Gangguan penglihatan seperti mata minus, plus, dan silinder sering dialami oleh banyak orang. Ketiganya termasuk dalam kelainan refraksi yang umum dijumpai. Namun, masih banyak yang belum memahami perbedaan mata minus, plus dan silinder, sehingga kerap kali bingung dalam menentukan penanganan yang tepat.
Mengetahui perbedaan ketiganya sangat penting agar tidak salah memilih pengobatan atau alat bantu seperti kacamata. Faktanya, jumlah penderita gangguan refraksi di Indonesia terus meningkat.
Banyak faktor yang memicu hal ini, mulai dari penggunaan gadget berlebihan, kurangnya paparan cahaya alami, hingga kebiasaan membaca dengan pencahayaan yang kurang baik. Karena itu, menjaga kesehatan mata dan melakukan pemeriksaan rutin menjadi langkah penting untuk mencegah kondisi makin memburuk.
Kenali Perbedaan Mata Minus, Plus dan Silinder
Normalnya, mata manusia mampu menangkap objek dengan jelas baik dari jarak dekat maupun jauh. Hal ini terjadi karena cahaya yang masuk dapat difokuskan secara sempurna oleh kornea dan lensa ke titik retina. Selanjutnya, informasi visual tersebut diteruskan ke otak untuk diolah dan dikenali sebagai objek atau gambar.
Jika terjadi gangguan pada sistem refraksi mata, kemampuan melihat bisa terganggu. Bentuk bola mata atau kelengkungan kornea yang tidak normal dapat menyebabkan cahaya tidak jatuh tepat pada retina, sehingga penglihatan menjadi kabur. Gangguan ini terbagi menjadi tiga jenis utama. Berikut perbedaannya:
1. Mata Minus (Miopi)
Jika Anda merasa sulit melihat benda yang berada jauh, kemungkinan besar Anda mengalami mata minus. Hal ini disebabkan cahaya yang masuk tidak mencapai titik yang tepat, tetapi terhenti di depan retina. Alhasil, benda-benda yang jauh tampak kabur dan kurang jelas di mata.
2. Mata Plus (Hipermetropi)
Berbanding terbalik dengan mata minus, mata plus membuat seseorang kesulitan melihat objek jarak dekat dengan jelas. Pada kondisi ini, sinar jatuh di belakang selaput cahaya atau retina. Gangguan ini bisa muncul sejak muda, namun ada juga yang mengalaminya karena faktor usia, yang dikenal sebagai presbiopi (mata tua).
3. Mata Silinder (Astigmatisme)
Saat bentuk lensa mata atau kornea tidak simetris, maka terjadi astigmatisme. Kondisi ini membuat cahaya yang masuk tidak bisa fokus, tetapi justru menyebar ke beberapa titik di retina. Pandangan pun menjadi buram pada jarak dekat dan jauh.
Gejala dan Penyebab Mata Minus
Mata minus adalah salah satu gangguan refraksi yang cukup sering dialami, terutama oleh anak-anak hingga remaja. Saat mengalaminya, objek yang dilihat tampak buram dan tidak fokus, sehingga banyak orang tanpa sadar menyipitkan mata untuk mencoba melihat lebih jelas.
Kebiasaan ini, sayangnya, bisa memperparah kondisi mata jika tidak ditangani dengan baik. Gejala mata minus lain yang kerap dirasakan adalah munculnya rasa tegang atau nyeri di kepala akibat mata bekerja terlalu keras. Tak jarang juga mata terasa cepat lelah, terutama setelah beraktivitas visual dalam waktu lama.
Mata minus terjadi karena panjang bola mata melebihi ukuran normal atau karena kelengkungan kornea yang terlalu tajam. Karena hal tersebut, cahaya yang masuk ke mata tidak bisa fokus tepat di retina, tetapi jatuh di bagian depannya.
Akibatnya, kemampuan melihat objek yang jauh pun menjadi kurang tajam atau kabur. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko miopia antara lain:
- Rutin menatap layar atau membaca terlalu dekat
- Riwayat keluarga dengan kondisi serupa
- Kurangnya paparan sinar matahari, yang dapat mengganggu asupan vitamin D untuk kesehatan mata
Untuk mengatasi kondisi ini, dokter biasanya menyarankan penggunaan kacamata atau lensa kontak dengan lensa minus/cekung. Bentuk lensa yang cekung membantu lengkung kornea yang terlalu besar menjadi lebih kecil, sehingga fokus cahaya bisa kembali jatuh tepat di retina.
