Scientific Medicastore
14-05-2007

Vytorin™ Launching Symposium

ki-ka: Dr. Sodiqur Rifqi, SpJP; Dr. Kasim Rasjidi, SpPD-KKV; Prof.DR.Dr. Teguh Santoso, SpPD-KKV, SpJP; Dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP(K)

Masalah hiperkolesterolemia merupakan masalah kesehatan yang cukup serius, terutama karena dampaknya pada peningkatan risiko penyakit jantung dan stroke. Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.

Dalam dunia kedokteran, telah cukup lama dikenal obat golongan statin sebagai obat penurun kadar kolesterol. Namun, berbagai studi menunjukkan pencapaian yang diperoleh ternyata belum juga optimal.

Beranjak dari kondisi ini, kini telah diluncurkan strategi pengobatan hiperkolesterol baru, yang dikenal dengan konsep "Dual Inhibition", yaitu menghambat sintesa kolesterol di hati, dan menghambat absorpsi di usus.

Peluncuran obat hiperkolesterol baru ini diadakan di Hotel JW Marriot, Jakarta 5 Mei 2007 silam. PT Schering-Plough Indonesia, Tbk mengumumkan launching dan tersedianya Vytorin(ezetimibe/simvastatin) di Indonesia.

Me"manage" Hiperkolesterol

Telah disadari sejak lama bahwa kadar kolesterol yang tinggi dalam tubuh berkorelasi erat dengan risiko penyakit jantung koroner, serangan stroke, dan kematian kardiovaskular. Untuk menurunkan risiko terhadap penyakit tersebut, dibuat target penurunan kadar kolesterol dalam darah untuk masing-masing kelompok pasien.

National Cholesterol Education Program, yang didukung oleh American Heart Association dan American College of Cardiology menyebutkan pasien dengan risiko rendah memiliki target LDL-C < 160 mg/dl ; risiko sedang memiliki target LDL-C < 130mg/dl ; risiko sedang-tinggi (moderately high) targetnya adalah < 130 mg/dl (optional < 100 mg/dl) ; dan risiko tinggi target LDL-C < 100 mg/dl (pilihan rasional < 70 mg/dl - AHA Update 2006).

Pernyataan ini dituangkan dalam panduan target terapi hiperkolesterol, yang dikenal dengan nama Update National Cholesterol Education Program-Adult Treatment Panel (NCEP-ATP) III, yang digunakan para ahli kedokteran sebagai acuan pemberian terapi hiperkolesterol sejak tahun 2001.

Sebagai modalitas terapi dalam menurunkan kadar kolesterol ini, obat golongan statin memberikan hasil yang menggembirakan. Hasil terapi dengan statin ini sesuai dengan hasil penelitan yang bertajuk Heart Protection Study (HPS) yang menunjukkan semakin rendah kadar LDL-C, akan semakin rendah kejadian gangguan kardiovaskuler yang terjadi. Bahkan, dilaporkan bahwa obat golongan statin dapat menurunkan sekitar 30% angka kematian dalam 20 tahun terakhir.

Namun demikian, dalam berbagai penelitian lebih lanjut, ternyata didapatkan data bahwa pemberian obat statin dosis awal hanya mampu memberikan pencapaian target NCEP-ATP III yang memuaskan.

"Pasien yang diobati dengan obat golongan statin juga masih berisiko," ungkap Dr. Arieska Ann Soenarta, SpJP (K), Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Risiko ini disebabkan oleh pengobatan dengan statin yang terlambat dimulai, ada faktor risiko yang tidak diobati dengan baik, pengobatan yang tidak cukup.

Studi Foley et al menunjukkan bahwa hanya 14% pasien hiperkolesterolemia risiko tinggi yang mencapai target < 100 mg/dL pada dosis awal statin dan tetap tidak mencapai target hingga 6 bulan terapi dengan atau tanpa titrasi statin.

Para klinisi juga dihadapkan pada kenyataan bahwa peningkatan dosis statin (titrasi statin) hanya mampu memberikan tambahan penurunan sekitar 6% setiap penggandaan dosis statin. Di lain pihak peningkatan dosis statin juga berkaitan dengan peningkatan efek samping.

Menghadapi situasi seperti ini, akhirnya para ahli kedokteran memikirkan strategi baru yaitu dengan cara pemberian terapi kombinasi obat statin dengan obat golongan lain untuk meningkatkan pencapaian target terapi.

Perlu diketahui, strategi terapi kombinasi semacam ini telah cukup dikenal di dunia kedokteran, khususnya dalam hal terapi hipertensi dan diabetes melitus.

