Saat ini di pasaran ada banyak sekali suplemen makanan yang mengandung Phytoestrogen. Animo masyarakat pun sangat antusias pada suplemen ini. Walaupun sudah ada banyak artikel yang membahas manfaat phytoestrogen ini, rupanya ada aspek lain yang kurang tersentuh?. Karenanya kami sajikan kali ini aspek lain tersebut, yang belum banyak diketahui masyarakat luas?
Apakah Phytoestrogen itu?
Phytoestrogen adalah zat mirip estrogen (salah satu hormon wanita) yang ditemukan pada polong-polongan (kedelai), gandum, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayur-sayuran. Phytoestrogen dapat ditangkap oleh penerima (reseptor) estrogen dalam tubuh, dan akhirnya akan memberikan efek hormon dan anti hormon. Namun demikian, perlu dipahami, bahwa ternyata efek hormon mirip estrogen yang ditimbulkan ini jauh lebih lemah bila dibandingkan dengan estrogen sendiri.
Ada 3 tipe utama phytoestrogen, yaitu isoflavones (paling kuat), coumestans dan lignans. Umumnya, konsumsi phytoestrogen ditujukan untuk wanita yang mulai memasuki masa menopause, karena pada masa menopause ini produksi hormon estrogen di dalam tubuh mulai berkurang dan memberikan gejala-gejala yang tidak enak seperti semburan panas pada wajah dan dada, perubahan suasana hati (mood), vagina menjadi kering (menyebabkan sakit saat berhubungan), keringat berlebihan di malam hari, gangguan tidur dan mudah lupa. Selain itu juga dapat menyebabkan peningkatan resiko osteoporosis dan penyakit jantung.
Banyak wanita menopause di Indonesia yang tidak tahu bahwa gejala-gejala tersebut dapat dikurangi. Bila mereka pergi ke dokter, umumnya mereka akan diberi tambahan hormon, bisa hanya berupa hormon estrogen, yang memang produksi di dalam tubuhnya sudah menurun, tapi bisa juga kombinasi hormon estrogen dan progesteron, supaya terjadi keseimbangan hormon di dalam tubuh.
Saat ini banyak ditawarkan secara bebas, suplemen yang mengandung phytoestrogen, yang dikatakan dapat menghilangkan gejala-gejala menopause. Apakah phytoestrogen memang sungguh dapat membantu menghilangkan gejala menopause? Pertanyaan ini banyak muncul, dalam diskusi-diskusi kesehatan? Nah, untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, mari kita simak beberapa penelitian tentang phytoestrogen.
Dr. Gina Glazier dan kawan-kawannya dari sekolah kedokteran Pennsylvania, mengumpulkan lebih dari 1000 artikel selama lebih dari 30 tahun yang membahas tentang Phytoestrogen, kemudian dipilih 76 artikel yang masuk dalam kriteria penelitian yang memenuhi standar. Berikut ini intisari dari kumpulan artikel tersebut :
Semburan Panas
Semburan panas merupakan gejala yang paling mengganggu dan paling dirasakan oleh wanita menopause. Ternyata penurunan semburan panas ini berkisar 15%, belum terlalu besar karena hanya menurunkan 1 semburan panas dari sekitar 10-12 semburan panas yang dirasakan setiap harinya.
Penyakit Jantung
Pada tahun 1999, FDA Amerika menyetujui pernyataan ?Diet rendah lemak dan kolesterol, ditambah 25 gram protein kedelai akan menurunkan resiko penyakit Jantung?. Pada kenyataannya memang angka kejadian penyakit Jantung pada negara-negara yang banyak mengkonsumsi kedelai lebih rendah dibandingkan negara yang kurang mengkonsumsinya.
Karena itu phytoestrogen, terutama yang berasal dari kedelai di klaim dapat menurunkan resiko penyakit jantung. Dari semua penelitian, tampaknya suplemen phytoestrogen memang mempunyai kelebihan pada penurunan lemak ?jahat?. Hanya jumlah isoflavon kedelai yang dibutuhkan secara tepat untuk mendapatkan hasil yang bermakna masih menjadi pertanyaan.
Pencegahan kanker
Pada beberapa phytoestrogen ada yang mengandung antioksidan, sehingga para ahli memperkirakan dapat mencegah terjadinya kanker. Tapi ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab seperti jenis phytoestrogen apa yang paling baik, berapa banyaknya, berapa lama pemakaian dll. Karena itu dr. Gina dan kawan-kawan belum dapat mengeluarkan rekomendasi penggunaan phytoestrogen untuk mencegah kanker.
Osteoporosis
Pada penelitian, Isoflavonoid tidak memperlihatkan efek yang menguntungkan pada tulang. Dr. Gina menyimpulkan bahwa penggunaan phytoestrogen sendiri mungkin tidak akan banyak membantu, tapi bila digabung dengan diet lain seperti sayur-sayuran, buah-buahan atau makanan berbahan baku kedelai mungkin dapat membantu mencegah terjadinya gejala menopause yang ringan.
