
 Disfungsi  ereksi (DE) merupakan istilah yang tidak asing lagi di kalangan umum. Seorang  pria dikatakan mengalami disfungsi ereksi ketika ia tidak mampu mendapatkan dan  atau mempertahankan ereksi untuk aktivitas seksual yang memuaskan. 
 Disfungsi ereksi bervariasi dalam  beberapa tingkat keparahan. Beberapa pria memiliki ketidakmampuan total untuk  mendapatkan ereksi, tidak konsisten dalam berereksi, maupun masih dapat melakukan  ereksi walau dalam waktu singkat. Namun meskipun begitu, masih banyak pria yang  enggan mengkonsultasikan masalahnya pada dokter.
 
 Penyebab  disfungsi ereksi bisa bermacam-macam. Usia, faktor psikologis, adanya kelainan  atau penyakit, obat, kebiasaan, dan faktor lain turut andil dalam terjadinya disfungsi  ereksi pada seorang pria. Disfungsi ereksi juga bisa menjadi tanda adanya  masalah kesehatan. Sebanyak kira-kira 52% pasien yang mengalami hipertensi dan  64% penderita diabetes juga mengalami disfungsi ereksi. Bahkan, sekitar 90%  pria yang mengalami depresi berat mengalami disfungsi ereksi dalam berbagai tingkat keparahan.
 Usia
 Umumnya  disfungsi ereksi lebih banyak ditemui pada usia lanjut dibandingkan pria muda  meskipun DE bisa terjadi pada semua umur. Pada usia 45 tahun, banyak pria yang  memiliki pengalaman disfungsi ereksi. Umumnya, pada pria berusia lanjut,  penyebab disfungsi ereksi dikarenakan kelainan fisik. Misalnya karena  adanya penyakit, cedera, maupun efek obat-obatan. Beberapa penyakit dapat  menyebabkan cedera pada saraf atau turut mempengaruhi aliran darah ke penis dan  berpotensial menyebabkan disfungsi ereksi. Kejadian disfungsi ereksi meningkat  seiring dengan pertambahan umur, yaitu sekitar 5 % pada usia 40-an tahun, dan  antara 15 sampai 25% pada usia 65 tahun.
 Psikologis
 Faktor psikologis merupakan salah satu penyebab disfungsi ereksi. Merasa cemas dengan hubungan seksual, karena pengalaman buruk atau pengalaman impotensi yang sebelumnya. Selain itu, perasaan stress, termasuk stress karena pekerjaan atau  masalah keluarga, depresi, rendah diri juga termasuk penyebab disfungsi  ereksir. Seperti yang telah disebutkan di atas, sekitar 90% pria yang mengalami  depresi berat mengalami disfungsi ereksi dalam berbagai tingkat keparahan.
 Penyakit
 Kelainan fisik maupun penyakit dapat menjadi penyebab  dari disfungsi ereksi. Diabetes, tekanan darah tinggi, dan arterosklerosis  (pengerasan arteri) merupakan penyakit yang menjadi penyebab disfungsi ereksi.  Pada pasien diabetes maupun hipertensi, jika kadar gula darah tidak dijaga  maupun tekanan darah tidak terkontrol, maka tidak mustahil sang pasien juga akan  mengalami disfungsi ereksi. Maka mengkonsumsi obat untuk mengatasi penyakit  tersebut menjadi penting agar penyakit terkontrol dan tidak timbul masalah baru  seperti disfungsi ereksi.
 Diabetes mellitus, multiple sclerosis, stroke, penyakit  tulang belakang bagian bawah, pembedahan rektum atau prostat yang menyebabkan  kerusakan saraf dapat menyebabkan disfungsi ereksi.
 Terkadang, adanya ketidakseimbangan hormon dalam tubuh  menjadi penyebab disfungsi ereksi. Dokter akan memutuskan apakah perlu  dilakukan tes darah untuk memeriksa keseimbangan hormon.
 Obat
 Penggunaan obat seperti antihipertensi, antidepresan,  estrogen, dan antiandrogen dapat menjadi salah satu penyebab disfungsi ereksi  pada seorang pria.
 Kebiasaan
 Kebiasaan yang kurang baik ikut berperan menjadi  penyebab disfungsi ereksi. Pengkonsumsi alkohol, penghisap rokok, pengguna  narkoba, kelelahan dalam beraktivitas fisik.
 
