PENDAHULUAN
Sirkumsisi berasal dari kata circumcision yaitu tindakan memotong atau menghilangkan sebagian atau seluruh kulit penutup depan penis atau preputium. Menurut Basuki (2010) sirkumsisi adalah membuang prepusium sehingga glans penis menjadi terbuka. Tindakan ini merupakan tindakan bedah minor yang paling banyak dikerjakan di selurh dunia, baik dikerjakan oleh dokter, paramedis, ataupun oleh dukun sunat. Sirkumsisi ini bertujuan sebagai pelaksanaan ibadah agama/ritual atau bertujuan medis. Selain itu, sirkumsisi ini juga bertujuan untuk membersihkan penis dari berbagai kotoran penyebab penyakit yang mungkin melekat pada ujung penis yang masih ada preputiumnya.
Di Indonesia sirkumsisi lebih dikenal dengan istilah khitan atau masyarakat sering menyebutnya dengan kata sunat. Khitan ini menjadi suatu kewajiban bagi sebagian besar pria. Bahkan, ada agama mewajibkan umatnya yang pria untuk menjalani khitan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa khitan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan mulai dari mencegah penyakit mematikan seperti AIDS hingga kanker. Penelitian lanjutan tentu akan semakin membuka mata lebar-lebar para praktisi kesehatan bahwa khitan juga sangat bermanfaat bagi kaum hawa. Hal ini karena memang jika ditinjau dari segi medis, pria yang telah dikhitan memiliki tingkat kesehatan reproduksi yang lebih baik daripada pria yang tidak dikhitan.
Sirkumsisi atau sunat sudah dilakukan sejak jaman pra sejarah. Bahkan menurut sejarah, mummi bangsa Mesir Kuno yang ditemukan pada 2300 SM telah disirkumsisi, dan pada lukisan yang terpampang pada museum di Mesir menggambarkan bahwa sirkumsisi telah dilakukan beberapa tahun sebelum mummi ditemukan. Pada beberapa bangsa di benua Afrika, sirkumsisi dilakukan segera setelah lahir, dan bangsa Yahudi melaksanakan sirkumsisi terhadap anak lelaki mereka pada usia 8 hari setelah lahir.
Sirkumsisi sudah dilakukan sejak zaman Mesir kuno
Sumber: http://dokterindonesiaonline.com
MANFAAT
Secara medis, sirkumsisi ini dimaksudkan untuk menjaga higiene penis dari smegma dan sisa-sisa urine. Tahun 1999, Akademi Pediatri Amerika menyatakan bahwa sirkumsisi yang dilakukan pada bayi baru lahir mempunyai beberapa keuntungan, yakni mencegah terhadap timbulnya:
- Infeksi saluran kemih (ISK) berat
- Kanker penis
- Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Dermatosis penis (Lichen Planus dan Eczema)
- Infeksi pada prepusium dan glans penis (Balanopostitis) dan Fimosis
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Indikasi medis tindakan sirkumsisi adalah:
- Fimosis atau Parafimosis, yaitu suatu keadaan dimana prepusium penis sangat ketat sehingga tidak bisa ditarik ke belakang pada glans penis
- Balanitis rekuren, yaitu radang pada penis yang berulang-ulang
- Kondiloma akuminata, yaitu lesi seperti jengger ayam yang memiliki tonjolan-tonjolan dan terdapat di bawah prepusium atau pada kulit di daerah perianal
- Karsinoma skuamosa prepusium, yaitu sejenis kanker pada daerah prepusium.
Sirkumsisi ini tidak boleh dilakukan pada penderita:
- Hipospadia, yaitu malformasi kongenital pada uretra
- Epispadia
- Korde, yaitu bengkak disertai nyeri pada uretra
- Megalouretra, yaitu uretra yang terlalu besar
- Webbed penis, yaitu adanya jaringan antara penis dan rafe skrotum sehingga penis dan skrotum menjadi gandeng. Kulit prepusium pada kelainan penis/uretra tersebut tidak boleh dibuang, karena merupakan bahan yang sangat penting untuk rekonstruksi uretra (uretroplasti) sehingga tidak boleh dilakukan sirkumsisi. Bleeding diarthesis (kelainan pembekuan darah) merupakan kontraindikasi relatif untuk tindakan ini.
