Pneumonia, atau dalam bahasa awam kerap disebut radang paru-paru, merupakan jenis penyakit yang kerap menyebabkan problem serius. Penyakit yang disebabkan infeksi kuman ini, menyerang paru-paru penderitanya, dan menyebabkan berbagai gangguan organ pernapasan tersebut. Kuman yang ada dalam paru-paru ini bahkan dapat pula kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah, dan menyebabkan infeksi di seluruh tubuh yang sangat berbahaya.
Sesungguhnya semua kelompok umur dapat terkena penyakit ini. Namun memang kelompok balita dapat dibilang menjadi kelompok yang paling rentan. Perlu diketahui pneumonia adalah salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan balita, mengingat kelompok ini daya tahannya relatif lemah. Kaum lanjut usia (lansia) pun tidak luput dari ancaman serius penyakit ini. Justru ternyata lebih merepotkan dibanding bila yang terkena adalah kelompok usia dewasa muda. Pasalnya, pada kelompok usia ini, pneumonia kerap memberikan gejala yang sangat bervariasi, yang menyebabkan diagnosa kerap kali tidak mudah ditegakkan.
Adanya penyakit radang paru-paru umumnya akan memberikan gejala yang tipikal, seperti demam, tubuh menggigil, nyeri dada saat bernapas, batuk-batuk, dan sesak napas. Namun, pada lansia, tidak jarang gejala tersebut tidak muncul sama sekali, dan penderita hanya merasa lemas dan cepat letih. Hilangnya berbagai gejala tersebut, tak lain karena daya tahan dan kemampuan melawan serangan kuman pada lansia sudah jauh menurun dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda. Respons perlawanan tubuh terhadap serangan kuman, yaitu misalnya demam dan batuk sudah tidak berjalan secara optimal. Selain itu, lemahnya daya tahan tubuh juga menyebabkan kuman penyebab peradangan bisa bermacam-macam.
Yang lebih repot lagi, ternyata pemeriksaan laboratorium darah juga kerap mengecoh dokter yang memeriksanya bila kurang waspada. Umumnya radang paru akan menyebabkan perubahan nilai laboratorium yang nyata, misalnya kenaikan sel darah putih yang jelas. Tapi pada lansia, parameter ini kerap kali juga tidak nyata. Bahkan tidaklah jarang justru memberikan kesan normal, atau hanya sedikit tidak normal.
Dalam perburukan penyakitnya, penderita lanjut usia juga berbeda dengan kelompok usia lain. Perburukan penyakit dapat terjadi begitu cepat. Berbagai gangguan metabolisme dan keseimbangan elektrolit mudah sekali terjadi. Gangguan pasokan udara juga terjadi secara cepat sehingga pasien mengalami kekurangan oksigen dan kegagalan bernapas. Selain karena daya tahan sudah menurun ini, ternyata hal ini biasanya diperparah penyakit lain yang juga menjadi ?langganan? para lanjut usia, seperti misalnya penyakit jantung dan penyakit paru-paru kronik lainnya.
Tidaklah heran bila Sir William Osler, seorang tokoh di bidang kedokteran di abad 19, menjuluki radang paru sebagai ?special enemy of the old age?. Selain karena gejalanya yang kerap samar dan menyebabkan kesulitan mendiagnosa, penyakit ini juga membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Keterlambatan dapat berakibat problem menjadi jauh lebih serius. Bahkan, dalam penelitian kedokteran baru-baru ini, disimpulkan bahwa keterlambatan 8 jam saja dalam memberikan antibiotika yang tepat pada pasien pneumonia yang berusia lanjut, berdampak sangat serius.
Jadi? apa yang bisa kita lakukan ? Mudah saja.. waspadalah bila ada keluhan dini yang disampaikan oleh mereka yang sudah lansia. Walaupun kesannya gejala ringan dan sepele, janganlah diabaikan. Bila ragu, janganlah menunda untuk memeriksakannya ke dokter. Selain itu, pencegahan pun perlu dilakukan, misalnya dengan menjaga kebersihan, tidak terlalu berdekatan dengan orang yang sedang sakit infeksi saluran pernapasan, dan berikanlah vaksinasi untuk infeksi paru-paru.
