Setiap orang pernah mengalami stress, termasuk remaja.
Tidak ada yang salah dengan mengalami stress, tetapi bila mengalami stress dalam waktu lama, atau melebihi batas kemampuan untuk mengatasinya, remaja dapat mengalami gangguan tidur, berpikir dan belajar.
Apa itu Stress?
Stress adalah cara tubuh merespons situasi yang sulit atau penuh tekanan.
Ketika stress, kita dapat merasa tegang, gugup, atau gelisah.
Selain itu, stress juga dapat menimbulkan gejala fisik seperti berdebar-debar atau napas menjadi lebih cepat, telapak tangan berkeringat, atau lutut gemetar.
Bagaimana Mengenali Stress pada Remaja?
Meskipun sudah remaja, mereka terkadang sulit atau tidak ingin menjelaskan apa yang mereka rasakan kepada orang tua mereka, terutama bila hubungan dengan orang tua kurang baik, atau orang tua sering mengabaikan keluhan anak.
Tanda-tanda atau gejala stress pada remaja dapat berbeda-beda, tetapi secara umum, gejalanya dapat terlihat pada perilaku, emosi, fisik, dan pola pikir remaja.
Gejala Stress pada Remaja
Sumber gambar: www.understood.org
- Gejala pada perilaku
Perilaku remaja yang mengalami stress misalnya:
- Tampak gugup atau cemas
- Menjadi agresif
- Susah tidur atau justru terlalu lama tidur
- Tidak menikmati kegiatan yang biasanya disukai, tidak mau pergi sekolah, atau prestasi menurun
- Nafsu makan meningkat atau justru tidak mau makan sama sekali
- Gejala emosi
- Mudah marah, menangis, merasa selalu salah, atau emosi tidak stabil tanpa sebab yang jelas
- Memiliki ketakutan tertinggal dari teman-teman sebayanya
- Sulit melepaskan diri dari sosial media
- Gejala fisik
- Sakit kepala, sakit perut, sakit di bahu atau rahang
- Sering terkena pilek atau penyakit infeksi lain
- Perubahan berat badan (naik atau turun)
- Gangguan menstruasi
- Mengalami serangan panik, napas cepat, pusing
- Gangguan Berpikir
- Sulit konsentrasi dan tetap fokus
- Pelupa, sulit membuat rencana atau keputusan
Apa yang Dapat Menyebabkan Stress pada Remaja?
Banyak hal yang dapat menyebabkan stress pada remaja, tetapi seringkali penyebabnya berasal dari rumah atau sekolah.
Pada anak-anak yang lebih muda, pindah ke rumah baru juga dapat menyebabkan stress.
Tugas sekolah, tuntutan prestasi, hubungan dengan teman, ‘bullying’, memulai sekolah baru, adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan remaja stress di sekolah.
Di rumah, hubungan dengan anggota keluarga lain yang kurang baik seringkali menjadi penyebab stress pada remaja.
Tips Mengatasi Stress pada Remaja
Apabila Anda mendapati anak Anda mengalami stress, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu mereka.
- Membicarakannya. Membicarakan masalah yang menyebabkan stress dengan orang tua atau orang dewasa yang dapat dipercaya, dapat membantu menyelesaikan masalah dan mengurangi stress pada remaja.
- Menulis catatan. Sebagian anak mungkin kesulitan mengungkapkan apa yang membuat mereka stress. Anda dapat meminta anak untuk menuliskan:
- kekhawatiran atau masalah yang membuat mereka stress,
- hal-hal yang menyenangkan
- hal-hal yang dapat disyukuri
Penelitian menunjukkan bahwa dengan menuliskan apa yang dirasakan dapat membantu mengurangi stress.
Sumber gambar: www.nytimes.com
- Menghabiskan waktu di luar rumah. Menurut para ahli, orang yang tinggal di daerah yang memiliki lebih banyak ruang hijau lebih sedikit mengalami depresi, stress dan kecemasan.
- Tidur cukup. Tidur sangat penting untuk kesehatan fisik dan emosional.
Anak remaja memerlukan delapan hingga 10 jam tidur malam.
Untuk membantu anak tidur malam lebih baik, batasi waktu menggunakan gadget dan hindari penggunaannya di kamar tidur.