METODE SIRKUMSISI
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan, metode khitan pun semakin berkembang. Saat ini telah diciptakan banyak peralatan dan obat-obatan untuk membantu melaksanakan khitan, sehingga khitan menjadi proses yang lebih aman dan lebih tidak menyakitkan. Selain itu, banyak pula metode yang mulai dikembangkan dalam pelaksanaan khitan sehingga proses khitan menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Semuanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Teknik-teknik tersebut antara lain:
1. METODE KLASIK/DORSUMSISI
Metode Dorsumsisi, Khitan metode ini sudah menggunakan peralatan medis standar dan merupakan khitan klasik yang masih banyak dipakai sampai saat ini. Umumnya bekas luka tidak dijahit walaupun beberapa ahli sunat sudah memodifikasi dengan melakukan pembiusan lokal dan jahitan minimal untuk mengurangi risiko perdarahan.
2. METODE STANDAR SIRKUMSISI KONVENSIONAL
Merupakan metode yang paling banyak digunakan hingga saat ini, cara ini merupakan penyempurnaan dari metode dorsumsisi dan merupakan metode standar yang digunakan oleh banyak tenaga dokter maupun mantri (perawat). Alat yang digunakan semuanya sesuai dengan standar medis dan membutuhkan keahlian khusus untuk melakukan metode ini.
Kelebihannya peralatannya sudah sesuai standar medis, menggunakan pembiusan lokal dan benang yang jadi daging, risiko infeksi kecil dan risiko perdarahan tidak ada.
Gambar 1 Penis sebelum operasi sirkumsisi
Gambar 2 Penis saat operasi sirkumsisi
Gambar 3 Penis setelah operasi sirkumsisi
Sumber: http://milissehat.web.id
3. METODE CLAMP
Metode clamp ini memilik banyak variasi alat dan nama walaupun perinsipnya sama, yakni kulup (preputium) dijepit dengan suatu alat (umumnya sekali pakai) kemudian dipotong dengan pisau bedah tanpa harus dilakukan penjahitan. Diantaranya adalah: Gomco, Ismail Clamp, Q-Tan, Sunathrone Clamp, Ali’s Clamp, Tara Clamp dan Smart Clamp. Di Indonesia sendiri yang paling banyak berkembang adalah Metode cincin (Tara Clamp) dan Smart Clamp.
4. METODE SMART CLAMP
Smart klamp
merupakan metode dan teknik sunatan yang diperkenalkan sejak tahun 2001 di
Jerman dan penemunya adalah dr. Harrie van Baars. Alat smart klamp terdiri atas
beberapa ukuran,
Smart klamp memberikan perlindungan luka dengan sistem tertutup. Luka
sayatan terkunci rapat, tidak memungkinkan masuknya kuman atau mikroorganisme
pengganggu.
5. METODE “LASER” ELECTROCAUTERY
Metode ini sedang booming dan marak di masyarakat dan lebih dikenal dengan sebutan “Khitan Laser”. Penamaan ini sesunnguhnya kurang tepat karena alat yang digunakan samasekali tidak menggunakan Laser akan tetapi menggunakan “elemen” yang dipanaskan. Khitan dengan solder panas ini kelebihannya adalah cepat, mudah menghentikan perdarahan yang ringan serta cocok untuk anak.
6. METODE FLASHCUTTER
Metode ini merupakan pengembangan dari metode electrocautery. Bedanya terletak pada pisaunya yang terbuat dari logam yang lurus dan tajam. Flashcutter langsung dapat hidup (tanpa listrik) karena didalamnya sudah terdapat energi dari baterai yang dapat diisi ulang.
Flashcutter
Sumber: http://flashcutter.web.id
Referensi:
- Basuki. 2010. Teknik Sirkumsisi. Malang: RSSA Malang
- Purnomo, BB (2007). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV Agung Seto
- Saputra, Marizal (2010). Mengenal Metode Sunat.
- http://milissehat.web.idd