cuaca yang panas & lembab juga berkontribusi terhadap meningkatnya resistensi terhadap regime pengobatan, menyebabkan terjadinya infeksi yang berkepanjangan.

 

Sumber :

1. today.mims.com