  Konsultasikanlah pada dokter jika anda mengalami  disfungsi ereksi. Dokter akan mendiagnosa dengan mengajukan beberapa  pertanyaan. Riwayat medis juga akan diperiksa untuk melihat penggunaan obat  maupun penyakit yang diduga menjadi penyebab disfungsi ereksi. Dilakukan juga  beberapa pemeriksaan fisik untuk mengetahui ada tidaknya disfungsi ereksi. Pemeriksaan  laboratorium dapat membantu menegakkan diagnosa disfungsi ereksi. Tes ini  diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan ataupun penyakit dalam tubuh.  Tes yang dilakukan dapat mencakup tes hitung darah, urinalisa, kadar bersihan  kreatinin, dan aktivitas enzim hati. Dokter akan memilih tes yang tepat bagi anda.
 Konsultasikanlah pada dokter jika anda mengalami  disfungsi ereksi. Dokter akan mendiagnosa dengan mengajukan beberapa  pertanyaan. Riwayat medis juga akan diperiksa untuk melihat penggunaan obat  maupun penyakit yang diduga menjadi penyebab disfungsi ereksi. Dilakukan juga  beberapa pemeriksaan fisik untuk mengetahui ada tidaknya disfungsi ereksi. Pemeriksaan  laboratorium dapat membantu menegakkan diagnosa disfungsi ereksi. Tes ini  diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan ataupun penyakit dalam tubuh.  Tes yang dilakukan dapat mencakup tes hitung darah, urinalisa, kadar bersihan  kreatinin, dan aktivitas enzim hati. Dokter akan memilih tes yang tepat bagi anda.
 
 Atasi pada Masalah
 Cara mengatasi  disfungsi ereksi tergantung dari penyebabnya. Karena penyebab disfungsi ereksi  sangat banyak, maka perlu dicari penyebabnya. Setelah dokter memeriksa masalah  kesehatan maupun obat yang mungkin menjadi penyebab disfungsi ereksi, maka ia  akan memberi solusi yang tepat untuk membantu mengatasi disfungsi ereksi. Penganganan  masalah disfungsi ereksi mulai dari tahapan ringan sampai dengan tahapan yang  lebih invasif.
 Ubah Gaya Hidup
 Mengubah gaya  hidup seperti banyak berolah raga, mengurangi atau menghentikan alkohol dan  rokok, menurunkan berat badan juga membantu beberapa pria mengatasi masalahnya.
 Pada banyak  pria disfungsi ereksi, permasalah dapat diatasi dengan penggunaan tablet oral  (diminum).
 Konsultasi dengan Tenaga  Kesehatan
 Menghentikan  penggunaan obat dengan efek samping yang lebih ringan merupakan tahapan  selanjutnya. Misalnya, obat tekanan darah tinggi yang diganti dengan obat  tekanan darah tinggi lain dengan mekanisme kerja obat yang berbeda.  Konsultasikan pada dokter mengenai kemungkinan obat yang sedang digunakan  dengan disfungsi ereksi yang terjadi.
 Dilakukan  terapi psikologis dan perubahan gaya hidup pada pasien jika dibutuhkan. Selain  itu juga diberikan obat yang diberikan secara oral atau obat injeksi lokal. Penggunaan  pompa vakum, intrauretal, maupun dengan menggunakan injeksi intracavernosa  merupakan pengobatan tahap selanjutnya jika pengobatan menggunakan tablet oral  tidak berhasil. Tahap pengobatan selanjutnya yaitu penggunaan penis  prostetis apabila seluruh pengobatan belum berhasil. Dokter akan membantu  memutuskan pengobatan yang tepat.
 Saat  ini, banyak sekali pilihan obat oral yang diindikasikan untuk disfungsi ereksi.  Umumnya, obat oral untuk disfungsi ereksi merupakan obat keras yang membutuhkan  resep dokter (ditandai dengan huruf K di dalam lingkaran berwarna merah dengan  garis berwarna hitam di tepinya). Jangan ragu untuk berkonsultasi pada tenanga kesehatan.
Obat Khusus Pria Efektif dan Efisien
 
						 
							 
							 
					 Semua
														Semua
													 Obat
														Obat
													 Suplemen
														Suplemen
													 Alat Kesehatan
														Alat Kesehatan
													 Kosmetik
														Kosmetik
													 Herbal
														Herbal
													 Ibu & Anak
														Ibu & Anak
													 Susu Bayi
														Susu Bayi
													 Makanan & Minuman
														Makanan & Minuman