Sesungguhnya semua kelompok umur dapat terkena penyakit ini. Namun memang kelompok balita dapat dibilang menjadi kelompok yang paling rentan. Perlu diketahui pneumonia adalah salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan balita, mengingat kelompok ini daya tahannya relatif lemah. Kaum lanjut usia (lansia) pun tidak luput dari ancaman serius penyakit ini. Justru ternyata lebih merepotkan dibanding bila yang terkena adalah kelompok usia dewasa muda. Pasalnya, pada kelompok usia ini, pneumonia kerap memberikan gejala yang sangat bervariasi, yang menyebabkan diagnosa kerap kali tidak mudah ditegakkan.
Adanya penyakit radang paru-paru umumnya akan memberikan gejala yang tipikal, seperti demam, tubuh menggigil, nyeri dada saat bernapas, batuk-batuk, dan sesak napas. Namun, pada lansia, tidak jarang gejala tersebut tidak muncul sama sekali, dan penderita hanya merasa lemas dan cepat letih. Hilangnya berbagai gejala tersebut, tak lain karena daya tahan dan kemampuan melawan serangan kuman pada lansia sudah jauh menurun dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda. Respons perlawanan tubuh terhadap serangan kuman, yaitu misalnya demam dan batuk sudah tidak berjalan secara optimal. Selain itu, lemahnya daya tahan tubuh juga menyebabkan kuman penyebab peradangan bisa bermacam-macam.
Yang lebih repot lagi, ternyata pemeriksaan laboratorium darah juga kerap mengecoh dokter yang memeriksanya bila kurang waspada. Umumnya radang paru akan menyebabkan perubahan nilai laboratorium yang nyata, misalnya kenaikan sel darah putih yang jelas. Tapi pada lansia, parameter ini kerap kali juga tidak nyata. Bahkan tidaklah jarang justru memberikan kesan normal, atau hanya sedikit tidak normal.
Dalam perburukan penyakitnya, penderita lanjut usia juga berbeda dengan kelompok usia lain. Perburukan penyakit dapat terjadi begitu cepat. Berbagai gangguan metabolisme dan keseimbangan elektrolit mudah sekali terjadi. Gangguan pasokan udara juga terjadi secara cepat sehingga pasien mengalami kekurangan oksigen dan kegagalan bernapas. Selain karena daya tahan sudah menurun ini, ternyata hal ini biasanya diperparah penyakit lain yang juga menjadi ?langganan? para lanjut usia, seperti misalnya penyakit jantung dan penyakit paru-paru kronik lainnya.
Tidaklah heran bila Sir William Osler, seorang tokoh di bidang kedokteran di abad 19, menjuluki radang paru sebagai ?special enemy of the old age?. Selain karena gejalanya yang kerap samar dan menyebabkan kesulitan mendiagnosa, penyakit ini juga membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat. Keterlambatan dapat berakibat problem menjadi jauh lebih serius. Bahkan, dalam penelitian kedokteran baru-baru ini, disimpulkan bahwa keterlambatan 8 jam saja dalam memberikan antibiotika yang tepat pada pasien pneumonia yang berusia lanjut, berdampak sangat serius.
Jadi? apa yang bisa kita lakukan ? Mudah saja.. waspadalah bila ada keluhan dini yang disampaikan oleh mereka yang sudah lansia. Walaupun kesannya gejala ringan dan sepele, janganlah diabaikan. Bila ragu, janganlah menunda untuk memeriksakannya ke dokter. Selain itu, pencegahan pun perlu dilakukan, misalnya dengan menjaga kebersihan, tidak terlalu berdekatan dengan orang yang sedang sakit infeksi saluran pernapasan, dan berikanlah vaksinasi untuk infeksi paru-paru.
***
* Penulis adalah dokter di RS Paru Dr. M.Goenawan Partowidigdo, Cisarua. e-mail : [email protected]