Nyeri saat haid atau menstruasi selalu dianggap hal yang wajar, meskipun bila nyeri yang dialami terasa sangat hebat hingga membuat aktifitas terganggu. Terkadang bahkan orang tua ataupun dokter yang diajak berkonsultasi berkata bahwa masalah tersebut bukan hal yang serius & akan hilang dengan sendirinya saat menikah & punya anak nanti, tapi benarkah demikian ?.

Menurut Prof.Dr.dr. Ali Baziad, SpOG (K), hal tersebut tidak benar adanya. Nyeri hebat saat menstruasi atau nyeri yang masih dirasakan bahkan ketika menstruasi sudah selesai patut untuk diwaspadai sebagai gejala endometriosis. Endometriosis sendiri adalah penyakit kronis dimana jaringan yang melapisi rahim (endometrium) ditemukan dibagian lain dalam tubuh & membentuk lesi endometriosis. Bila endometriosis didiamkan saja tanpa ditangani,  maka jaringan endometrium tersebut bisa menjalar ke organ lain & menimbulkan lesi disana.

Masih menurut prof. Ali, keluhan yang biasa dirasakan oleh penderita endometriosis adalah nyeri panggul yang kronis, nyeri pada waktu haid & nyeri saat melakukan hubungan seksual. Tetapi bila endometriosis yang dialami sudah menjalar ke organ tubuh lainnya, maka bisa saja saat menstruasi juga mengalami batuk yang berdarah (tanda endometriosis sudah menjalar ke paru-paru), buang air besar yang disertai darah (tanda endometriosis sudah menjalar ke usus) atau bahkan hingga pingsan berulang-ulang (tanda endometriosis sudah menjalar ke otak). Selain itu, endometriosis juga bisa menimbulkan kista yang bisa mengganggu kesuburan pada wanita.

Sedangkan menurut dr. H. Andon Hestiantoro, SpOG (K), masalah endometriosis berkaitan dengan hormon estrogen pada wanita, oleh karena itu masalah endometriosis sering dijumpai terjadi pada wanita usia subur. Pada saat menstruasi, darah haid yang seharusnya keluar lewat vagina malah masuk kembali & keluar melalui indung telur ke berbagai organ tubuh lainnya. Sebenarnya 80 % wanita yang menstruasi mengalami hal tersebut, tetapi dari angka tersebut hanya sekitar 10 % dari mereka yang mengalami endometriosis. Hal ini diduga berkaitan juga dengan sistem kekebalan tubuh, dimana bila sistem kekebalan tubuhnya baik, maka darah haid yang menempel tersebut bisa dibersihkan oleh sistem tubuh sehingga tidak menimbulkan perlekatan di organ. Tetapi bila sistem kekebalan tubuhnya tidak bekerja dengan baik, maka bisa menimbulkan endometriosis.

Masih menurut dr. Andon, untuk mengatasi endometriosis sendiri bisa dilakukan dengan berbagai cara. Seperti misalnya dengan pemberian obat anti nyeri untuk mengatasi rasa nyeri yang timbul, tetapi pengobatan ini tidak mengatasi endometriosisnya sama sekali jadi hanya menghilangkan rasa nyeri yang dirasakan. Kemudian bisa juga dengan pemberian obat hormon sehingga menciptakan kondisi hormon seperti hormon saat sedang hamil, tetapi pengobatan ini mempunyai efek samping yang tidak disukai wanita yaitu produksi minyak berlebih diwajah & sering timbul jerawat. Metode pengobatan yang lain adalah dengan pemberian enzim yang menghambat produksi hormon estrogen, sehingga menciptakan kondisi seperti saat menopause, tetapi pengobatan ini juga mempunyai banyak efek samping yang merugikan seperti misalnya tulang menjadi mudah keropos, vagina menjadi kering sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman saat melakukan hubungan seksual hingga hilangnya gairah seksual. Selain itu bila rasa nyeri yang dirasakan sudah sangat hebat akibat adanya kista, bisa juga dikombinasikan dengan prosedur pembedahan (laparoskopi & laparoktomi). Alternatif pengobatan terbaru untuk mengatasi endometrisosis adalah dienogest, dimana obat tersebut bisa menekan kadar estrogen dalam jumlah tertentu sehingga bisa menekan pertumbuhan endometriosis tanpa ada efek jerawat atapun kondisi menyerupai menopause.

Yang penting diingat, endometriosis adalah penyakit kronis yang ebaiknya jangan dianggap remeh karena bisa membahayakan bila didiamkan tanpa pengobatan. Bila mengalami rasa sakit yang tak wajar saat menstruasi, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter, supaya bisa segera diketahui penyebabnya & diberikan penanganan yang tepat.