Bekti-medicastore.com
27-04-2017

Pentingnya Kesehatan Reproduksi Bagi Perempuan

Kesehatan reproduksi perempuan merupakan bagian penting dari kesehatan perempuan secara keseluruhan. Perempuan mengalami berbagai fase reproduksi dalam kehidupannya, yaitu masa pubertas, menstruasi, masa kehamilan, masa pre menopause & menopause. Dalam masa-masa tersebut perempuan akan menghadapi berbagai macam permasalahan yang berbeda dalam tiap tahapan usia. Menurut WHO, kesehatan reproduksi meliputi kesejahteraan fisik, mental, & sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Masalah kesehatan reproduksi perempuan tidak boleh diabaikan, mengingat kualitas reproduksi sangat menentukan kualitas generasi berikutnya. Gangguan kesehatan reproduksi perempuan dapat terjadi di semua tahapan kehidupan, oleh karena itu pemeriksaan medis secara teratur & deteksi dini dianjurkan. Demikian beberapa kesimpulan yang mengemuka pada Seminar Media yang diselenggarakan oleh Bamed Women’s Clinic pada hari Selasa, 25 April 2017 kemarin.

Salah satu permasalahan reproduksi yang sering dialami perempuan pada masa remaja & dewasa, yaitu menstruasi. dr. Dwi Priangga, SpOG dalam presentasinya memaparkan, “Menstruasi merupakan sebuah proses alami yang akan di lewati oleh seorang perempuan dewasa usia reproduktif secara periodik. Perubahan siklus menstruasi dapat menjadi tanda bahwa terdapat kondisi medis tertentu & dapat mempengaruhi kualitas hidup seorang perempuan. Menstruasi normal adalah suatu proses fisiologis dimana terjadi pengeluaran darah, mukus (lendir) & seluler debris dari uterus secara periodik dengan interval waktu tertentu yang terjadi sejak menars sampai menopause dengan pengecualian pada masa kehamilan serta menyusui, & proses tersebut terjadi karena interaksi dari organ-organ hormonal.”

Ia menerangkan, “Gangguan menstruasi dapat disebabkan oleh gangguan fisik (80%), dismenore (50%) &  gangguan siklus (20-40%). Umumnya seorang perempuan dapat mengalami lebih dari 1 faktor yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi. Faktor fisik dapat disebabkan oleh tumbuhnya jaringan abnormal pada rahim sehingga dapat menyebabkan gangguan menstruasi, jaringan abnormal tersebut dapat berupa polip, mioma, adenomisis, ataupun keganasan. Gejala yang mungkin timbul antara lain nyeri haid yang berlebihan (dismenore), hari menstruasi yang memanjang ataupun jumlah perdarahan yang lebih banyak. Gangguan siklus dapat bermanifestasi sebagai perdarahan yang ireguler, ataupun amenorea (tidak mengalami menstruasi dalam jangka waktu tertentu) yang pada umumnya disebabkan oleh siklus anovulasi, siklus anovulasi bisa disebabkan oleh gangguan hormonal, tumor di otak ataupun penyakit metabolik lain. Jumlah perdarahan menstruasi yang banyak juga dapat disebabkan oleh gangguan pembekuan darah ataupun efek samping akibat penggunaan alat kontrasepsi”.

“Setiap perempuan harus memahami siklus menstruasi yang normal baik dari lama hari menstruasi, jumlah perdarahan ataupun gejala-gejala yang dapat menyertai sebelum ataupun selama menstruasi, sehingga bila terdapat proses yang abnormal, maka harus segera konsultasi ke tenaga kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan untuk menentukan penyebab & tatalaksana yang tepat. Tatalaksana gangguan menstruasi akan disesuaikan dengan penyebabnya, dapat berupa terapi sederhana seperti perubahan gaya hidup & diet, pemberian obat hormonal, ataupun pembedahan”.

Setelah melewati masa menstruasi & kehamilan, seorang wanita akan memasuki masa menopause. dr. Ni Komang Yeni DS, SpOG, Wakil Ketua Perkumpulan Menopause Indonesia Cabang Jakarta Raya (PERMI JAYA) menjelaskan, “Menopause merupakan suatu tahapan fisiologis (normal) dari setiap wanita. Masa transisi yang terjadi, secara normal dimulai sejak rentang usia 35–55 tahun. Pada periode ini, ovarium (indung telur) mulai berkurang dalam memproduksi hormon estrogen & progesteron, yang biasa berperan pada siklus haid, selain itu fertilitas (kesuburan) seorang wanita juga mulai berkurang, walaupun masih sangat memungkinkan untuk terjadinya suatu kehamilan”.

Ia menjelaskan, “Seorang wanita dapat dikatakan memasuki tahap menopause apabila sudah 12 bulan berturut-turut tidak mengalami haid tanpa adanya pemicu seperti penyakit tertentu, pengobatan tertentu, kehamilan atau masa menyusui. Rata-rata wanita memasuki tahap menopause di usia 50-52 tahun. Jika seorang wanita mengalami masa berhentinya haid sebelum memasuki usia menopause yang sesungguhnya, maka keadaan tersebut bisa dikatakan menopause dini. Selain disebabkan karena penuaan dini secara natural, menopause dini seringkali disebabkan oleh suatu keadaan yang disebut Premature Ovarian Failure (POF) yaitu suatu keadaan dimana ovarium (indung telur) dalam keadaan tidak aktif lagi karena suatu hal seperti operasi, terapi kanker, radiasi, kemoterapi atau karena faktor genetik. POF ini juga terjadi akibat disfungsi ovarium atau kurangnya jumlah folikel yang matang dari indung telur. Operasi Histerektomi (pengangkatan rahim akibat tumor) atau Oovorektomi (pengangkatan indung telur) juga dapat menyebabkan terjadinya menopause dini.”

“Terapi utama untuk menopause adalah dengan menggunakan hormon pengganti, tetapi banyak persyaratan yang harus ditaati oleh pasien untuk penggunaan hormon pengganti ini. Syarat-syarat tersebut diantaranya yaitu pemeriksaan riwayat adanya tumor atau kanker yang sebelumnya yang pernah dimiliki, pemeriksaan laboratorium untuk petanda tumor, harus melakukan papsmear & mamografi terlebih dahulu. Selain terapi utama, ada terapi penunjang berupa obat-obat untuk pemelihara kesehatan. Gaya hidup sehat termasuk olahraga & nutrisi yang  baik, yang di konsumsi sejak awal juga sangat membantu meringankan keluhan yang terjadi saat memasuki masa menopause” , tutupnya.