Mungkin sedikit mengejutkan Anda bahwa pada kenyataannya osteoporosis (tulang keropos) juga bisa menyerang kaum pria. Kita semua tahu bahwa osteoporosis merupakan kasus yang cukup membahayakan fisik pada wanita bahkan dapat menyebabkan kematian. Sekitar 20 % yang menderita patah tulang karena osteoporosis akhirnya meninggal dalam kurun waktu setahun. Atau minimal dapat menyebabkan ketidakmampuan fisik yang kronis akibat patah tulang karena osteoporosis.
Tapi kita (yang termasuk di dalamnya dokter, publik dan media) sepertinya tidak terlalu memperhatikan bahwa sebenarnya osteoporosis merupakan ancaman juga bagi kehidupan kaum pria. Padahal survei membuktikan bahwa satu dari tiga kasus osteoporosis terjadi pada pria, dan untuk kasus patah tulang akibat osteoporosis angka kematian pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.
Berangkat dari kenyataan bahwa angka kesakitan karena patah tulang yang lebih tinggi tersebut, penanganan yang harus dilakukan sebenarnya adalah mencegah terjadinya hal tersebut dengan menangani osteoporosis lebih dini, baik pada wanita maupun pria. Penelitian tersebut menuliskan, " Waktu yang tepat untuk menangani penderita adalah sebelum mereka mendapatkan cedera patah tulang akibat osteoporosis".
Perlu diingatkan kembali bahwa osteoporosis merupakan penyebab kerusakan tulang, dan kita semua (pria, wanita, tua maupun muda) perlu melakukan pencegahan dan penanganan osteoporosis sedini mungkin.
Untuk melakukan pencegahan, kita harus tahu faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis. Ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya osteoporosis.
Pertama faktor keturunan atau ras, yang berarti kita tidak bisa terlalu banyak melakukan intervensi dengan mengganti gen penyebabnya, misalnya. Biasanya resiko meningkat pada ras kulit putih seperti Eropa atau Asia.
Yang kedua adalah faktor usia. Semakin tua seseorang akan semakin besar kemungkinan terkena osteoporosis.
Kemudian yang ketiga adalah faktor lingkungan seperti misalnya:
Lalu bagaimana bila Anda sudah berusia di atas 50 tahun. Osteroporosis Society of Canada merekomendasikan bagi pria maupun wanita usia ini untuk melakukan pemeriksaan tulang seperti bone scan, untuk pencegahan atau kemudian mendapatkan terapi sebelum terlambat (baca: terjadi patah tulang)
Tentu belakangan kita mendengar tentang terapi hormon bagi penderita wanita. Namun sekarang banyak dokter yang kurang suka menggunakannya karena efeknya yang kurang menyenangkan. Mereka lebih suka menggunakan obat-obatan seperti raloxifene, golongan biophophonate seperti alendronate, juga untuk terapi osteoporosis pada pria.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih baik sedini mungkin maksimalkan kepadatan tulang Anda selagi masih muda sebelum terlambat.
Tapi kita (yang termasuk di dalamnya dokter, publik dan media) sepertinya tidak terlalu memperhatikan bahwa sebenarnya osteoporosis merupakan ancaman juga bagi kehidupan kaum pria. Padahal survei membuktikan bahwa satu dari tiga kasus osteoporosis terjadi pada pria, dan untuk kasus patah tulang akibat osteoporosis angka kematian pada pria lebih tinggi dibandingkan dengan wanita.
Berangkat dari kenyataan bahwa angka kesakitan karena patah tulang yang lebih tinggi tersebut, penanganan yang harus dilakukan sebenarnya adalah mencegah terjadinya hal tersebut dengan menangani osteoporosis lebih dini, baik pada wanita maupun pria. Penelitian tersebut menuliskan, " Waktu yang tepat untuk menangani penderita adalah sebelum mereka mendapatkan cedera patah tulang akibat osteoporosis".
Perlu diingatkan kembali bahwa osteoporosis merupakan penyebab kerusakan tulang, dan kita semua (pria, wanita, tua maupun muda) perlu melakukan pencegahan dan penanganan osteoporosis sedini mungkin.
Untuk melakukan pencegahan, kita harus tahu faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis. Ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya osteoporosis.
Pertama faktor keturunan atau ras, yang berarti kita tidak bisa terlalu banyak melakukan intervensi dengan mengganti gen penyebabnya, misalnya. Biasanya resiko meningkat pada ras kulit putih seperti Eropa atau Asia.
Yang kedua adalah faktor usia. Semakin tua seseorang akan semakin besar kemungkinan terkena osteoporosis.
Kemudian yang ketiga adalah faktor lingkungan seperti misalnya:
- Mendapatkan pengobatan jangka panjang (misalnya kortikosteroid, antikejang)
- Efek dari penyakit lain seperti hipotiroidisme atau sindroma malabsobsi
- Mendapat menopause dini
- Hilangkan kebiasaan merokok
- Berolahraga yang dapat menguatkan otot karena sekaligus menguatkan tulang, misalnya jalan, jogging, dll.
- Makanlah makanan yang banyak mengandung kalsium dan vitamin D (bagi Anda yang telah berusia di atas 50 tahun atau memiliki faktor resiko besar, sebaiknya mengkonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D).
- Jangan terlalu banyak mengkonsumsi kafein ataupun alkohol
- Jangan terlalu kurus. Lebih gemuk seseorang, lebih rendah mendapatkan faktor resiko terjadinya osteoporosis (tapi hati-hati jangan sampai menjadi obesitas).
Lalu bagaimana bila Anda sudah berusia di atas 50 tahun. Osteroporosis Society of Canada merekomendasikan bagi pria maupun wanita usia ini untuk melakukan pemeriksaan tulang seperti bone scan, untuk pencegahan atau kemudian mendapatkan terapi sebelum terlambat (baca: terjadi patah tulang)
Tentu belakangan kita mendengar tentang terapi hormon bagi penderita wanita. Namun sekarang banyak dokter yang kurang suka menggunakannya karena efeknya yang kurang menyenangkan. Mereka lebih suka menggunakan obat-obatan seperti raloxifene, golongan biophophonate seperti alendronate, juga untuk terapi osteoporosis pada pria.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih baik sedini mungkin maksimalkan kepadatan tulang Anda selagi masih muda sebelum terlambat.