Informasi Produk Terkait Antikonvulsan


Artikel Produk Terkait " Antikonvulsan "


# Obat untuk Epilepsi

Oleh : Bekti

Obat untuk epilepsi

Sumber : brainandlife.org

 

Epilepsi adalah gangguan pada sistem saraf pusat dimana aktivitas otak menjadi abnormal.  Akibatnya bisa menyebabkan terjadinya kejang atau periode di mana muncul tingkah laku atau sensasi yang tidak biasa, bahkan terkadang hingga hilangnya kesadaran. Siapapun bisa mengalami epilepsi, baik pria atau wanita. Epilepsi juga bisa dialami oleh semua orang di semua kelompok umur dan semua kelompok etnis. Untuk membantu mengontrol gejala kejang yang dialami maka biasanya akan diberikan obat untuk epilepsi.

Gejala kejang yang dirasakan saat terjadi serangan epilepsi bisa sangat beragam. Pada beberapa orang tertentu, saat terjadi serangan kejang maka mereka hanya terlihat seperti sedang menatap kosong selama beberapa detik. Sedangkan pada beberapa orang lainnya, saat terjadi kejang maka tangan atau kakinya terlihat seperti tersentak. Bila hanya mengalami kejang sekali maka belum bisa disebut mengalami epilepsi. Untuk diagnosa epilepsi sendiri, biasanya perlu setidaknya 2 kali kejadian kejang tanpa adanya penyebab.

Saat mengalami kejang untuk pertama kalinya maka sebaiknya berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Kemudian bila terjadi hal-hal berikut ini, maka sebaiknya cari  pertolongan medis sesegera mungkin:

  • Kejang yang dialami berlangsung lebih dari 5 menit.
  • Setelah kejang berhenti, kesadaran atau pernapasan masih tidak kembali normal.
  • Kejang kedua terjadi segera setelah kejang pertama berhenti.
  • Mengalami kelelahan akibat cuaca panas.
  • Sedang hamil.
  • Mempunyai diabetes.
  • Mengalami cedera saat kejang.

 

Epilepsi dan Obat untuk Epilepsi

Epilepsi tidak memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi pada sekitar setengah orang dengan kondisi tersebut. Di separuh lainnya, kondisi tersebut dapat ditelusuri ke berbagai faktor termasuk diantaranya:

  • Pengaruh genetik. Pada beberapa jenis epilepsi. Kondisi tipe kejang atau bagian otak yang dipengaruhi diturunkan dalam keluarga. Pada kasus ini maka terdapat pengaruh genetik.
  • Trauma pada kepala. Trauma pada kepala akibat kecelakaan atau cedera lainnya bisa menyebabkan terjadinya epilepsi.
  • Masalah pada otak. Adanya masalah pada otak yang menyebabkan terjadinya kerusakan otak, seperti misalnya tumor otak atau stroke juga bisa menyebabkan terjadinya epilepsi, terutama pada orang dewasa berusia lebih dari 35 tahun.
  • Penyakit menular. Penyakit menular seperti misalnya meningitis, AIDS atau encephalitis akibat infeksi virus bisa menyebabkan terjadinya epilepsi.
  • Cedera pada janin. Sebelum lahir, janin sangat sensitif terhadap kerusakan otak yang bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti misalnya infeksi pada ibu hamil, nutrisi yang kurang atau defisiensi oksigen. Kerusakan otak ini bisa menyebabkan terjadinya epilepsi atau cerebral palsy.
  • Gangguan perkembangan. Epilepsi terkadang bisa dikaitkan dengan gangguan perkembangan, seperti misalnya pada autism dan neurofibromatosis.

 

Karena epilepsi disebabkan oleh adanya aktivitas tidak normal di otak, maka kejang karena apeilepsi bisa mempengaruhi semua proses yang dikoordinasikan oleh otak. Berikut adalah tanda dan gejala dari kejang epilepsi:

  • Kebingungan sementara.
  • Menatap kosong.
  • Gerakan menyentak dari tangan dan kaki yang tidak bisa dikontrol.
  • Hilangnya kesadaran.
  • Gejala psikis seperti ketakutan, kecemasan atau déjà vu.

 

Gejala yang dialami bisa berbeda-beda tergantung dari jenis kejang yang dialami. Pada sebagian besar kasus, orang dengan epilepsi cenderung akan mengalami jenis kejang yang sama sehingga gejalanya akan sama di tiap episode serangan. Dokter biasanya akan membedakan jenis kejang menjadi kejang fokal atau kejang umum, tergantung dari bagaimana aktifitas otak yang tidak normal tersebut bermula.