Gejala dan Penyebab Mata Plus
Penglihatan terasa buram saat membaca buku, menggunakan ponsel, atau melihat benda kecil yang dekat dengan mata, merupakan gejala mata plus yang kerap dirasakan penderitanya. Tak jarang, aktivitas visual jarak dekat ini juga menimbulkan rasa lelah pada mata hingga sakit kepala.
Anda juga mungkin akan merasakan perasaan pusing atau tidak nyaman setelah fokus pada tulisan kecil. Beberapa ciri khas lainnya seperti mata sering pegal saat membaca atau menulis, sulit fokus saat melihat objek yang dekat, hingga harus menjauhkan buku atau layar untuk melihat lebih jelas.
Kondisi ini terjadi karena bentuk bola mata yang lebih pendek dari normal atau permukaan kornea yang terlalu datar. Akibatnya, sinar yang masuk mata akan turun di bagian belakang retina. Hal ini membuat objek yang berada dekat tampak kurang jelas atau buram.
Selain mengetahui perbedaan mata minus, plus dan silinder, ketahui juga beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami mata plus, di antaranya:
- Usia di atas 40 tahun, kondisi ini juga dikenal sebagai presbiopi atau mata tua
- Riwayat keluarga dengan gangguan penglihatan serupa
- Adanya kondisi medis tertentu seperti diabetes, tumor mata, atau gangguan saraf optik
Untuk membantu memperbaiki fokus cahaya, lensa plus biasanya direkomendasikan bagi penderita hipermetropi. Menjaga kesehatan mata melalui pola hidup sehat dan melakukan pemeriksaan mata secara rutin sangat dianjurkan, terutama jika Anda mulai merasakan tanda-tanda seperti di atas.
Gejala dan Penyebab Mata Silinder
Orang dengan mata silinder umumnya dapat melihat garis vertikal atau horizontal dengan baik, namun mengalami kesulitan saat melihat arah garis yang berlawanan, Gejala ini dapat muncul sejak usia dini maupun saat dewasa, dan bisa berdampak pada aktivitas sehari-hari jika tidak ditangani.
Gejala yang sering dialami meliputi sulit melihat dengan jelas saat mengemudi di malam hari, serta munculnya bayangan ganda atau penglihatan yang tampak terbelah (diplopia. Mata juga cepat lelah saat membaca atau menatap layar, bahkan bisa menyebabkan pusing atau mual setelah melakukan aktivitas visual yang intens.
Hal-hal di atas bisa terjadi karena bentuk kornea mata tidak sempurna, yang menyebabkan cahaya tidak fokus ke satu titik. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami mata silinder meliputi:
- Memiliki gangguan mata lain seperti miopi (rabun jauh) atau hipermetropi (rabun dekat) dalam tingkat yang parah
- Riwayat keluarga dengan astigmatisme
- Cedera pada mata yang menyebabkan perubahan bentuk kornea
- Pernah menjalani operasi mata seperti operasi katarak
- Adanya bekas luka atau gangguan lain pada permukaan kornea, seperti keratoconus
Untuk membantu memperbaiki penglihatan, penderita biasanya direkomendasikan menggunakan lensa khusus berbentuk silinder. Menjaga kesehatan mata dengan rutin juga sangat dianjurkan.
Tangani Perbedaan Mata Minus, Plus dan Silinder Bersama Medicastore
Jangan sampai gangguan mata menghalangi kegiatan harian Anda. Setiap perbedaan mata minus, plus dan silinder memerlukan penanganan yang berbeda.
Di Apotek Medicastore, Anda bisa menemukan solusi lengkap untuk mengatasi kebutuhan mata, mulai dari:
- Mencari dokter spesialis mata yang tepat untuk Anda
- Membeli obat mata dan suplemen kesehatan mata yang terpercaya
- Mendapatkan informasi kesehatan yang akurat dan terpercaya
Semua bisa dilakukan dengan cara mudah, cepat, dan aman, tanpa harus antre atau keluar rumah. Yuk, jaga kesehatan mata Anda mulai sekarang!
Referensi:
- https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/perbedaan-silinder-minus-dan-plus
- https://optiktunggal.com/news/detail/pahami-perbedaan-mata-minus-silinder-dan-plus
- https://viooptical.com/apa-bedanya-mata-minus-plus-dan-silinder/
- https://wearviuum.com/blog/GAYA-HIDUP/120/Perbedaan-Mata-Minus,-Silinder,-dan-Plus:-Kenali-Ciri-Cirinya-Sejak-Dini
- https://www.halodoc.com/artikel/mana-yang-lebih-parah-mata-minus-atau-silinder