Skizofrenia adalah penyakit gangguan fungsi otak yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter. Akibat dari penyakit skizofrenia adalah terganggunya kemampuan seseorang untuk berpikir jernih, berinteraksi dengan orang lain dan berperan secara produktif di masyarakat. Di Indonesia sendiri diperkirakan terdapat kurang lebih 2 juta orang yang mengalami skizofrenia, namun hanya sekitar 150 ribu pasien yang berkonsultasi ke dokter. Pada pria kebanyakan penyakit skizofrenia menunjukkan gejalanya pada usia 16-25 tahun, sedangkan pada wanita pada usia 23-36 tahun.
“Penyebab penyakit skizofrenia saat ini belum diketahui dengan pasti, akan tetapi terdapat kombinasi faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi seperti faktor genetis, kondisi pra-kelahiran, lingkungan sosial, penggunaan obat-obatan terlarang, dan konstruksi sosial yang berkembang di masyarakat”.
Demikian penjelasan dari Dr. Ashwin Kandouw, Sp.KJ saat berlangsung simposium awam tentang penyakit skizofrenia tanggal 17 Oktober 2009 kemarin yang merupakan kerjasama antara Sanatorium Dharmawangsa, Perhimpunan Jiwa Sehat dan Janssen Cilag divisi dari Johnson & Johnson dalam rangka memperingati hari kesehatan jiwa sedunia.

Acara simposium awam “Pahami dan tangani skizofrenia dengan lebih baik !” yang bertempat di Hotel Nikko, Jakarta tanggal 17 Oktober 2009.
Gejala dari penyakit skizofrenia sendiri dibagi menjadi beberapa gejala, yaitu :
- Gejala positif, disebut positif karena perilaku dan pola pikir yang seharusnya tidak ada menjadi ada dalam diri seseorang ketika berinteraksi dengan sekitar. Gejala ini meliputi waham dan halusinasi umumnya berupa halusinasi penglihatan dan pendengaran.
- Gejala negatif yang merupakan kebalikan dari gejala positif, dimana perilaku dan pola pikir yang seharusnya ada menjadi hilang. Gejalanya berupa emosi yang datar, ketidakmampuan untuk berinisiatif dan mengikuti jalannya kegiatan dan tidak punya ketertarikan dalam hidup.
- Gejala afektif juga sering menyertai penyakit skizofrenia meliputi perasaan tertekan, cemas, kurang tidur, perasaan tidak berharga, pemikiran tentang kematian dan bunuh diri serta perasaan bersalah.
- Gejala kognitif, yaitu pola pikir yang tidak beraturan, sering terlihat sebagai kebingungan dalam hal berpikir dan berbicara serta perilaku yang tidak masuk akal.
- Gejala agresif yaitu perilaku yang menunjukkan permusuhan dan gangguan dalam pengendalian impuls.