Banyak orang yang berobat ke dokter dengan masalah gangguan pernafasan seperti bronkitis mendapatkan obat antibiotik, meskipun kenyataannya sebagian besar dari mereka tidak membutuhkan obat tersebut, hasil penelitian terbaru.
Dua dokter dari Virginia Commonwealth University School of Medicine melakukan survey terhadap catatan medis penderita bronkitis di seluruh dunia.
Seorang dokter seharusnya berusaha menghindari pemberian antibiotik untuk banyak kasus penyakit, Dr. Richard P Wenzel mengatakan. Ia adalah seorang kepala departemen penyakit dalam dari Virginia Commonwealth.
Temuan ini dipublikasikan 16 November 2006 dalam berita di New England Journal of Medicine.
Kondisi selama ini adalah pemberian antibiotik yang berlebihan bagi kebanyakan kasus bronkitis, dimana inflamasi (radang) menimbulkan sedikitnya aliran udara yang masuk ke dalam paru yang diakibatkan oleh agen yang justru tidak diterapi, misalnya akibat virus, Wenzel mengatakan. Hanya kecil presentasinya dari bronkitis akut yang disebabkan oleh bakteri.
Dokter umumnya dengan cepat meresepkan obat antibiotik kepada pasiennya. Ia memperkirakan 70-80% pasien bronkitis diberi antibiotik setidaknya selama 5-10 hari.
Satu dari setiap 20 penduduk Amerika dewasa mengalami bronkitis setiap tahunnya, Wenzel mengatakan. Tiga langkah awal yang harus dipertimbangkan untuk tidak memberikan antibiotik adalah:
- Antibiotik harganya mahal.
- Antibiotik memiliki efek samping yang beraneka macam, seperti kemerahan, diare dan nyeri abdomen, Wenzel mengatakan. Efek samping menjadi kurang diperhatikan apabila obat tersebut dapat menyembuhkan penyakitnya, ia menambahkan.
- Menekan terjadinya resistensi akan antibiotik, sehingga bila suatu saat antibiotik tersebut benar-benar dibutuhkan akan memberi efek yang baik.
Wenzel mengatakan bila pakar ekonomi cemas akan tingginya harga obat, dokter juga cemas akan resistensi antibiotik terhadap bakteri.
The American Academy of Family Physicians menyebutkan bahwa bronkitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus, dan sering kali pula sulit disembuhkan. Mereka merekomendasikan untuk lebih banyak istirahat, minum banyak air putih dan tidak mengkonsumsi minuman berkafein, jaga lingkungan di dalam ruangan dan sabarlah untuk beberapa hari atau minggu hingga penyakit ini akan hilang dengan sendirinya.
Jika batuk dan gejala lainnya menetap, itu dapat menjadi tanda adanya kondisi yang serius, seperti asma atau pneumonia.