Obat lini pertama untuk pengobatan epilepsi adalah obat anti kejang. Obat untuk epilepsi ini membantu mengurangi frekuensi dan keparahan dari kejang yang dialami. Tetapi obat ini tidak bisa menghentikan kejang yang sudah berlangsung atau menyembuhkan epilepsi.

Obat yang dikonsumsi akan diserap di lambung untuk kemudian dibawa oleh pembuluh darah ke otak. Obat untuk epilepsi tersebut akan mempengaruhi neurotransmitter sehingga bisa mengurangi aktifitas elektrik yang menyebabkan terjadinya kejang. Obat ini kemudian akan dikeluarkan melalui urin.

Ada banyak obat anti kejang yang digunakan sebagai obat untuk epilepsi. Dokter bisa meresepkan obat anti kejang dalam bentuk tunggal atau kombinasi tergantung dari jenis kejang yang dialami. Obat untuk epilepsi yang umum digunakan adalah:

  • Levetiracetam
  • Lamotrigine
  • Topiramate
  • Valproic acid
  • Carbamazepine
  • Ethosuximide

 

Obat-obat tersebut diatas biasanya tersedia dalam bentuk tablet, sirup atau injeksi serta diberikan 1-2 kali sehari. Untuk dosis awal biasanya akan diberikan serendah mungkin, kemudian dosis tersebut bisa disesuaikan hingga memberikan efek yang diinginkan. Obat-obatan tersebut harus digunakan secara rutin dan sesuai dengan instruksi dokter.

Efek samping yang bisa terjadi dari penggunaan obat untuk epilepsi adalah:

  • Kelelahan.
  • Pusing.
  • Ruam pada kulit.
  • Menurunnya koordinasi.
  • Masalah daya ingat.
  • Efek samping lain yang lebih serius tapi jarang terjadi adalah depresi serta peradangan pada hati atau organ tubuh lainnya.

 

Epilepsi bisa berbeda-beda pada setiap orang, tetapi pada sebagian besar orang dengan epilepsi kondisinya akan membaik dengan pemberian obat untuk epilepsi. Pada anak-anak dengan epilepsi, sebagian bahkan tidak lagi mengalami kejang dan bisa berhenti mengkonsumsi obat. Meskipun demikian, pada beberapa orang tertentu bisa  saja perlu untuk mengkonsumsi obat untuk epilepsi seumur hidupnya untuk bisa mengontrol kejang yang dialami.

Bila ternyata pemberian obat untuk epilepsi tidak bisa mengurangi kejadian kejang maka pilihan lainnya adalah melalui tindakan pembedahan. Prosedur operasi yang umum dilakukan adalah tindakan resection, yaitu membuang bagian otak yang menjadi penyebab terjadinya kejang.

Bila bagian otak tersebut terlalu besar atau sangat penting sehingga tidak bisa dibuang, maka bisa dilakukan prosedur lain yang disebut dengan subpial transection atau disconnection. Pada prosedur ini maka dokter bedah akan melakukan sayatan di otak untuk mengganggu jalur saraf sehingga kejang tidak akan menjalar ke bagian otak lainnya. Setelah prosedur operasi, maka biasanya pasien akan dapat mengurangi obat anti kejang yang dialami atau bahkan berhenti mengkonsumsi obat untuk epilepsi tersebut.

Terdapat risiko pada setiap prosedur pembedahan, termasuk diantaranya reaksi yang buruk terhadap obat anestesi, terjadinya perdarahan serta infeksi. Prosedur operasi pada otak terkadang bisa menyebabkan terjadinya perubahan kognitif. Oleh karena itu sebaiknya diskusikan kelebihan dan kekurangan dari prosedur operasi kepada dokter yang menangani dan cari pendapat dokter lainnya sebelum memberikan keputusan akhir.

Medicastore adalah apotik online dengan fasilitas layanan lengkap, yang melayani pengiriman ke seluruh wilayah Indonesia (berdasar peraturan penjualan obat yang berlaku). Kami menjual berbagai jenis produk kesehatan dengan harga yang bersaing, termasuk diantaranya obat untuk epilepsi.

 

Sumber:

1. mayoclinic.org

2. healthline.com

3. nhs.uk