Diantara berbagai faktor risiko penyakit jantung, obesitas merupakan salah satu keadaan yang perlu diwaspadai oleh masyarakat. Pada keadaan obesitas, terjadi kenaikan volume darah dalam tubuh dan curah jantung kardiak output sehingga kerja jantung juga meningkat. Dengan meningkatnya tekanan pengisian dalam jantung, penderita obesitas sering mengalami pelebaran dan penebalan rongga jantung serta pelebaran bilik jantung (atrial) yang dapat meningkatkan kejadian fibrilasi atrial. Akibat obesitas, terjadi pula perubahan fungsi jantung dalam melakukan pompa jantung atau pun dalam hal pengisian jantungnya. Kelainan ini dapat menimbulkan keluhan seperti cepat lelah, sesak napas ataupun dada yang terasa berat. Apabila tidak mendapatkan intervensi atau penanganan medis yang tepat, maka hal ini dapat meningkatkan risiko kematian.
Saat ini, penyakit jantung dan pembuluh darah masih merupakan pembunuh nomor satu di dunia dimana setiap tahunnya bertanggung jawab terhadap 17,5 juta kematian. Diperkirakan pada 2030 jumlah kasus akan meningkat sampai 23 juta kematian per tahunnya. Untuk menekan jumlah kasus tersebut, melalui peringatan Hari Jantung Sedunia pada tanggal 29 September 2016, Perhimpunan Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengajak masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan jantung.
Narasumber & moderator dalam acara Press Conference Hari Jantung Sedunia 2016
Dr.dr.Ismoyo Sunu, SpJP(K), FIHA, FAsCC, Ketua PP - PERKI pada Press Conference Hari Jantung Sedunia mengatakan, “Dengan mengusung tema peringatan Hari Jantung Sedunia 2016 “Power Your Life”, PERKI mengajak seluruh masyarakat untuk aktif dan mengambil bagian dalam menjaga kesehatan jantung. Berbagai aktivitas dilakukan PERKI diantaranya edukasi melalui talkshow radio, penyebaran informasi melalui flyer dan kegiatan press conference hari ini.”
“Masyarakat diharapkan turut berpartisipasi dalam mendukung peringatan Hari Jantung Sedunia 2016 yakni dengan cara mengenali faktor risiko penyakit jantung dengan mengontrol tekanan darah serta berat badan. Adanya obesitas dan hipertensi yang akan meningkatkan risiko terkena penyakit jantung. Masyarakat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan gizi seimbang dengan cara memperbanyak konsumsi produk susu rendah lemak, ikan laut yang kaya asam lemak omega-3, buah dan sayur, membatasi konsumsi daging merah, minuman kemasan dengan kadar gula tinggi serta asupan garam berlebih. Di samping itu, masyarakat dihimbau untuk menerapkan gaya hidup sehat dengan beraktivitas secara fisik secara teratur 30 menit sehari, 5 kali seminggu.”
Obesitas merupakan sebuah kondisi kronis di mana terjadinya penumpukan lemak di dalam tubuh sehingga melebihi batas yang baik untuk kesehatan. Pengukuran berat badan serta kaitannya dengan kesehatan ini bisa diukur melalui penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT adalah penghitungan berat badan yang mengacu pada rasio berat dan tinggi seseorang. Manfaat penghitungan IMT ini adalah untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kekurangan, kelebihan, atau berat badan yang sehat.
Dua hal utama yang menyebabkan seseorang terkena obesitas adalah pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik. Seseorang yang banyak mengonsumsi makanan tinggi kalori dalam bentuk gula dan lemak, ditambah gaya hidupnya yang tidak banyak bergerak, akan rentan untuk mengalami obesitas. Selain faktor makanan dan gerak fisik, obesitas juga bisa disebabkan oleh masalah kesehatan seperti hipotiroidisme atau kurangnya produksi hormon oleh kelenjar tiroid, oleh obat-obatan seperti kortikosteroid atau oleh faktor genetika.3
“Dengan mengelola masalah obesitas, maka diharapkan dapat mencegah kasus kematian mendadak akibat penyakit jantung di Indonesia. Keluarga, teman dan orang-orang terdekat diharapkan dapat mendukung mereka yang obesitas untuk mengubah gaya hidup mereka serta menjalankan program penurunan berat badan yang sesuai. Pemerintah juga diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengontrol asupan kalori berlebih, menciptakan budaya hidup sehat dan menyediakan program-program edukasi terkait dengan manajemen obesitas”, tambah Dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K), FIHA - Ketua Panitia Hari Jantung Sedunia 2016 PERKI dan Wakil Sekjen I Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia dalam acara tersebut.