Bekti-medicastore.com
07-03-2017

Sikat Gigi Secara Teratur Dapat Mencegah Karies pada Gigi Anak

Karies pada gigi adalah masalah kesehatan yang sering terjadi pada gigi anak di mana pun. Menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, jumlah prevalensi kareis pada anak balita di Indonesia sekitar 90%, dimana angka ini menunjukkan jumlah yang sangat tinggi. Orang tua seringkali menganggap remeh masalah karies pada gigi anak karena beranggapan gigi anak masih gigi susu atau gigi sementara yang nantinya akan copot & berganti gigi tetap. Padahal, adanya masalah karies pada gigi susu anak bisa mempengaruhi pertumbuhan gigi tetapnya kelak. Demikian hal tersebut dijelaskan dalam acara seminar media tentang kesehatan gigi anak, yang dilakukan oleh Bamed Dental Care, pada hari Selasa, 28 Februari 2017 kemarin di Jakarta.

sumber : ExpertBeacon

Karies sendiri adalah kerusakan jaringan pada gigi akibat demineralisasi asam yang dihasilkan oleh bakteri. Awalnya karies akan berbentuk seperti bercak putih (white spot) yang lama kelamaan akan berubah jadi bercak coklat (brown spot) hingga akhirnya menjadi bercak hitam (black spot), yang menjadi penanda telah terjadi kematian jaringan pada gigi. Gula sendiri menjadi salah satu faktor terjadinya karies ini, karena gula merupakan makanan dari bakteri tersebut sehingga membuat bakteri menjadi bertambah banyak. Tetapi gula bukanlah faktor utama, faktor utama terjadinya karies pada gigi adalah malas membersihkan gigi atau tidak membersihkan gigi secara benar.

Oleh karena itu pencegahan terjadinya karies adalah dengan melakukan hal yang sederhana, yaitu rajin membersihkan gigi terutama setelah mengkonsumsi makanan manis & sebelum tidur. Orang tua perlu melakukan upaya pencegahan dini dengan mengajarkan anak-anak cara menyikat gigi yang benar serta mengawasi mereka setidaknya sampai berusia 8 tahun. Orang tua juga dianjurkan untuk memperhatikan makanan serta kudapan anak mereka sehari-hari. Anak yang belajar sejak dini cara menjaga kesehatan gigi dengan baik & benar, tidak akan banyak mengalami masalah kesehatan gigi di kemudian harinya.

Selain itu, Orang tua juga dihimbau untuk membawa anak ke dokter gigi secara rutin untuk melakukan perawatan pencegahan dan segera melakukan penambalan gigi jika perlu, sehingga risiko masalah gigi dan komplikasinya dapat terdeteksi dan ditangani sedini mungkin. Mengenai masalah komplikasi pada gigi ini, bila terus berlanjut tanpa penanganan maka akan menimbulkan masalah kesehatan yang lebih besar lagi nanti.

Lebih lanjut drg. Felicia Melati Sp.KGA dalam presentasinya memaparkan, “Perlu dilakukan penambalan jika terdapat karies pada gigi, semakin cepat dilakukan penanganan maka semakin baik. Karies kecil yang tidak dirawat akan bertambah besar dan dapat mencapai kamar pulpa, yaitu ruangan dalam gigi yang berisi jaringan saraf dan pembuluh darah. Jika hal tersebut terjadi maka perawatannya tidak dapat langsung ditambal begitu saja namun perlu dilakukan perawatan saraf terlebih dahulu dan memerlukan beberapa kali kunjungan, tergantung dari kasusnya. Setelah perawatan saraf selesai barulah dilakukan penambalan untuk mengembalikan bentuk anatomis gigi yang berperan penting pada pengunyahan. Biasanya diperlukan suatu teknik restorasi khusus pada gigi yang berlubang besar karena jaringan gigi yang hilang sudah banyak dan meluas.”

drg. Ahmed Setia Bakti Sp.BM, Koordinator Bamed Dental Care menambahkan “Berbagai macam risiko dan komplikasi dapat terjadi pada penanganan yang lambat pada masalah atau kerusakan gigi anak. Berbagai risiko dan komplikasi yang ditimbulkan yaitu, yang pertama adalah infeksi odontogenik. Infeksi ini berasal dari gigi. Infeksi ini dapat meluas dan menjadi berat bahkan menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan adekuat. Kematian akibat infeksi pada daerah stomatognati (sistem pengunyahan dan rongga mulut) dapat terjadi karena sepsis (respon inflamasi akibat adanya infeksi pada tubuh) atau karena tersumbatnya jalan nafas yang diakibatkan pembengkakan pada dasar mulut yang dapat menyebabkan terangkatnya lidah serta obstruksi (sumbatan) akibat dari pembengkakan yang terjadi. Yang kedua adalah Premature loss gigi susu yang di akibatkan dari proses karies (gigi berlubang) yang tidak tertangani, pada kondisi ini risiko infeksi odontogenik juga dapat terjadi. Sehingga gigi susu harus tanggal sebelum waktunya (order of eruption) yang dikenal dengan istilah premature loss. Premature loss dapat menyebabkan maloklusi gigi geligi, dan berpengaruh secara tidak langsung terhadap fungsi pengunyahan, sehingga nutrisi berkurang dan pada akhirnya mengganggu proses tumbuh kembang anak.”

Ia menjelaskan, “Tata laksana untuk penanganan Infeksi Odontogenik seperti abses dilakukan dengan intervensi bedah, yaitu insisi drainage (mengeluarkan nanah/produk infeksi) di kamar bedah dengan bius total. Sedangkan untuk Premature loss, bisa dilakukan penanganan sedini mungkin terhadap proses karies. Bila telah terjadi premature loss, agar dilakukan pemasangan space maintainer (menjaga ruang) terhadap benih gigi permanen yang akan erupsi (tumbuh). Bila sudah terjadi maloklusi gigi geligi, maka harus dilakukan modifikasi pertumbuhan gigi geligi permanen menggunakan alat orthodontic (kawat gigi).”

Oleh karena itu, daripada menanggung resiko yang sangat besar akibat masalah karies pada gigi tersebut, maka lebih baik untuk melakukan tindakan pencegahan dengan cara menyikat gigi minimal 2 kali sehari dengan baik & benar.