Bekti-medicastore.com
28-12-2018

Pilihan Bayi Tabung Pintar & Terjangkau

sumber : Healthline.com 

 

dr. Beeleonie, BMedSc, SpOG(K) pada Seminar Media tentang "Overview & Outlook Penanganan Gangguan Kesuburan di Indonesia" pada hari Selasa, 18 Desember 2018 mengatakan, “Gangguan kesuburan merupakan kegagalan satu pasangan untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual yang benar selama satu tahun tanpa memakai alat kontrasepsi. Faktor suami istri atau kombinasi keduanya dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Yang termasuk dalam faktor istri adalah gangguan pematangan sel telur, sumbatan saluran telur atau gangguan pada rahim dan indung telur. Sedangkan yang termasuk dalam faktor pria adalah masalah sperma.”

dr. Yassin Yanuar Mohammad, SpOG(K), MSc, dalam presentasinya menjelaskan “Program bayi tabung merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kehamilan pada pasangan yang mengalami gangguan kesuburan dengan cara mempertemukan sperma dan sel telur diluar tubuh manusia. Setelah terjadi pembuahan, sejumlah 2-3 embrio akan ditanam kembali ke rahim si calon ibu. Hal ini membedakannya dengan konsep inseminasi dimana proses pertemuan antara sperma dan sel telur tetap terjadi di dalam tubuh manusia.“

Tentang bayi tabung pintar, dr Yassin, mengatakan “Smart IVF, tidak sederhana (not simple) prosesnya karena sama dengan proses program bayi tabung lainnya yang melewati 8 tahapan, yaitu pemeriksaan USG, hormon, saluran telur dan sperma, penyuntikan obat untuk membesarkan sel telur, penyuntikan obat penekan hormon, pengambilan sel telur, pembuahan, pengembangan embrio, penanaman embrio serta tahap menunggu hasil. Namun dengan konsep ini, biaya yang diperlukan lebih terjangkau dan dengan demikian kami berharap banyak pasutri yang menginginkan keturunan melalui program bayi tabung dapat terbantu.”

“Dengan adanya laboratorium yang canggih dengan peralatan teknologi tinggi pada program bayi tabung pintar ini, maka memungkinkan dilakukannya prosedur pencarian sel telur, mempertemukan sel telur dengan sel sperma, penetasan sel telur, kultur embrio, sampai pembekuan embrio dan

pencairan embrio. Namun demikian, penting untuk diingat, hal yang harus diperhatikan demi suksesnya program bayi tabung pintar adalah kondisi fisik dan psikologis istri, suami, infrastruktur fisik, peralatan medis, staf yang kompeten, teknik prosedur yang baik dan kolaborasi pelayanan dengan pendekatan tim.”

Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K), MPH selaku pendiri SMART-IVF sekaligus Presiden Perhimpunan Fertilisasi in Vitro Indonesia (PERFITRI), dalam sambutannya pada Seminar Media hari ini mengemukakan, “Berdasarkan laporan IA-IVF tahun 2017, dari sejumlah 9122 siklus bayi tabung yang dilakukan pada tahun 2017 di Indonesia, terdapat 2467 siklus yang menghasilkan kehamilan. Persentasi kehamilan yang terbesar terdapat pada usia < 35 tahun, yaitu sebesar 17.46%, disusul dengan kehamilan pada usia 35-37 tahun (6.01%), usia 38-40 tahun (3.49%), 41-42 tahun (1.16%), dan yang paling rendah pada usia >42 tahun (1%).”

“Program Bayi tabung pintar atau SMART IVF memiliki beberapa keunggulan yang diperlukan dalam klinik bayi tabung, seperti: SDM dengan kompetensi tinggi, tersedianya teknologi dan metode IVF terdepan, adanya laboratorium penunjang seperti laboratorium embriologi serta jaringan kerja (network) yang luas,” tambahnya. Di era kedokteran presisi (precision medicine), SMART-IVF selalu melakukan aktualisasi metode dan teknologi dalam penanganan infertilitas, dengan menjadikan berbagai hasil penelitian dalam melakukan pelayanan.

Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K), MPH, dalam presentasinya mengenai tantangan dan masa depan penanganan gangguan kesuburan di Indonesia mengatakan, “Beberapa kemajuan yang telah dilakukan dalam penanganan masalah gangguan kesuburan, antara lain adanya tarif atau harga pelayanan kompetitif sebagai hasil pengelolaan pelayanan secara efektif. Di samping itu, kerja sama dengan pihak luar seperti produsen farmasi dan alat kesehatan juga dapat lebih banyak menurunkan biaya pelayanan. Saat ini juga telah dilakukan pembangunan infrastuktur fisik dan pengadaan peralatan yang modern. Peralatan medis yang dibutuhkan dalam tindakan pelayanan bayi tabung tidak dapat dikatakan murah. Namun hal tersebut dapat dicarikan solusinya, yaitu dengan menjalin kerja sama dengan institusi lain yang memiliki kesamaan visi.”

“Keterjangkauan akses juga merupakan sebuah tantangan besar sekaligus kesempatan yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan layanan bayi tabung. Melalui sinergi dengan pusat pelayanan kesehatan yang telah ada di Indonesia akan mempercepat peningkatan keterjangkauan akses secara fisik. Keterbatasan akses yang lain untuk pasien mendapatkan pelayanan fertilitas adalah dari segi pendanaan. Dengan memanfaatkan kemajuan industri perbankan yang ada saat ini, pembiayaan pelayanan dapat dikelola agar memudahkan pasien, sebagai contoh di Jepang. Selain budaya masyarakatnya yang sangat peduli tentang kesehatan reproduksi, pelayanan tersebut pun telah dijamin oleh jaminan kesehatan. Hal ini akan membuka akses yang sangat luas terhadap masyarakat mendapat pelayanan bayi tabung,” jelasnya.

“Untuk mendirikan sebuah Pusat Fertilitas, ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh rumah sakit atau klinik. Selain harus memiliki teknologi dan fasilitas yang lengkap, pusat fertilitas diwajibkan untuk memiliki tim medis yang berkompeten di bidangnya, seperti dokter umum, gynecologist, perawat, embryologist, dan counselor. Dalam era kedokteran presisi di bidang rerproduksi, riset selalu diperlukan untuk terus berinovasi sehingga pelayanan fertilitas dapat semakin meningkat. Pelayanan bayi tabung sangat bergantung pada orang-orang yang bekerja di belakangnya, dalam hal ini dokter dan embriologis. Indonesia harus berbangga, karena saat ini telah memiliki pakar-pakar di kedua bidang tersebut. Sehingga pelayanan berkualitas dan berbasis bukti ilmiah pasti dapat kita wujudkan disini,” tutupnya.