Puasa Bagi Penderita Diabetes

Ketika bulan Ramadan datang, dapat berpuasa satu bulan penuh adalah kebahagiaan tersendiri karena dapat menjalani kewajiban sebagai Muslim. Akan tetapi bagaimana dengan penderita penyakit diabetes? Bolehkah ikut berpuasa? Apa yang harus diperhatikan oleh penderita diabetes dan keluarga?

Bagi penderita DM, kegiatan berpuasa Ramadan akan mempengaruhi kendali glukosa darah akibat perubahan pola dan jadwal makan serta aktivitas fisik. Berpuasa dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi akut seperti hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, dan dehidrasi atau thrombosis. Risiko tersebut terbagi menjadi risiko sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah, Risik komplikasi tersebut terutama muncul pada pasien DM dengan risiko sedang hingga sangat tinggi.

Ketahui risiko yang Anda miliki sebelum menentukan dapatkah Anda ikut berpuasa atau tidak.

Kategori Risiko terkait Puasa Ramadan pada Pasien DM

Risiko sangat tinggi pada pasien dengan:

  • Hipoglikemi berat dalam 3 bulan terakhir menjelang Ramadan.
  • Riwayat hipoglikemi yang berulang.
  • Hipoglikemi yang tidak disadari (unawareness hypoglycemia).
  • kendali glikemi buruk yang berlanjut.
  • DM tipe 1.
  • Kondisi sakit akut.
  • Koma hiperglikemi hiperosmoler dalam 3 bulan terakhir menjelang Ramadan.
  • Menjalankan pekerjaan fisik yang berat.
  • Hamil
  • Dialisis kronis
Sumber gambar: www.diabetesselfcaring.com

Risiko tinggi pada pasien dengan:

  • Hiperglikemi sedang (rerata glukosa darah 150-300 mg/dL atau HbA1c 7,5-9%).
  • Insufisiensi ginjal.
  • Komplikasi makrovaskuler yang lanjut.
  • Tinggal sendiri dan mendapat terapi insulin atau sulfonilurea.
  • Adanya penyakit penyerta yang dapat meningkatkan risiko.
  • Usia lanjut dengan penyakit tertentu.
  • Pengobatan yang dapat mengganggu proses berpikir.

Risiko sedang pada pasien dengan:

  • Diabetes terkendali dengan glinid (short acting insulin secretagogue).

Risiko rendah pada pasien dengan:

Diabetes "sehat" dengan glikemi yang terkendali melalui:

  • terapi gaya hidup
  • metformin
  • acarbose
  • thiazolidinedione
  • penghambat enzim DPP-4

Jika penderita diabetes tetap berkeinginan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

  1. Satu-dua bulan sebelum menjalankan ibadah puasa, lakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh meliputi kadar glukosa darah, tekanan darah, dan kadar lemak darah, sekaligus menentukan risiko yang akan terjadi bila pasien tetap ingin berpuasa.
  2. Pantau kadar glukosa darah secara  teratur, terutama pertengahan hari dan menjelang berbuka puasa.
  3. Jangan menjalankan ibadah puasa bila merasa tidak sehat.
  4. Harus dilakukan penyesuaian dosis serta jadwal pemberian obat hipoglikemik oral dan atau insulin oleh dokter selama pasien menjalankan ibadah puasa.
  5. Hindari melewatkan waktu makan malam atau mengkonsumsi karbohidrat atau minuman manis secara berlebihan untuk menghindari terjadinya hiperglikemia post prandial yang tidak terkontrol. Pasien dianjurkan untuk mengkonsumsi karbohidrat kompleks saat sahur dan karbohidrat simpel saat berbuka puasa, serta menjaga asupan buah, sayuran dan cairan yang cukup. Usahakan untuk makan sahur menjelang waktu imsak.
  6. Hindari aktivitas fisik yang berlebihan terutama beberapa saat menjelang waktu berbuka puasa.
  7. Puasa harus segera dibatalkan bila kadar glukosa darah kurang dari 60 mg/dL (3,3 mmol/L0. Pertimbangan untuk membatalkan puasa bila kadar glukosa darah kurang dari 80 mg/dL (4,4 mmol/L) atau glukosa darah meningkat sampai lebih dari 300 mg/dL untuk menghindari terjadi ketoasidosis diabetikum.
  8. Selalu konsultasi dengan dokter selama menjalankan ibadah puasa.

 

 

 

Referensi:

KONSENSUS PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI INDONESIA. Perkeni, 2015.