Disfungsi ereksi pada pria dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti: usia, faktor psikologis, adanya penyakit tertentu, pengaruh kebiasaan/gaya hidup ataupun efek samping dari obat yang digunakan untuk mengatasi suatu penyakit. Kali ini medicastore mencoba untuk membahas mengenai disfungsi ereksi karena efek samping obat tertentu, terutama obat untuk mengatasi hipertensi atau penyakit darah tinggi.
Sebelumnya kita akan membahas sedikit mengenai terjadinya ereksi. Di dalam penis terdapat 2 buah jaringan berongga yang disebut dengan corpus cavernosum yang berperan dalam hal terjadinya ereksi. Corpus cavernosum terdiri dari pembuluh darah arteri dan vena, serta jaringan otot dan rongga kosong. Di bawah corpus cavernosum terdapat jaringan corpus spongiosum, yang didalamnya terdapat saluran urethra yang mengalirkan air seni dan air mani.
Pada saat mengalami ereksi, syaraf di otak mengirim sinyal ke syaraf di penis yang menyebabkan otot di corpus cavernosum menjadi rileks dan pembuluh arteri melebar, ini menyebabkan darah dapat mengalir ke rongga kosong tersebut.
Adanya aliran darah pada pembuluh arteri menyebabkan jaringan yang membungkus rongga menekan pembuluh vena yang biasanya mengalirkan kembali darah dari penis. Akibatnya darah menjadi terperangkap di dalam penis, sehingga penis menjadi tegang dan terjadilah ereksi. Ketika sensasi ereksi telah selesai, maka otot akan berkontraksi kembali, sehingga pembuluh vena terbebas dan mengalirkan darah keluar dari penis sehingga penis kembali ke ukuran normalnya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah adanya penyakit tertentu seperti penyakit darah tinggi atau hipertensi.
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya masalah ereksi. Sebuah jurnal ilmiah yaitu the Journal of the American Geriatrics Society menyebutkan bahwa sekitar 49 % pria yang berusia 40-79 tahun yang mempunyai penyakit tekanan darah tinggi juga mengalami masalah disfungsi ereksi.
Sebuah penelitian lain yang telah di publikasikan pada the Journal of Urology tahun 2000 silam menemukan bahwa, pria yang mempunyai penyakit tekanan darah tinggi, 68% diantaranya memiliki masalah disfungsi ereksi dengan tingkat yang berbeda dan sekitar 45% diantaranya mengalami masalah disfungsi ereksi yang cukup berat.
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke penis terus melebar dan juga menyebabkan berkurangnya kemampuan otot di penis, sehingga hasilnya tidak cukup banyak darah yang mengalir ke penis untuk terjadi ereksi.
Meskipun tekanan darah tinggi sendiri dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi, tetapi ada juga beberapa jenis obat hipertensi yang dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi.
Pada penderita hipertensi yang mengalami masalah disfungsi ereksi, selain harus menormalkan dahulu tekanan darahnya untuk menangani keluhan disfungsi ereksinya, juga harus dilihat jenis obat hipertensi yang di konsumsi.
Obat hipertensi yang dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi adalah obat hipertensi golongan diuretik dan beta blocker.
Apabila obat hipertensi yang dikonsumsi menyebabkan terjadinya masalah disfungsi ereksi, maka sebaiknya:
Untuk itu sebaiknya beralihlah ke gaya hidup yang lebih sehat, supaya kesehatan tetap terjaga dan kondisi tubuh pun semakin prima.
Sebelumnya kita akan membahas sedikit mengenai terjadinya ereksi. Di dalam penis terdapat 2 buah jaringan berongga yang disebut dengan corpus cavernosum yang berperan dalam hal terjadinya ereksi. Corpus cavernosum terdiri dari pembuluh darah arteri dan vena, serta jaringan otot dan rongga kosong. Di bawah corpus cavernosum terdapat jaringan corpus spongiosum, yang didalamnya terdapat saluran urethra yang mengalirkan air seni dan air mani.
Pada saat mengalami ereksi, syaraf di otak mengirim sinyal ke syaraf di penis yang menyebabkan otot di corpus cavernosum menjadi rileks dan pembuluh arteri melebar, ini menyebabkan darah dapat mengalir ke rongga kosong tersebut.
