Anak menjadi dambaan bagi pasangan suami istri. Bahkan pasangan yang baru menikah banyak yang mengharapkan untuk dapat langsung hamil dalam waktu 1-3 bulan setelah menikah. Sebenarnya 90% pasangan akan memperoleh kehamilan dalam waktu kurang dari 1 tahun. Oleh karena itu, untuk pasangan suami istri yang telah rutin melakukan hubungan seksual tanpa pengaman selama 1 tahun & belum juga terjadi kehamilan, maka dokter biasanya menyarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, termasuk didalamnya tes kesuburan.
Pemeriksaan kesehatan & tes kesuburan ini harus dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu suami & istri, karena proses untuk mendapatkan kehamilan dilakukan oleh keduanya, jadi bila salah satunya atau bahkan keduanya mempunyai gangguan kesuburan, bisa berakibat sulit untuk mendapatkan keturunan. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai berbagai macam tes kesuburan bagi pasangan suami istri, bisa dilihat pada artikel dibawah ini yang medicastore ambil dari mayoclinic.org
Gejala gangguan kesuburan
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sebagian besar kehamilan akan terjadi dalam waktu 6 bulan setelah menikah. Secara keseluruhan setelah melakukan hubungan seksual secara rutin & tanpa pengaman selama 12 bulan, maka 90% pasangan akan mengalami kehamilan.
Tanda utama dari ketidaksuburan adalah ketidakmampuan untuk terjadi kehamilan. Pada beberapa kasus, wanita yang tidak subur bisa mengalami gangguan periode mestruasi atau bahkan tidak mengalami menstruasi. Sedangkan pada pria, tandanya adalah adanya masalah pada hormon, seperti misalnya perubahan pada pertumbuhan rambut, fungsi seksual, berkurangnya gairah seksual atau adanya masalah pada ejakulasi. Selain itu gangguan kesuburan juga bisa terjadi pada pria yang mengalami bengkak pada buah zakar atau testikel yang kecil.
Kapan sebaiknya mulai merencanakan konsultasi ke dokter
Secara umum, pasangan sebaiknya berkonsultasi ke dokter bila telah setahun mengupayakan secara alami. Tetapi bisa juga untuk konsultasi lebih cepat lagi bila pasangan wanitanya sebagai berikut :
- Berusia antara 35-40 tahun & telah berupaya untuk hamil selama 6 bulan atau lebih.
- Berusia diatas 40 tahun
- Mengalami menstruasi yang tidak teratur atau tidak mengalami menstruasi sama sekali.
- Mengalami masalah kesuburan.
- Di diagnosa mengalami endometriosis atau PCOS.
- Mengalami keguguran lebih dari 1 kali.
- Pernah menjalani pengobatan kanker sebelumnya.
Untuk pria, sebaiknya melakukan pemeriksaan lebih cepat bila :
- Mengalami pembengkakan pada buah zakar.
- Pernah menjalani vasektomi sebelumnya.
- Pernah menjalani operasi di daerah skrotum atau selangkangan.
- Mempunyai testis yang kecil atau masalah pada gairah/fungsi seksual.
- Pernah menjalani pengobatan kanker sebelumnya.
- Ingin mengetahui status kesuburannya.
Tes & diagnosa kesuburan
sumber : biohealthlab.com
Sebelum melakukan tes kesuburan, sebaiknya memang perlu dilakukan persiapan menyeluruh. Biaya untuk melakukan tes kesuburan bisa mahal & pada beberapa kasus termasuk melakukan prosedur yang tidak nyaman untuk dilakukan. Demikian juga banyak asuransi kesehatan yang tidak mengcover tes tersebut kedalam polisnya. Dan yang terakhir, bahkan setelah melakukan berbagai macam tes, tidak ada jaminan bahwa kehamilan bisa terjadi. Berikut adalah tes-tesnya :
Tes kesuburan pada pria
Pada pria untuk bisa digolongkan subur, maka testis harus memproduksi sperma yang sehat dalam jumlah cukup & sperma tersebut juga harus diejakulasi dengan efektif kedalam vagina wanita & bisa bergerak serta membuahi sel telur. Tes kesuburan pada pria dilakukan untuk mengetahui apakah prose-proses tersebut ada yang terganggu atau tidak. Selain pemeriksaan fisik, tes kesuburan yang biasanya dilakukan adalah :
- Analisa sperma : Dokter akan meminta contoh sperma untuk bisa dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap air mani & sperma yang sehat.