- Berolahraga. Berolahraga dapat menurunkan hormon kortisol, hormon penyebab stress, sehingga tubuh dapat menjadi rileks.
- Biarkan anak meluangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan disukai.
Orang tua memiliki peran penting dalam mengatasi stress pada remaja.
Beberapa hal berikut dapat Anda lakukan untuk membantu anak mengatasi stress yang mereka alami:
- Menjadi contoh yang baik. Berikan contoh masalah atau tekanan yang Anda hadapi, dan bagaimana menyikapinya secara sehat.
- Berikan anak kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya. Sebagai orang tua mungkin Anda ingin segera membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi anak.
Tetapi berikan mereka kesempatan terlebih dahulu untuk menyelesaikannya, tentu dengan pengawasan dan bimbingan, agar anak dapat belajar bagaimana menghadapi masalah dengan baik dan memiliki keyakinan dan kepercayaan diri untuk menghadapinya.
- Ajarkan anak untuk tidak berpikir negatif.
Anak-anak mudah terpengaruh oleh pikiran negatif, terutama bila mereka mendengar pernyataan tersebut dari teman-teman sebayanya.
Misalnya ketika ada temannya mengatakan “rambut keriting sudah ketinggalan zaman”, atau “kulitmu paling gelap di antara yang lain”.
Kalimat-kalimat tersebut dapat membuat anak merasa rendah diri, membenci diri sendiri, dan lama kelamaan anak menjadi stress.
Ajarkan anak untuk memikirkan kembali,
- Apakah pernyataan tersebut benar?
Bicarakan juga perasaan anak ketika mendengar kalimat tersebut.
- Apakah kalimat tersebut diucapkan untuk menyakiti perasaan mereka?
- Lalu apakah anak setuju dengan ucapan yang ditujukan untuk menyakiti?
Ajarkan anak bagaimana menyikapinya dengan baik.
- Ajarkan anak untuk berpikir dari sudut pandang berbeda. Misalnya ketika mereka gagal masuk sekolah favorit, coba pikirkan hal-hal positif yang bisa didapatkan dari sekolah lainnya.
Ajarkan juga anak untuk berpikir realistis.
Tidak perlu mencoba menjadi sempurna, yang terpenting adalah sudah berusaha dengan baik.
Sumber gambar: www.verywellfamily.com
- Ajarkan anak untuk menggunakan media sosial dengan bijak.
Tidak semua yang mereka baca, lihat dan dengar di media sosial adalah hal baik atau kejadian yang sebenarnya.
Dan mereka tidak perlu mengikuti apa yang sedang marak di media sosial hanya karena takut tertinggal, karena tidak selalu baik.
Orang tua dapat mengajarkan anak untuk menggunakan gawai dengan bijak dan membatasi penggunaannya.
Luangkan waktu bersama anak ketika mereka mengalami stress.
Dengarkan keluhan mereka tanpa menghakimi hingga selesai.
Biarkan anak mengerti mereka dapat membicarakan masalah apapun dengan Anda.
Anda juga dapat melakukan hal-hal yang disukai anak, seperti misalnya memasak makanan kesukaan mereka, mengajak mereka menonton film, atau mendengarkan musik yang mereka sukai.
Bagaimana Bila Cara-cara Di atas Tidak Berhasil?
Meskipun stress pada remaja adalah bagian normal dari kehidupan, stress yang berkepanjangan tentu memiliki dampak yang buruk.
Stress berkepanjangan dapat menimbulkan masalah kesehatan fisik dan mental, diantaranya:
- Meningkatnya tekanan darah
- Melemahnya daya tahan tubuh
- Meningkatnya berat badan (obesitas)
- Penyakit jantung
- Gangguan kecemasan
- Depresi
Apabila cara-cara di atas sudah Anda lakukan tetapi sepertinya anak Anda masih mengalami stress, bantuan tenaga profesional dapat dipertimbangkan.
Anda dapat membawa anak Anda ke psikolog, atau psikiater untuk mendapatkan bantuan lebih lanjut.
Referensi:
- https://grownandflown.com/ (Gambar cover)
- https://kidshealth.org/en/teens/stress.html
- https://raisingchildren.net.au/pre-teens/mental-health-physical-health/stress-anxiety-depression/stress-in-teens
- https://www.apa.org/topics/child-development/stress#