Inhibisi Ganda, Strategi baru atasi hiperkolesterol

Di dalam tubuh manusia, metabolisme kolesterol merupakan proses yang kompleks. Sumber kolesterol dapat berasal dari makanan (dietary) maupun secara endogen dari hati (biliary). Pemahaman inilah yang digunakan sebagai dasar strategi terbaru terapi kolesterol, yang dinamakan strategi inhibisi ganda (dual inhibition).

Secara konseptual, strategi terapi ini adalah dengan cara menghambat proses absorpsi kolesterol di usus, sekaligus menghambat proses produksi kolesterol di hati. Kolesterol yang diproduksi di hati dapat dihambat dengan pemberian obat statin, sedangkan absorpsi di usus kecil dapat dihambat dengan obat ezetimibe.

Obat ezetimibe memiliki mekanisme unik dalam menghambat penyerapan kolesterol di usus kecil. Meskipun mampu mengurangi absorpsi kolesterol hingga 54%, obat ini tidak mengganggu penyerapan zat nutrisi lain yang diperlukan tubuh.

Ezetimibe juga memiliki profil keamanan yang baik seperti placebo, sehingga aman untuk digunakan. Pendekatan terapi secara dual inhibition ini diyakini akan menghasilkan kadar kolesterol yang lebih rendah.

Memahami akan kebutuhan produk anti Hiperkolesterolemia yang mampu menjawab permasalahan diatas, PT Schering-Plough Indonesia, Tbk meluncurkan Vytorin (ezetimibe/simvastatin) di Indonesia.

Vytorin adalah produk pertama dan satu-satunya dalam tablet tunggal yang bekerja dengan mekanisme kerja unik yaitu "Dual Inhibition" pada kedua sumber kolesterol : menghambat absorpsi kolesterol di usus halus dan produksi kolesterol di hati.

Menurut Prof. DR. Dr. Teguh Santoso, SpPD-KKV, SpJP, "Vytorin dapat digunakan untuk pasien yang baru didiagnosa dimana diet saja tidak cukup." Target kadar LDL dapat tercapai secara optimal dengan Vytorin. Penurunan kadar LDL bahkan telah terjadi dalam 2 minggu.

Dalam penelitian, ternyata konsep ini memang memberikan hasil yang lebih baik. Ini dibuktikan melalui hasil dari studi The Vytorin™ Versus Atorvastatin (VYVA) Study, di mana obat Vytorin™ dibandingkan dengan obat anti kolesterol dari golongan statin yang sudah lebih popular sebelumnya, yaitu atorvastatin.

Dalam studi dengan melibatkan 1.902 pasien ini, didapatkan Vytorin™ mampu menurunkan kadar kolesterol LDL hingga 47-59%, dibandingkan dengan atorvastatin yang hanya menurunkan 36-53% saja.

Studi ini mendapatkan bahwa Vytorin™ juga mampu meningkatkan kadar "kolesterol baik" yaitu HDL lebih banyak dibanding atorvastatin. Study dari Catapano, et al, 2005 menunjukkan bahwa Vytorin™ juga memberikan penurunan LDL-C yang Superior dibandingkan statin yang kuat saat ini yaitu rosuvastatin.

Vytorin™ pada dosis awal 10/20 memberikan tambahan penurunan LDL-C 52% dibandingkan Rosuvastatin pada starting dose 10 mg hanya memberikan tambahan penurunan 46%.

The VYTAL Study yang dipublikasikan tahun 2006, juga memberikan hasil yang serupa. Studi yang dilakukan terhadap pada 1.229 penderita diabetes mellitus dan hiperkolesterol ini mendapatkan Vytorin™ dapat menurunkan 53,6 - 57,6% dibandingkan atorvastatin yang menurunkan hanya 38,3 - 50,9%.

Nampak jelas, strategi terbaru dengan cara mengkombinasikan ezetimibe dan simvastatin (Vytorin™) memberikan hasil terapi yang lebih menjanjikan dibandingkan dengan terapi lama berupa pemberian statin secara monoterapi. Berbagai penelitian lain juga telah mendukung keamanan kombinasi ini.

Hal yang tak kalah penting, dengan cara kombinasi seperti dalam obat Vytorin™, risiko terjadinya efek samping akibat pemberian obat golongan statin dapat ditekan. Ini dikarenakan pemberian secara kombinasi terbukti memberikan hasil yang lebih baik dengan dosis obat golongan statin yang lebih rendah.

Untuk undangan liputan seminar dan kegiatan lain hubungi redaksi kami di fax. : 021 - 7397069 atau redaksi@medicastore.