Nah, jadi?bila anda menderita gejala menopause yang cukup mengganggu, upaya mengonsumsi suplemen phytoestrogen memang sah sah saja... namun pergi ke dokter ahli untuk penanganan lebih lanjut masih merupakan pilihan yang paling bijaksana?. Agar anda mendapat penanganan yang lebih tepat dan telah terbukti secara ilmiah.
Apakah Phytoestrogen itu?
Phytoestrogen adalah zat mirip estrogen (salah satu hormon wanita) yang ditemukan pada polong-polongan (kedelai), gandum, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayur-sayuran. Phytoestrogen dapat ditangkap oleh penerima (reseptor) estrogen dalam tubuh, dan akhirnya akan memberikan efek hormon dan anti hormon. Namun demikian, perlu dipahami, bahwa ternyata efek hormon mirip estrogen yang ditimbulkan ini jauh lebih lemah bila dibandingkan dengan estrogen sendiri.
Ada 3 tipe utama phytoestrogen, yaitu isoflavones (paling kuat), coumestans dan lignans. Umumnya, konsumsi phytoestrogen ditujukan untuk wanita yang mulai memasuki masa menopause, karena pada masa menopause ini produksi hormon estrogen di dalam tubuh mulai berkurang dan memberikan gejala-gejala yang tidak enak seperti semburan panas pada wajah dan dada, perubahan suasana hati (mood), vagina menjadi kering (menyebabkan sakit saat berhubungan), keringat berlebihan di malam hari, gangguan tidur dan mudah lupa. Selain itu juga dapat menyebabkan peningkatan resiko osteoporosis dan penyakit jantung.
Banyak wanita menopause di Indonesia yang tidak tahu bahwa gejala-gejala tersebut dapat dikurangi. Bila mereka pergi ke dokter, umumnya mereka akan diberi tambahan hormon, bisa hanya berupa hormon estrogen, yang memang produksi di dalam tubuhnya sudah menurun, tapi bisa juga kombinasi hormon estrogen dan progesteron, supaya terjadi keseimbangan hormon di dalam tubuh.
Saat ini banyak ditawarkan secara bebas, suplemen yang mengandung phytoestrogen, yang dikatakan dapat menghilangkan gejala-gejala menopause. Apakah phytoestrogen memang sungguh dapat membantu menghilangkan gejala menopause? Pertanyaan ini banyak muncul, dalam diskusi-diskusi kesehatan? Nah, untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, mari kita simak beberapa penelitian tentang phytoestrogen.
Dr. Gina Glazier dan kawan-kawannya dari sekolah kedokteran Pennsylvania, mengumpulkan lebih dari 1000 artikel selama lebih dari 30 tahun yang membahas tentang Phytoestrogen, kemudian dipilih 76 artikel yang masuk dalam kriteria penelitian yang memenuhi standar. Berikut ini intisari dari kumpulan artikel tersebut :
Semburan Panas
Semburan panas merupakan gejala yang paling mengganggu dan paling dirasakan oleh wanita menopause. Ternyata penurunan semburan panas ini berkisar 15%, belum terlalu besar karena hanya menurunkan 1 semburan panas dari sekitar 10-12 semburan panas yang dirasakan setiap harinya.
Penyakit Jantung
Pada tahun 1999, FDA Amerika menyetujui pernyataan ?Diet rendah lemak dan kolesterol, ditambah 25 gram protein kedelai akan menurunkan resiko penyakit Jantung?. Pada kenyataannya memang angka kejadian penyakit Jantung pada negara-negara yang banyak mengkonsumsi kedelai lebih rendah dibandingkan negara yang kurang mengkonsumsinya.
Karena itu phytoestrogen, terutama yang berasal dari kedelai di klaim dapat menurunkan resiko penyakit jantung. Dari semua penelitian, tampaknya suplemen phytoestrogen memang mempunyai kelebihan pada penurunan lemak ?jahat?. Hanya jumlah isoflavon kedelai yang dibutuhkan secara tepat untuk mendapatkan hasil yang bermakna masih menjadi pertanyaan.
Pencegahan kanker
Pada beberapa phytoestrogen ada yang mengandung antioksidan, sehingga para ahli memperkirakan dapat mencegah terjadinya kanker. Tapi ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab seperti jenis phytoestrogen apa yang paling baik, berapa banyaknya, berapa lama pemakaian dll. Karena itu dr. Gina dan kawan-kawan belum dapat mengeluarkan rekomendasi penggunaan phytoestrogen untuk mencegah kanker.
Osteoporosis
Pada penelitian, Isoflavonoid tidak memperlihatkan efek yang menguntungkan pada tulang. Dr. Gina menyimpulkan bahwa penggunaan phytoestrogen sendiri mungkin tidak akan banyak membantu, tapi bila digabung dengan diet lain seperti sayur-sayuran, buah-buahan atau makanan berbahan baku kedelai mungkin dapat membantu mencegah terjadinya gejala menopause yang ringan.
Nah, jadi?bila anda menderita gejala menopause yang cukup mengganggu, upaya mengonsumsi suplemen phytoestrogen memang sah sah saja... namun pergi ke dokter ahli untuk penanganan lebih lanjut masih merupakan pilihan yang paling bijaksana?. Agar anda mendapat penanganan yang lebih tepat dan telah terbukti secara ilmiah.