Kontrasepsi asal kata dari ‘kontra’ yang berarti mencegah/menghalangi dan ‘konsepsi’ yang berarti pembuahan/pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi diartikan sebagai cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi.
Kontrasepsi sangat berperan dalam meningkatkan kesehatan ibu melalui pengaturan jarak kehamilan, selain itu dengan kontrasepsi maka kita juga dapat melakukan perencanaan keluarga termasuk didalamnya pengaturan jumlah anak.
Selama beberapa dekade, banyak yang beranggapan bahwa pria tidak tertarik untuk “ikut bertanggung jawab” terhadap kesuburannya atau berpartisipasi melakukan kontrasepsi. Tetapi sebuah penelitian terbaru yang melibatkan sekitar 9.000 pria di 9 negara menunjukkan bahwa lebih dari 60% laki-laki di negara Spanyol, Jerman, Mexico dan Brasil menunjukkan kesedian mereka untuk menggunakan kontrasepsi untuk pria supaya para pasangannya dapat terbebas dari beberapa efek samping penggunaan kontrasepsi, selain itu mereka juga ingin lebih terlibat dalam hal pengendalian kesuburannya.
Kontrasepsi untuk pria yang paling banyak dikenal orang mungkin adalah kondom, tetapi selain itu masih ada beberapa pilihan kontrasepsi lain untuk pria, baik yang sudah tersedia ataupun yang masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut. Berikut adalah beberapa ragam pilihan kontrasepsi untuk pria:
- Senggama terputus
Metode ini dilakukan dengan cara menarik keluar penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi, sehingga ejakulasi dilakukan di luar vagina. Metode ini kurang efektif dalam mencegah terjadinya kehamilan karena membutuhkan kesadaran yang tinggi dari pihak pria untuk melakukannya dan juga sebelum terjadinya ejakulasi pun bisa jadi sudah terdapat air mani yang keluar dan mengandung sperma. - Kondom
Kondom telah dikenal sejak lama sebagai satu-satunya kontrasepsi yang selain dapat mencegah terjadinya kehamilan juga dapat mencegah terkena penyakit infeksi menular seksual seperti HIV/AIDS. Saat ini >50 juta orang di dunia menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsinya dan kondom juga sudah tersedia baik untuk pria ataupun wanita. Kondom merupakan alat kontrasepsi yang aman, murah, mudah tersedia, mudah digunakan dan tidak mempengaruhi kesuburan. Bagi orang yang mempunyai alergi terhadap kondom yang terbuat dari latex dapat menggunakan kondom yang terbuat dari bahan polyurethane. - Vasektomi
Vasektomi telah digunakan oleh 40 juta orang untuk perencanaan keluarga. Vasektomi merupakan cara yang cepat, sederhana, nyaman dan sangat efektif dalam hal sterilisasi secara permanen. Pria yang sudah tidak mau lagi mempunyai anak dapat memilih cara vasektomi ini, pada vasektomi saluran yang berfungsi untuk mengalirkan sperma (saluran vas deferens) akan dipotong, sehingga sperma tidak mengalir ke penis. Sedangkan bagian lainnya seperti testis dan penis tidak akan terpengaruh sehingga tidak akan menganggu gairah seksual dan proses ejakulasi.