Adanya aliran darah pada pembuluh arteri menyebabkan jaringan yang membungkus rongga menekan pembuluh vena yang biasanya mengalirkan kembali darah dari penis. Akibatnya darah menjadi terperangkap di dalam penis, sehingga penis menjadi tegang dan terjadilah ereksi. Ketika sensasi ereksi telah selesai, maka otot akan berkontraksi kembali, sehingga pembuluh vena terbebas dan mengalirkan darah keluar dari penis sehingga penis kembali ke ukuran normalnya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah adanya penyakit tertentu seperti penyakit darah tinggi atau hipertensi.
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu penyebab utama terjadinya masalah ereksi. Sebuah jurnal ilmiah yaitu the Journal of the American Geriatrics Society menyebutkan bahwa sekitar 49 % pria yang berusia 40-79 tahun yang mempunyai penyakit tekanan darah tinggi juga mengalami masalah disfungsi ereksi.
Sebuah penelitian lain yang telah di publikasikan pada the Journal of Urology tahun 2000 silam menemukan bahwa, pria yang mempunyai penyakit tekanan darah tinggi, 68% diantaranya memiliki masalah disfungsi ereksi dengan tingkat yang berbeda dan sekitar 45% diantaranya mengalami masalah disfungsi ereksi yang cukup berat.
Tekanan darah yang tinggi menyebabkan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke penis terus melebar dan juga menyebabkan berkurangnya kemampuan otot di penis, sehingga hasilnya tidak cukup banyak darah yang mengalir ke penis untuk terjadi ereksi.
Meskipun tekanan darah tinggi sendiri dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi, tetapi ada juga beberapa jenis obat hipertensi yang dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi.
Pada penderita hipertensi yang mengalami masalah disfungsi ereksi, selain harus menormalkan dahulu tekanan darahnya untuk menangani keluhan disfungsi ereksinya, juga harus dilihat jenis obat hipertensi yang di konsumsi.
Obat hipertensi yang dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi adalah obat hipertensi golongan diuretik dan beta blocker.
- Obat hipertensi golongan diuretik
Obat hipertensi golongan diuretik merupakan obat pertama pilihan dokter untuk menurunkan tekanan darah tinggi apabila tekanan darah tinggi tidak dapat diturunkan hanya dengan olahraga ataupun pengaturan pola makan saja.
Obat hipertensi golongan diuretik dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi karena dapat menurunkan aliran darah termasuk ke penis. Obat hipertensi golongan ini juga dapat menyebabkan penurunan jumlah zinc dalam tubuh, sedangkan zinc diperlukan tubuh untuk pembentukan hormon testosteron (hormon pria yang berperan dalam peningkatan gairah seksual).
Jika Anda mengkonsumsi obat hipertensi golongan diuretik, sebaiknya teruskan pengobatan sampai tekanan darah terkontrol. Jika mengalami masalah disfungsi ereksi atau tekanan darah kembali tinggi, dapat berkonsultasi dengan dokter, sehingga dokter dapat merubah jenis obat yang diberikan. Kombinasi obat hipertensi juga dapat diberikan, sehingga tekanan darah dapat lebih terkontrol dan mengurangi resiko terjadinya disfungsi ereksi.
Contoh obat hipertensi golongan diuretik: hydrochlorothiazide, spironolactone, furosemide. - Obat hipertensi golongan beta blocker
Obat hipertensi golongan beta blocker mengurangi impuls syaraf yang dapat menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi. Obat golongan ini juga dapat menyebabkan pembuluh arteri susah untuk melebar supaya darah dapat masuk.
Apabila anda mengkonsumsi obat hipertensi golongan beta blocker dan mengalami masalah disfungsi ereksi, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat.
Contoh obat hipertensi golongan beta blocker: acebutolol, atenolol, alprenolol.
Apabila obat hipertensi yang dikonsumsi menyebabkan terjadinya masalah disfungsi ereksi, maka sebaiknya:
- Beritahukan dokter jika Anda pikir obat tersebut menyebabkan terjadinya masalah disfungsi ereksi.
- Bila memang ternyata penyebabnya adalah obat yang dikonsumsi bukan karena tekanan darah yang tinggi, maka mengganti jenis obat hipertensi dapat menyelesaikan masalah tersebut. Akan tetapi tidak disarankan untuk menghentikan sendiri obat hipertensi yang sedang dikonsumsi tanpa petunjuk dokter karena dapat beresiko untuk menaikkan tekanan darah.
Untuk itu sebaiknya beralihlah ke gaya hidup yang lebih sehat, supaya kesehatan tetap terjaga dan kondisi tubuh pun semakin prima.