Sebagian menyebut fenomena ini dengan sebutan ditindih hantu, ditindih jin atau "rep-repan". Pada saat mengalami ini, biasanya kita akan sulit sekali bergerak dan kemudian ada sedikit (atau mungkin banyak) rasa dingin yang menjalar dari ujung kaki ke seluruh tubuh. Biasanya juga disertai dengan perasaan halusinasi seperti munculnya bayangan kegelapan.
Halusinasi Seolah-Olah Adanya Bayangan yang Menindih
Sumber: https://afriqtalk.files.wordpress.com
Untuk bisa bangun, satu-satunya cara adalah dengan menggerakkan ujung kaki, ujung tangan, atau kepala sekuat-kuatnya hingga seluruh tubuh bisa digerakkan kembali. Hal inilah yang diasumsikan sebagai "ketindihan" makhluk halus/jin oleh sebagian besar orang.
Menurut Pandangan Dunia Medis
Dalam pandangan dunia medis, sleep paralysis adalah hal yang masih normal. Sleep paralysis terjadi jika kinerja otak tidak terhubungan dengan otot. Jadi terdapat pemisah antara aktivitas otak dengan otot, sehingga otak tidak bisa memberikan atau menyalurkan sinyal kepada otot. Akibatnya adalah, orang tersebut seakan-akan merasa lumpuh. Orang tersebut sadar, mendengar, melihat atau mencium segala apa yang ada disekitarnya, karena memang alat inderanya berfungsi, tetapi untuk merespon atau memberikan perintah keotot terasa ada penghalang, sehingga secara fisik orang tersebut tidak bisa bergerak.
Penyebab
- Kebutuhan tidur harian kurang,
- Perubahan pola tidur, Lingkungan kerja pun ikut mempengaruhi. Misalnya, berkerja dengan shift, sehingga kekurangan tidur atau memiliki pola tidur yang tidak teratur.
- Kondisi mental dalam tekanan/stress, sleep paralysis juga bisa disebabkan sesuatu yang tidak dapat dikontrol seperti tekanan mental, Akibatnya muncul stress dan terbawa ke dalam mimpi.
- Tidur dalam posisi supinasi (terlentang), sleep paralysis umumnya terjadi pada orang yang tidur dalam posisi terlentang (wajah menghadap keatas dan dalam keadaan hampir nyenyak atau hampir terjaga dari tidur).
- Kelelahan fisik (Robinson, 2014), Saat kondisi tubuh terlalu lelah atau kurang tidur, gelombang otak tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya.
- Genetik, Dalam sebuah penelitian, gangguan yang muncul ketika tidur disebabkan karena ada peran genetik (Sehgal dan Mignot, 2011). Artinya ketika ada seorang yang pernah mengalami gangguan tidur seperti sleep paralysis maka berdasarkan penelitian diatas orang tuanya atau kakeknya ke atas juga pernah mengalami hal yang serupa.
Sumber: http://jr-ceritakita.blogspot.com
Menurut Penelitian
Menurut Al Cheyne, peneliti dari Universitas Waterloo, Kanada, sleep paralysis, adalah sejenis halusinasi karena adanya malfungsi tidur di tahap rapid eye movement (REM). Sebagai pengetahuan, berdasarkan gelombang otak, tidur terbagi dalam 4 tahapan.
Tahap itu adalah:
- Tahapan tidur yang paling ringan (masih setengah sadar).
- Tahap tidur yang lebih dalam.
- Tidur paling dalam dan
- Tahap REM (Pada tahap inilah mimpi terjadi).
Saat kondisi tubuh terlalu lelah atau kurang tidur, gelombang otak tidak mengikuti tahapan tidur yang seharusnya. Jadi, dari keadaan sadar (saat hendak tidur) ke tahap tidur paling ringan, lalu langsung melompat ke mimpi (REM). Oleh sebab itu ketika otak mendadak terbangun dari tahap REM tapi tubuh belum, di sinilah sleep paralysis terjadi. Kita merasa sangat sadar, tetapi tubuh tak bisa bergerak. Ditambah lagi adanya halusinasi muncul sosok lain yang sebenarnya ini merupakan ciri khas dari mimpi. Selain itu, sleep paralysis juga bisa disebabkan sesuatu yang tidak dapat dikontrol. Akibatnya, muncul stres dan terbawa ke dalam mimpi.
Meskipun sleep paralysis sudah umum terjadi, gangguan tidur ini patut diwaspadai. Pasalnya, sleep paralysis bisa juga merupakan pertanda narcolepsy atau serangan tidur mendadak tanpa tanda-tanda mengantuk, sleep apnea (mendengkur), kecemasan, atau depresi. Kurang tidur pun tidak boleh dianggap remeh. Jika sudah menimbulkan sleep paralysis, kondisinya berarti sudah berat. Segera evaluasi diri dan cukupi kebutuhan tidur. Usahakan tidur 8-10 jam pada jam yang sama setiap malam.
Tidak ada terapi khusus untuk mengatasi kebiasaan sleep paralysis, cukup penuhi kebutuhan tidur dan jaga kesehatan mental/jiwa.
Berikut ini tabel Kebutuhan istirahat/tidur berdasarkan usia:
Kebutuhan Istirahat/Tidur yang Dianjurkan
http://image.slidesharecdn.com
Referensi :
- Cheyne, J.; Rueffer, S.; Newby-Clark, I. (1999). "Hypnagogic and Hypnopompic Hallucinations during Sleep Paralysis: Neurological and Cultural Construction of the Night-Mare". Consciousness and Cognition. http://www.researchgate.net/profile/James_Cheyne/publication
- Dugdale,D.C.,(2013). Isolated Sleep Paralysis.http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0001804/
- Johnson,K.,(2012). Sleep Paralysis.http://www.webmd.com/sleep-disorders/guide/sleep-paralysis
- Sehgal, A. Mignot, E. (2011). "Genetics of Sleep and Sleep Disorders". http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21784243 (Diakses 18 November 2014)
- Robinson,J. (2014). Sleep Paralysis. http://www.webmd.com/sleep-disorders/guide/sleep-paralysis (Diakses 18 November 2014)