- Pemeriksaan hormon : Pemeriksaan darah dilakukan untuk menetukan jumlah kadar testosteron & hormon pria lainnya.
- USG transrektal & scrotum : Pemeriksaan USG bisa membantu dokter untuk mengetahui apakah ada kondisi tertentu seperti misalnya ejakulasi terbalik atau hambatan pada saluran ejakulasi, yang bisa mempengaruhi keluarnya sperma.
- Pemeriksaan genetik : Pemeriksaan genetik bisa dilakukan untuk mengetahui apakah ada masalah genetik yang menyebabkan terjadinya ketidak suburan.
- Biopsi testis : Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil contoh jaringan testis dengan menggunakan jarum. Hasil pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah produksi sperma normal atau tidak. Bila ternyata normal, maka mungkin masalahnya terletak pada proses penyaluran sperma.
- Pemeriksaan lain : Pada beberapa kasus, pemeriksaan darah atau sperma lain bisa direkomendasikan untuk mengetahui kenapa sperma tidak bisa secara efektif membuahi sel telur.
Tes kesuburan pada wanita
Pada wanita untuk bisa digolongkan subur, ovariumnya harus dapat melepaskan sel telur yang sehat. Kemudian saluran reproduksinya juga harus bisa dilewati sel telur untuk menuju tuba falopi & memungkinkan sperma untuk masuk serta membuahi sel telur. Kemudian Sel telur yang telah dibuahi tersebut, harus bisa menuju rahim & melekat pada dinding rahim. Pemeriksaan pada kesuburan wanita dimaksudkan untuk mengetahui apakah proses-proses tersebut diatas mengalami gangguan atau tidak. Selain pemeriksaan fisik, tes kesuburan yang biasanya dilakukan adalah :
- Tes ovulasi : Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar hormon untuk menentukan apakah mengalami ovulasi atau tidak.
- Pemeriksaan Hysterosalpingography : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi uterus & tuba falopi. Zat kontras sinar-X akan dimasukkan kedalam rahim kemudian dilakukan pemeriksaan sinar-X untuk mengetahui apakah rongga rahim normal & cairan bisa menuju ke tuba falopi. Adanya sumbatan atau masalah lain bisa diketahui melalui pemeriksaan ini.
- Tes cadangan ovarium : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kualitas & jumlah sel telur yang tersedia untuk ovulasi. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan melalui pemeriksaan hormon pada awal siklus mentruasi.
- Pemeriksaan hormon lainnya : Hormon lain yang bisa juga diperiksa antara lain pemeriksaan kadar hormon ovulasi, serta hormon tiroid & pituitary yang mengontrol proses reproduksi.
- Tes pencitraan organ tubuh : Seperi misalnya pemeriksaan USG panggul untuk melihat apakah ada penyakit pada rahin atau tuba falopi. Hysterosonography dipakai untuk melihat kondisi detail didalam rahim yang tidak bisa terlihat melalui pemeriksaan USG biasa.
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan, maka dokter bisa juga melakukan tes lain seperti misalnya :
- Hysteroscopy : untuk mencari adanya penyakit pada rahim & tuba falopi.
- Laparoscopy : untuk mengetahui apakah terdapat endometriosis, parut, penyumbatan atau ketidakteraturan dari tuba falopi serta masalah pada ovarium & rahim.
- Pemeriksaan genetik : untuk mengetahui apakah ada masalah genetik yang menyebabkan terjadinya ketidak suburan.
Tes-tes kesuburan diatas tidak mesti dilakukan seluruhnya, dokter akan menentukan berdasarkan hasil pemeriksaan, tes kesuburan apakah yang sebaiknya dilakukan. Penanganan masalah kesuburan juga dilakukan berdasarkan hasil dari tes kesuburan tersebut.
Sumber :
1. mayoclinic.org