Sumber gambar: www.ox.ac.uk/news/2014-05-23-many-mental-illnesses-reduce-life-expectancy-more-heavy-smoking
Apa itu Kesehatan Mental?
Kesehatan mental mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial. Kesehatan mental mempengaruhi bagaimana kita berpikir, merasa dan bertindak. Kesehatan mental juga membantu menentukan bagaimana kita menangani stress, berhubungan dengan orang lain, dan membuat pilihan. Kesehatan mental berperan penting pada setiap tahapan kehidupan, dari masa kanak-kanak dan remaja hingga dewasa.
Tanda-tanda Awal
Sumber gambar: www.liveyourlifept.com/blog/2015/06/01/mental-health-awareness/
Tanda-tanda awal adanya masalah kesehatan mental adalah mengalami satu atau beberapa perasaan atau perilaku berikut ini:
- Makan atau tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
- Menarik diri dari orang lain dan kegiatan yang biasanya dilakukan
- Tidak memiliki energi
- Seperti ‘mati rasa’ atau merasa tidak ada lagi hal yang penting
- Merasa nyeri atau sakit yang tidak dapat dijelaskan
- Merasa tidak berdaya atau tidak ada harapan
- Merokok, minum minuman keras, atau menggunakan obat lebih dari biasanya
- Merasa bingung, mudah lupa, mudah marah, marah, kecewa, khawatir atau takut
- Berteriak atau bertengkar dengan keluarga dan teman
- Mengalami perubahan mood berat yang mengganggu hubungan dengan orang lain
- Memiliki pikiran dan ingatan yang menetap yang tidak bisa hilang
- Mendengar suara-suara atau meyakini sesuatu yang tidak benar
- Berpikir untuk melukai diri sendiri atau orang lain
- Tidak mampu melakukan tugas sehari-hari misalnya mengurus anak atau pergi ke tempat kerja atau ke sekolah
Ketidaktahuan dan meyakini mitos mengenai kesehatan mental dapat membuat orang yang menderita masalah kesehatan mental tidak mendapatkan penanganan yang tepat, dan terkadang dikucilkan. Berikut ini beberapa mitos dan fakta sebenarnya mengenai kesehatan mental:
1. Mitos: Penderita masalah kesehatan mental berperilaku kasar dan tidak dapat diprediksi
Fakta: Mayoritas penderita masalah kesehatan mental tidak lebih kasar dibandingkan dengan orang lain. Hanya 3%–5% kekerasan yang dikaitkan dengan seseorang yang menderita masalah kesehatan mental. Faktanya, orang dengan penyakit mental berat justru 10 kali lebih mungkin menjadi korban kekerasan dibandingkan dengan populasi umum. Anda mungkin mengenal seseorang yang mengalami masalah mental dan tidak menyadarinya karena banyak penderita masalah mental merupakan bagian dari masyarakat yang sangat aktif dan produktif.
2. Mitos: Penderita masalah kesehatan mental, dan orang yang menjalani pengobatan masalah kesehatan mental tidak dapat mentoleransi tekanan pekerjaan.
Fakta: Penderita masalah kesehatan mental sama produktifnya dengan karyawan lain.
3. Mitos: Kepribadian yang lemah atau kekurangan pada karakter menyebabkan masalah kesehatan mental. Penderita masalah kesehatan mental dapat menghentikan penyakit ini bila berusaha lebih keras.
Fakta: Masalah kesehatan mental tidak berkaitan dengan kelemahan atau kemalasan, dan banyak orang memerlukan bantuan untuk sembuh.
Sumber gambar: www.mentalhealthamerica.net/b4stage4-get-informed
Banyak faktor yang berperan pada masalah kesehatan mental, termasuk:
- Faktor-faktor biologis, misalnya gen atau kimiawi otak
- Pengalaman hidup, misalnya trauma atau penganiayaan
- Riwayat keluarga mengalami masalah kesehatan mental
4. Mitos: Tidak ada harapan bagi penderita masalah kesehatan mental. Sekali mengalami masalah kesehatan mental, penderita tidak akan pernah sembuh.
Fakta: Penelitian menunjukkan bahwa penderita masalah kesehatan mental dapat membaik dan banyak yang sembuh. Kesembuhan mengacu pada proses di mana seseorang dapat hidup, bekerja, belajar, dan berpartisipasi sepenuhnya dalam komunitas. Ada banyak jenis penanganan, layanan, dan sistem pendukung di masyarakat dibandingkan dengan sebelumnya, dan berhasil.
5. Mitos: Terapi dan self-help hanya membuang-buang waktu.
Fakta: Penanganan untuk masalah kesehatan mental bervariasi bergantung pada masing-masing individu dan dapat mencakup obat-obatan, terapi, atau keduanya. Banyak pasien menggunakan sistem pendukung selama proses penyembuhan.
6. Mitos: Saya tidak dapat melakukan apa-apa untuk seseorang yang mengalami masalah kesehatan mental.
Fakta: Teman dan keluarga dapat membuat perbedaan besar. Hanya 44% orang dewasa dan kurang dari 20% anak dan remaja yang terdiagnosis masalah kesehatan mental yang mendapatkan penanganan yang diperlukan. Teman dan keluarga dapat berperan penting bagi penderita masalah kesehatan mental untuk membantu mendapatkan penanganan dan pelayanan yang diperlukan dengan cara:
- Merangkul dan memberitahu mereka bahwa Anda ada untuk membantu
- Membantu mereka mengakses layanan kesehatan mental
- Belajar dan berbagi fakta mengenai kesehatan mental, terutama bila Anda mengetahui ada yang tidak benar
- Memperlakukan mereka dengan hormat, seperti dengan orang lain
- Tidak mendefinisikan mereka dengan diagnosis atau menyebut mereka “gila”
7. Mitos: Pencegahan tidak bermanfaat. Penyakit mental tidak dapat dicegah.
Fakta: Pencegahan gangguan mental, emosional dan perilaku difokuskan pada mengenali faktor risiko seperti trauma yang dapat mempengaruhi kemungkinan anak, remaja dan dewasa muda mengalami masalah kesehatan mental. Meningkatkan kesejahteraan sosial-emosional anak dan remaja dapat menghasilkan:
- Produktivitas secara menyeluruh yang lebih tinggi
- Hasil edukasi yang lebih baik
- Angka kriminalitas yang lebih rendah
- Ekonomi yang lebih kuat
- Biaya layanan kesehatan yang lebih rendah
- Kualitas hidup yang lebih baik
- Meningkatnya usia harapan hidup
- Kehidupan keluarga yang lebih baik
8. Mitos: Anak tidak mengalami masalah kesehatan mental.
Fakta: Anak yang masih kecil dapat menunjukkan tanda-tanda awal dari masalah kesehatan mental. Masalah kesehatan mental ini seringkali secara klinis dapat didiagnosis, dan dapat terjadi karena interaksi faktor biologis, psikologis dan sosial.
Sumber gambar: www.canadahelps.org/en/giving-life/connecting-with-charities/myth-busting-5-myths-about-youth-mental-health-and-addiction/
Setengah dari gangguan kesehatan mental menunjukkan tanda awal sebelum seseorang berusia 14 tahun, dan tiga per empat gangguan kesehatan mental dimulai sebelum usia 24 tahun. Sayangnya, kurang dari 20% anak dan remaja dengan masalah kesehatan mental yang dapat didiagno