Membantu Anak Mengatasi Rasa Takut
Tiap anak kecil pasti punya rasa takut, dalam kadar yang berbeda-beda. Ketakutan ini ada yang wajar dan ada yang tidak. Adalah tugas kita, sebagai orang tua, untuk membantunya mengatasi rasa takut ini. Walaupun kesannya sepele,tapi sebenarnya mampu tidaknya orang tua membantu anak untuk mengatasi ketakutan dan membangun keberanian ini berdampak besar di kemudian hari. Anak yang kurang berhasil mengatasi ketakutan-ketakutan masa kecilnya, biasanya cenderung menjadi penakut dan kurang percaya diri di kemudian hari. Sebaliknya anak yang dapat mengatasi ketakutan masa kecilnya biasanya tumbuh menjadi berani dan punya percaya diri.

Rasa takut sendiri sebetulnya adalah sesuatu normal, dan hal yang dapat dipahami. Justru adanya rasa takut inilah yang membuat anak dan kita sendiri menjadi terhindar dari berbagai bahaya. Secara tak sadar bahkan kita sering kali mengajarkan anak untuk takut. Rasanya tak ada orang tua yang tidak pernah berkata pada anaknya ?Awas nanti jatuh !? atau juga, ?Awas, hati-hati kalau menyeberang jalan, nanti tertabrak mobil yang lewat!? Dengan kata-kata itu, secara tak sadar kita telah mengajari anak untuk menggunakan rasa takutnya, agar berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Selama orang tua tidak menakut-nakuti secara berlebihan, hal ini tidak jadi masalah, bahkan bisa membuat anak untuk lebih berhati-hati dalam segala hal.

Kenyataannya, saat orang tua sudah kehabisan akal mengatur si kecil, seringkali akhirnya menakut-nakuti secara berlebihan. Maksudnya untuk membuat sang anak patuh. Misalnya mengancam kalau tidak mau makan nanti akan dimakan raksasa. Atau, yang paling sering penulis jumpai,? anak ditakut-takuti akan disuntik dokter bila tidak mau menurut? Meski tak selalu, bila hal ini terjadi berlebihan dapat malah menjadikan anak penakut. Rasanya yang lebih baik adalah menanamkan pada anak untuk berhati-hati kalau melakukan sesuatu, bukan menggali ketakutan terhadap imajinasi dan persepsinya tentang monster, raksasa, binatang buas, dokter, dan sebagainya yang mengancam dirinya.

Dalam penelitian yang pernah dilakukan di Amerika, berbagai ketakutan yang ada dalam diri orang dewasa, ternyata memang berkaitan dengan masa kecilnya, atau sudah ada sejak masa kecilnya dan tak pernah mau hilang. Ketakutan ini antara lain terhadap gelap, takut sendirian, takut terhadap penolakan, takut terhadap kegagalan, takut terhadap dokter, takut pada binatang, takut berbuat salah, dan lain sebagainya.

Takut akan kegelapan

Biasanya, ketakutan akan kegelapan timbul ketika orang tua mengharuskan anak tidur dalam kamar yang benar-benar gelap, atau bila ia pernah terbangun di tengah malam dalam kamar yang gelap gulita. Pada beberapa anak, bahkan dapat menjadi berdebar-debar ketakutan dengan hebatnya di saat berada dalam kegelapan. Orang tua harus menyadari bahwa ruangan yang gelap gulita bagi anak kecil akan tampak berbeda sekali dibandingkan bila masih diterangi oleh lampu penerangan kecil. Dan, orang tua perlu memahami ketakutan mereka ini, sekalipun ketakutan itu terkesan tidak masuk akal. Menghadapi ini orang tua harus berusaha meyakinkan anak bahwa tak ada apa-apa yang perlu ditakutkan. Berikut ini beberapa tips yang dapat digunakan :
  1. Gunakanlah lampu penerangan yang kecil yang banyak dijual. Lampu ini sekedar menjadikan kamar tidak gelap sama sekali, tetapi masih nyaman untuk tidur. Akan tetapi saat memasang lampu ini pun, perhatikan juga jangan sampai malah menimbulkan bayangan yang menakutkan bagi anak.

  2. Saat anak hendak tidur, temanilah ia sebentar, setelah lampu dimatikan. Ajaklah anak berbincang-bincang sebentar, buat anak merasa nyaman dan terbiasa dengan keadaan yang gelap tersebut. Setelah anak merasa nyaman dan tidak takut lagi, ia sudah dapat ditinggal.

  3. Bila ia tidur dalam kamar yang berbeda, buka sedikit pintu kamarnya. Yakinkan padanya bahwa kita tak akan pergi jauh darinya, dan akan selalu ada bila diperlukan.

  4. Jika anak yang sudah besar terbangun di tengah malam, jangan biasakan ia untuk tidur di kamar orang tuanya. Bila tidak, hal ini akan semakin menjadi kebiasaan, dan menjadi semakin sulit untuk menghilangkannya. Sebaiknya buatlah ia merasa aman dan nyaman untuk kembali ke kamarnya, dan katakan padanya bahwa orang tuanya bangga bila anakknya sudah cukup dewasa untuk bisa tidur sendiri di kamarnya.
Takut pada binatang

Ketakutan pada binatang hampir dialami oleh setiap anak kecil, namun biasanya akan hilang dengan sendirinya seiring dengan pertambahan usianya. Berikut ini beberapa tips yang membantu anak untuk tidak takut terhadap binatang :
  1. Jangan pindahkan ketakutan kita sendiri pada anak. Jadi jangan takut-takuti anak secara berlebihan atau malah membuatnya tambah takut terhadap binatang.

  2. Identifikasi apa yang membuat anak menjadi takut, dan apa alasannya.

  3. Ada baiknya bila membiasakan anak yang sudah agak besar untuk memiliki binatang peliharaan. Dengan demikian anak menjadi biasa merawat dan bermain dengan binatang. Namun harus diingat untuk memilih hewan peliharaan yang tidak lebih besar darinya, dan tidak berbahaya baginya.

  4. Jangan biarkan anak untuk bermain dengan binatang dengan cara yang menyakiti atau menyiksa binatang tersebut. Hal ini dapat menyebabkan binatang piaraan yang tadinya jinakpun menjadi marah dan menyerang si anak.

  5. Jangan paksa anak untuk memelihara binatang tertentu, tapi biarkanlah ia sendiri yang menentukan dan ia akan memeliharanya dengan senang hati, bukan menjadi beban. Bila memang ia tak mau memelihara binatang, biarlah tidak usah memaksanya.
Ketakutan seorang anak kadang kala bagi orang dewasa sangat tidak masuk akal, dan terkesan mengada-ada. Akan tetapi kita harus berusaha mengerti apa yang dirasa dan ada dalam bayangan si anak. Dengarkanlah cerita si anak, biarkan dia mengutarakan semuanya sampai selesai, dan jangan dikomentari dahulu. Cobalah mencari secara spesifik apa sebenarnya yang membuatnya takut. Berikanlah empati baginya sehingga ia merasa didukung. Dari situ kita akan lebih mudah untuk membantunya mengatasi ketakutannya?. Satu hal lagi yang sering terlupa, bahwa saat kita kecilpun kadang kita mengalami suatu ketakutan yang mungkin agak berbeda bentuknya tapi sebenarnya serupa dengan anak kita? Jadi jangan salahkan anak, tapi dukung dan bantulah ia.