Thailand, Indonesia dan Vietnam mulai meneliti penggunaan dosis ganda Tamiflu, obat antivirus influenza, pada pasien yang terinfeksi virus flu burung H5N1.
Kepala Pusat Riset di Queen Sirikit National Institute of Child Health di Bangkok, Tawee Chotpityasunondh, mengatakan ketiga negara tempat sepertiga kasus flu burung pada manusia terjadi itu akan mulai melakukan uji kliniknya pada 100 pasien pada April-Mei 2007.
"Ada bukti yang menyebutkan bahwa tingkat kematian babi guinea menurun setelah diberi dosis tamiflu yang lebih besar dan ahli medis berencana melakukan uji kliniknya pada manusia," kata Tawee serta menambahkan uji klinik itu akan diawasi secara ketat oleh para ahli.
Ia menjelaskan pula bahwa ketiga negara di Asia Tenggara itu akan bekerja sama dan berbagi data hasil uji klinik satu sama lain.
Menurut dia Amerika Serikat, yang tidak menjadi daerah jangkitan flu burung, juga akan berpartisipasi dalam pengujian itu dengan melakukan ujicoba pada pasien yang menderita flu musiman parah.
Selama ini, menurut standar penanganan kasus infeksi H5N1, setiap pasien menerima dua tablet tamiflu per hari selama lima hari. Dalam pengujian ini mereka akan menerima dua kali lipat, kata dokter dari Thailand itu.
Penelitian itu dilakukan menyusul peringatan Jepang dan Korea Selatanrn mengenai adanya abnormalitas perilaku pada pasien yang menggunakan tamiflu.
Kementrian Kesehatan Jepang sebelumnya menyatakan meski tidak ada bukti jelas yang menunjukkan hubungan antara penggunaan tamiflu dan abnormalitas perilaku pasien namun tetap akan meminta para ahli untuk meneliti kasus-kasus yang terjadi sebelumnya.
Di Thailand terdapat 25 kasus infeksi flu burung pada manusia dan 17 diantaranya berakibat fatal (tingkat kematiannya 68 persen-red).
Jumlah kasus flu burung terkini di Indonesia sebanyak 91 kasus dan 70 diantaranya berakibat kematian sedangkan di Vietnam sejak November 2005 sebanyak 42 orang dilaporkan meninggal dunia karena terinfeksi H5N1.
Pejabat Korea Selatan pada Kamis menyatakan pihaknya akan mengeluarkan peringatan penggunaan Tamiflu--obat antivirus flu burung (Avian Influenza)-- menyusul laporan mengenai dampak penggunaan obat tersebut pada gangguan psikologi di Jepang.
"Kita berencana mengeluarkan dokumen khusus untuk dokter dan farmasis yang memberi tahu mereka tentang adanya laporan kejadian bunuh diri dan kelainan perilaku pada orang-orang yang menggunakan obat tersebut," kata Pejabat Badan Pengawas Obat dan Makanan Korea Selatan, Shin Joon-soo.
Terkait laporan abnormalitas pasien pengguna Tamiflu, Jepang telah meminta importir Tamiflu memperingatkan para remaja agar hanya menggunakan obat yang diresepkan.
Kementrian Kesehatan di Tokyo menyatakan telah menerima laporan yang menyebutkan bahwa dua remaja melompat dari lantai kedua rumah mereka hingga kakinya patah setelah mengonsumsi Tamiflu.
"Dokumen itu juga berisi imbauan kepada ahli medis agar segera melapor ke pejabat terkait bila menemukan gejala gangguan mental yang sama," kata Shin seperti dikutip Kantor Berita Yonhap.
Produsen obat dari Swiss, Roche, yang memroduksi Tamiflu sendiri menolak adanya hubungan antara penggunaan obat dengan kejadian itu.
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang menjadi daerah jangkitan virus flu burung antara Desember 2003 dan Maret 2004 serta mengalami beberapa kali kejadian luar biasa penyakit pada musim dingin namun belum ada korban jiwa.
Pejabat Korea Selatan pada Kamis menyatakan pihaknya akan mengeluarkan peringatan penggunaan Tamiflu--obat antivirus flu burung (Avian Influenza)-- menyusul laporan mengenai dampak penggunaan obat tersebut pada gangguan psikologi di Jepang.
"Kita berencana mengeluarkan dokumen khusus untuk dokter dan farmasis yang memberi tahu mereka tentang adanya laporan kejadian bunuh diri dan kelainan perilaku pada orang-orang yang menggunakan obat tersebut," kata Pejabat Badan Pengawas Obat dan Makanan Korea Selatan, Shin Joon-soo.
Terkait laporan abnormalitas pasien pengguna Tamiflu, Jepang telah meminta importir Tamiflu memperingatkan para remaja agar hanya menggunakan obat yang diresepkan.
Kementrian Kesehatan di Tokyo menyatakan telah menerima laporan yang menyebutkan bahwa dua remaja melompat dari lantai kedua rumah mereka hingga kakinya patah setelah mengonsumsi Tamiflu.
"Dokumen itu juga berisi imbauan kepada ahli medis agar segera melapor ke pejabat terkait bila menemukan gejala gangguan mental yang sama," kata Shin seperti dikutip Kantor Berita Yonhap.
Produsen obat dari Swiss, Roche, yang memroduksi Tamiflu sendiri menolak adanya hubungan antara penggunaan obat dengan kejadian itu.