Dalam rangka memperingati Hari Dengue ASEAN 2014, tanggal 15 Juni kemarin Dinas Kesehatan Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta mengadakan kegiatan sosialisasi tentang demam dengue kepada masyarakat melalui berbagai acara, seperti jalan sehat, pameran dengue, talkshow, dan permainan edukatif di Lapangan Krida Loka, Gelora Bung Karno Senayan.

Hari Dengue ASEAN dibuat sebagai peringatan karena angka kejadian dengue di negara-negara di Asia Tenggara menempati angka tertinggi di dunia. Di Indonesia sendiri, angka kesakitan penyakit dengue semakin meningkat dan penyebarannya juga semakin luas. Dr Dien Emawati, M.Kes, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, mengatakan bahwa angka kejadian penyakit dengue di Provinsi DKI Jakarta dari bulan Januari hingga Mei 2014 telah mencapai 5.321 kasus. Apabila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia, maka Indonesia menjadi negara kedua terbesar mempunyai kasus dengue setelah Thailand, lanjut Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S Hadinegoro Sp.A(K), Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Kejadian penyakit yang tinggi ini tentunya menyebabkan dampak pada biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit, yang akan menjadi beban ekonomi keluarga dan negara.

Distribusi Dengue di Asia (Sumber : www.cdc.gov)

Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S Hadinegoro Sp.A(K) juga mengingatkan kembali tentang program WHO untuk memberantas dengue secara global yang menargetkan untuk mengurangi angka kematian akibat dengue minimal 50% dan angka kesakitan minimal 25% pada tahun 2020.

Pada prinsipnya, partisipasi bersama seluruh masyarakat merupakan kunci untuk menekan kejadian dengue. Sesuai dengan tema ASEAN Dengue Day 2014, yaitu Unity and Harmony : Key in the Fight Against Dengue, diperlukan keterlibatan semua pihak secara menyatu dan harmonis dalam mengatasi masalah dengue.

Ada beberapa hal yang kembali diingatkan pada Hari Dengue ASEAN 2014 kemarin :

  • Meningkatkan aktivitas Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di masyarakat secara rutin, yaitu setiap hari Jumat jam 09.00-09.30. Pemerintah juga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui Jumantik (Juru Pemantau Jentik) Cilik dan Jumantik Mandiri.

  • Melakukan 3M Plus, yaitu dengan Menguras, Menutup, dan Mengubur/Menyingkirkan benda-benda yang bisa menjadi tempat nyamuk perantara virus Dengue berkembang biak, serta menghindari gigitan nyamuk.

  • Abatisasi rutin untuk tempat penampungan air yang tidak tertutup dan tidak bisa dibersihkan secara rutin, yaitu dengan takaran 1 sendok makan peres untuk 100 L air. Air akan tetap aman untuk dipakai selama takaran pemakaian abate yang diberikan sesuai.
  • Pengasapan dengan insektisida kuat (fogging). Cara ini hanya bisa mematikan nyamuk dewasa (tidak dapat mematikan telur, jentik, dan pupa). Pengasapan dilakukan jika sudah ada penderita yang dipastikan terkena DBD.
  • Kenali gejala-gejala DBD dan janganlah sampai terlambat berobat. Prof. Dr. dr. Sri Rezeki S Hadinegoro Sp.A(K) juga mengingatkan bahwa sangat penting untuk mengetahui gejala-gejala DBD, mengenali tanda-tanda bahayanya, dan janganlah sampai terlambat berobat. Kelalaian inilah yang bisa menyebabkan mengapa masih ada yang meninggal akibat DBD, dimana penderita bisa mengalami syok atau bahkan perdarahan hebat di saluran cerna.

Saat ini telah ada upaya untuk membuat dengue menjadi penyakit berikutnya yang bisa dicegah dengan vaksin. Terkait dengan hal tersebut, ada kabar baik yang dibawakan oleh GM Vaccine Sanofi Pasteur Indonesia, Joko Murdianto. Ia mengatakan bahwa upaya Sanofi Pasteur selama puluhan tahun dalam membuat vaksin dengue telah mencapai langkah yang lebih maju, dimana telah dilakukan uji klinis vaksin dengan keberhasilan yang mencapai 56%. Semoga tidak lama lagi, vaksin dengue bisa digunakan untuk membantu menekan angka kejadian penyakit dengue di dunia, khususnya di Indonesia.