Selain cara tersebut diatas, terdapat juga beberapa metode terbaru dalam hal kontrasepsi non hormonal untuk pria, seperti:- RISUG (Reversible Inhibition of Sperm Under Guidance)
RISUG ini merupakan salah satu metode kontrasepsi yang bekerja di dalam saluran vas deferens atau saluran yang berfungsi untuk mengalirkan sperma. Salah satu keuntungan dari metode ini adalah karena bersifat sementara, sehingga kesuburan dapat kembali apabila diinginkan. Caranya adalah dengan menyuntikan bahan sejenis polymer yang berbentuk gel ke dalam saluran vas deferens, sehingga gel tersebut akan melapisi bagian dalam dinding vas deferens. Gel polymer tersebut nantinya akan membunuh setiap sperma yang melewati saluran vas deferens sehingga mencegah terjadinya kehamilan. Kemudian apabila pria menginginkan kesuburannya kembali baik dalam hitungan bulan ataupun tahun, maka bahan polymer akan dibersihkan dari saluran vas deferens melalui suntikan lain. - Pemanasan
Telah lama diketahui bahwa kenaikan suhu yang sebentar pada bagian testis dapat menekan pembentukan sperma (spermatogenesis), sementara kenaikan suhu yang lebih lama dapat mempengaruhi patologi testis dan terjadinya cryptorchidism, varicocele serta ketidaksuburan sementara. Penelitian klinis yang dilakukan untuk mengevaluasi potensi dari alat pembungkus bagian scrotal untuk digunakan sebagai metode kontrasepsi pria yang praktis menunjukkan penurunan yang reversible terhadap jumlah sperma tetapi masih kurang kuat untuk dijadkan metode kontrasepsi yang terpercaya. Karena masih terdapat hal yang meragukan termasuk masalah keamanan dari metode ini, maka penelitian lebih lanjut masih terus dilakukan. - Pendekatan imunologis
Pada pendekatan imunologis terhadap kontrasepsi, maka tubuh akan dibuat untuk menyerang spermanya sendiri. Akan tetapi pendekatan ini banyak mengundang perdebatan karena ketidak pastian untuk memperoleh kesuburan kembali, selain itu perbedaan species antara hewan dan manusia menyebabkan kesuksesan pada percobaan dengan hewan lebih sulit untuk diadaptasikan ke manusia dibandingkan metode lain. Sampai saat ini, metode ini pun masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.
- Senggama terputus
Penelitian mengenai metode kontrasepsi hormonal untuk pria pada awalnya banyak menggunakan testosterone yang digunakan untuk mengelabui otak sehingga menghentikan produksi sperma. Tetapi hal tersebut ternyata tidak terlalu sukses apabila dibandingkan dengan kerja pil kontrasepsi pada wanita yang dapat menghentikan terjadinya ovulasi.
Penelitian terbaru akhirnya banyak dilakukan untuk menemukan hormon lain yang dapat mempengaruhi produksi sperma. Hormon tersebut adalah prolaktin, hormon yang biasa terdapat pada wanita hamil untuk mengontrol produksi air susu ternyata terdapat juga pada pria.
Untuk dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi, tablet yang dapat menghambat produksi prolaktin harus diminum setiap hari yang dibarengi dengan suntikan/implant yang mengandung testosterone. Hal ini juga masih menimbulkan perdebatan terutama mengenai tingkat kepatuhan pria untuk minum pil tersebut setiap hari.
Selain itu para peneliti di Manchester telah mengkombinasikan pemberian desogestrel (digunakan pada pil kontrasepsi untuk wanita) dan koyo yang mengandung testosteron untuk digunakan sebagai kontrasepsi pada pria. Cara kerjanya adalah: desogestrel akan menghentikan produksi testosterone di testis sehingga produksi sperma juga terhenti, sedangkan koyo testosterone akan menyediakan kebutuhan testosterone yang diperlukan oleh bagian tubuh yang lain (tanpa adanya testosteron, maka pria akan kehilangan bulu-bulu di wajah dan payudara akan membesar). Akan tetapi kesuksesan metode ini pada pria yang menggunakannya hanya sekitar 60 %.
Oleh sebab itu, maka penggunaan kontrasepsi hormonal pada pria sampi saat ini masih dalam tahap penelitian lebih lanjut, walaupun tidak mustahil suatu saat nanti akan ada kontrasepsi hormonal untuk pria yang se-efektif dan se-aman seperti kontrasepsi hormonal untuk wanita.
Untuk dapat memilih kontrasepsi pria yang sesuai dengan kebutuhan, maka informasi yang jelas sangat dibutuhkan. Selain itu adanya saling pengertian dan komunikasi yang baik dengan pasangan sangat diperlukan, terutama mengenai masalah efektivitas, keamanan, kebebasan dari efek samping akibat penggunaan kontrasepsi tertentu, biaya yang dikeluarkan dan kepercayaan baik pada pria ataupun wanita.
*Diambil dari berbagai sumber