Apa itu Usus Buntu?
Usus buntu adalah sebuah kantung berbentuk seperti jari yang terdapat di usus besar sebelah kanan bawah, dalam istilah medis disebut dengan appendix.
(Sumber gambar: www.britannica.com)
Appendix yang meradang disebut dengan appendicitis.
Meskipun dapat dialami oleh semua orang, radang usus buntu paling banyak dialami oleh orang berusia 10 hingga 30 tahun.
Penyebab Penyakit Radang Usus Buntu
Appendicitis terjadi ketika appendix mengalami sumbatan. Seringkali sumbatan terjadi karena tinja atau benda asing, atau karena kanker.
Sumbatan juga terjadi karena infeksi, karena appendix dapat membengkak sebagai respons terhadap berbagai infeksi di tubuh.
Bila tidak ditangani dengan baik, appendix dapat pecah.
Apa Gejala dari Radang Usus Buntu
Gejala khas dari radang usus buntu yaitu:
- Nyeri tiba-tiba di sisi kanan bawah perut
- Nyeri tiba-tiba di sekitar pusar lalu menjalar ke perut kanan bawah. Gejala nyeri ini biasanya muncul sebagai tanda awal.
- Hilang nafsu makan
- Mual dan muntah setelah muncul nyeri perut
- Nyeri bertambah ketika batuk, berjalan atau melakukan gerakan ‘jarring’
- Demam ringan (37,2–38,8° Celcius) yang dapat meningkat seiring dengan perburukan penyakit
- Kembung
Meskipun gejala nyeri khas adalah di perut kanan bawah, lokasi nyeri juga bisa bervariasi.
Misalnya pada ibu hamil, nyeri dapat dirasakan di bagian perut atas karena posisi usus buntu lebih tinggi saat hamil.
Bila Anda memiliki gejala seperti di atas, segera konsultasikan dengan dokter.
Bagaimana Dokter Mendiagnosis Radang Usus Buntu?
Mendiagnosis radang usus buntu terkadang sulit dilakukan, karena gejalanya mirip dengan berbagai penyakit lain seperti misalnya batu kandung kemih, infeksi kandung kemih atau saluran kencing, penyakit Crohn, gastritis, batu ginjal, penyakit usus dan ovarium.
Dokter biasanya akan menanyakan tanda dan gejala dan melakukan pemeriksaan abdomen (perut).
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu mendiagnosis misalnya:
- Pemeriksaan fisik. Dokter akan menekan area yang nyeri lalu dilepaskan dengan perlahan. Bila ada peradangan usus buntu, maka ketika tekanan dilepaskan maka nyeri akan terasa lebih hebat.
- Pemeriksaan darah. Apabila ada infeksi, pada pemeriksaan darah, sel darah putih akan meningkat.
- Tes urin. Pemeriksaan urin dilakukan untuk memastikan tidak ada infeksi saluran kencing atau batu ginjal yang menyebabkan nyeri.
- Pemeriksaan pencitraan. Dokter mungkin meminta pemeriksaan pencitraan seperti sinar-X, ultrasonografi abdomen (perut), CT scan atau MRI untuk memastikan diagnosis radang usus buntu.
Penanganan Radang Usus Buntu
Radang usus buntu atau appendicitis biasanya ditangani segera karena bisa berakibat fatal bila dibiarkan.
Usus buntu yang meradang bisa pecah dan infeksi dapat menyebar ke rongga perut.
- Pembedahan (appendectomy)
Ada dua jenis pembedahan pada radang usus buntu, pembedahan terbuka dan pembedahan dengan laparoskopi.
Pada pembedahan terbuka, irisan di kulit perut lebih lebar dibandingkan dengan pembedahan laparoskopi.
Pembedahan laparoskopi hanya menggunakan irisan kecil, dan dokter bedah menggunakan alat bedah khusus untuk memotong usus buntu.
Pembedahan dengan laparoskopi memungkinkan pasien sembuh lebih cepat, bekas luka jahitan lebih kecil dan nyeri yang dirasakan lebih ringan.
Laparoskopi lebih baik untuk orang tua dan orang dengan obesitas.
(Sumber gambar: www.sages.org)
Pembedahan laparoskopi tidak dapat dilakukan pada semua orang.
Bila usus buntu telah pecah dan infeksi telah menyebar, atau terdapat abses (kantung yang berisi nanah), pasien perlu menjalani prosedur pembedahan terbuka agar dokter dapat membersihkan rongga perut dengan menyeluruh.
- Mengeluarkan abses sebelum pembedahan usus buntu
Bila usus buntu telah pecah dan terbentuk abses di sekitarnya, abses harus dikeluarkan terlebih dahulu dengan memasang selang melalui kulit.
Pembedahan usus buntu dapat dilakukan beberapa minggu kemudian setelah infeksi terkontrol.
Apa yng Harus Diperhatikan setelah Pembedahan Usus Buntu?
Setelah pembedahan usus buntu, segera konsultasikan dengan dokter bila Anda mengalami:
- Muntah-muntah
- Nyeri perut hebat
- Merasa pusing atau ingin pingsan
- Adanya darah di air seni atau muntahan
- Bekas luka bertambah nyeri dan merah
- Demam
- Terdapat nanah di luka
Komplikasi Radang Usus Buntu
Seperti yang telah disebutkan di atas, usus buntu yang meradang bila dibiarkan dapat pecah.
Usus buntu yang pecah dapat menyebarkan bakteri ke rongga perut yang disebut dengan peritonitis.
Peritonitis dapat membahayakan nyawa dan perlu penanganan yang cepat dan tepat.
Terkadang abses dapat terbentuk di bagian luar usus buntu yang meradang.
Jaringan parut membentuk pembatas antara usus buntu dengan organ-organ lain sehingga mencegah infeksi menyebar.
Akan tetapi abses pada usus buntu dapat pecah dan menyebabkan peritonitis.
Bisakah Radang Usus Buntu Dicegah?
Tidak ada cara yang dapat dilakukan untuk mencegah radang usus buntu.
Akan tetapi radang usus buntu jarang terjadi pada orang yang mengkonsumsi serat tinggi.
Referensi:
- https://www.cedars-sinai.org/blog/not-just-stomach-ache-identifying-appendicitis.html (Gambar Cover)
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/appendicitis/symptoms-causes/syc-20369543
- https://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-appendicitis#1