Enny Sophia-medicastore.com
07-07-2009

Tromboemboli Vena: Cegah dan Atasi

Mengenai Tromboemboli Vena dan Manifestasinya
Tromboemboli vena (venous thromboembolism/VTE) merupakan penyakit vaskular yang umum dengan gajala samar sehingga biasanya tidak disadari. Tromboemboli vena ditandai dengan adanya bekuan darah (thrombus) maupun adanya bekuan darah yang melayang-layang dan ikut aliran darah (embolus) di pembuluh vena dan mengakibatkan sumbatan aliran darah. VTE merupakan penyakit yang perlu ditangani karena akibatnya fatal dan memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam perawatannya.

VTE sangat berkaitan dengan trombosis vena dalam (deep vein thrombisis/DVT) yaitu terjadinya bekuan darah (thrombosis) pada sistem vena dalam. Bisa terjadi di pembuluh vena pada tungkai bawah maupun tungkai atas. Trombosis vena dalam dapat menghambat aliran darah secara total maupun sebagian.

Emboli vena dapat menyangkut di pembuluh darah paru dan menyebabkan emboli paru (pulmonary embolism/PE) dan menghalangi aliran darah. Bila embolus menyumbat, bisa saja menyangkut di pembuluh darah paru-paru.

Emboli paru
Jika emboli paru tidak segera ditangani, dapat menyebabkan kematian. Sehingga penyakit VTE sangat penting untuk dicegah. Sekitar 80% trombosis vena dalam tidak diketahui (silent) secara klinis. Selain itu, lebih dari 70% emboli paru yang fatal hanya terdeteksi setelah kematian. Dr. RWM Kaligis SpJP (K) menyatakan bahwa thrombosis vena dalam merupakan penyakit yang memiliki fenomena menyerupai gunung es.

Faktor Risiko terjadinya Trombosis Vena Dalam
  • Usia lanjut
  • Operasi, misalnya operasi tulang, kandungan
  • Kurang gerak
  • Kelumpuhan
  • Kecenderungan darah untuk menggumpal
  • Patah tulang
Penyebab Tromboemboli Vena
Berdasarkan tritunggal Virchow, trombosis vena terjadi karena adanya perlambatan aliran/statis darah, kerusakan pada dinding pembuluh darah, dan adanya peningkatan kecenderungan gumpalan darah (hiperkoagubilitas). Apabila salah satu dari ketiga faktor ini tidak ditemukan (tidak ada), thrombosis vena tidak terjadi.

Di eropa, terdapatnya bekuan darah di pembuluh vena merupakan penyebab kematian lebih banyak dibandingkan dengan penyakit AIDS, kanker payudara, kanker prostat, dan kombinasi kecelakaan. Selain itu, tromboemboli vena menyebabkan kematian lebih dari 500.000 orang di Eropa setiap tahunnya.

Gejala Penyakit: Samar
Penyakit tromboemboli vena, emboli vena dalam, maupun emboli paru memiliki gejala yang tidak spesifik dan sangat bervariasi.

“Gejala yang terlihat mirip dengan gejala pada berbagai kondisi sehingga diagnosa menjadi sulit”, ungkap Dr. Kaligis.


Ki-ka: Dr. Dewi Mulyatin, Dr.  dr. Andri Maruli TL SpOT, Dr. RWM Kaligis SpJP (K)

Gejala trombosis vena dalam yaitu nyeri tungkai, nyeri sentuh, kram, kemerahan pada kulit, kulit terasa hangat, dan bengkak. Sedangkan dejala emboli paru yaitu tidak bisa bernafas secara tiba-tiba, batuk darah, nyeri dada, gelisah, keleyengan, dan pingsan. Bahkan, pada sebagian besar pasien dengan tromboemboli vena tidak memiliki gejala-gejala tersebut. Sehingga pencegahan merupakan hal terbaik untuk mengurangi risiko VTE simtomatik.

Diagnosa yang Sulit
Diagnosa klinis tromboemboli vena agak sulit karena tanda dan gejalanya tidak spesifik untuk trombosis vena dalam dan emboli paru. Perkiraan klinis menggunakan tanda, gejala, dan faktor risiko untuk mengkatogerikan pasien yang memiliki probabilitas mengalami tromboemboli vena rendah, sedang atau tinggi biasa digunakan.

“Biasanya di rumah sakit menggunakan sistem scoring. Yaitu pemberian score pada beberapa kejadian, kemudian dilihat hasilnya apakah pasien berpeluang kecil, menengah atau berpeluang besar mengalami DVT maupun PE”, papar ahli jantung dan kardiovaskular RS Jantung Harapan Kita ini.

Derajat risiko akan mempengaruhi pilihan test diagnostik sehubungan dengan beberapa tes yang berhubungan dan ketersediannya.

Pencegahan Tromboemboli Vena
Pedoman American College of Chest Physicians (ACCP) merekomendasikan pemberian anti koagulan pada kelompok risiko tinggi. Selama lebih dari 70 tahun, anti koagulan telah digunakan untuk mencegah dan menangani penggumpalan darah yang berpotensi fatal. Saat ini antikoagulan oral dengan mekanisme menghambat factor Xa telah diluncurkan. Dengan konsumsi satu kali sehari, rivaroxaban, komisi Uni Eropa telah mengijinkan penggunaan rivaroxaban sebagai terapi tromboemboli vena pada pasien dewasa yang menjalani operasi panggul atau lutut. Saat ini rivaroxaban sedang dikembangkan penggunaannya untuk pasien yang membutuhkan terapi pencegahan penggumpalan darah. Dengan penghambatan langsung factor Xa pada proses penggumpalan darah, rivaroxaban dapat mengatur jumlah trombin dengan tidak menghalangi kerja tromnin itu sendiri.