Bekti-Medicastore.com
24-03-2016

Epilepsi Bukan Pembatas Potensi Diri

Orang Dengan Epilepsi (ODE) dapat menjalani hidup yang sehat dan produktif apabila mereka mendapat dukungan dalam mengelola epilepsi mereka, baik itu melalui pengobatan maupun dukungan moral, yakni melalui dukungan dari keluarga dan orang-orang yang dicintai. Apabila epilepsi dikelola dengan baik melalui pengobatan secara teratur, orang dengan epilepsi dapat mencapai kualitas hidup yang baik serta dapat mengenali potensi diri dan mencapai cita-cita yang diinginkan . Hal tersebut  dipaparkan dalam acara seminar media tentang epilepsi yang berlangsung pada hari Rabu, 23 Maret 2016 kemarin di Jakarta.

sumber : huffingtonpost.ca

 

Dr. Irawaty Hawari, SpS, Ketua Yayasan Epilepsi Indonesia atau YEI mengatakan, “Epilepsi adalah salah satu penyakit neurologi menahun yang dapat terjadi pada semua orang tanpa batasan usia, jenis  kelamin, ras, maupun status sosial-ekonomi. Pada suatu serangan epilepsi, terjadi aktifitas/cetusan listrik abnormal di otak, dengan bentuk manifestasi berupa serangan-serangan kejang atau bentuk lain seperti perubahan tingkah laku, perubahan kesadaran dan perubahan-perubahan lain yang hilang timbul, baik yang terasa atau terlihat. Gangguan listrik di otak tersebut dapat disebabkan antara lain oleh kerusakan jaringan misalnya tumor otak, cedera kepala, atau akibat gejala sisa dari suatu penyakit seperti infeksi otak (meningitis, encephalitis), gangguan pembuluh darah otak (stroke), cacat lahir, kelainan genetika, serta sekitar 30% tidak diketahui penyebabnya. Bagi ODE hambatan yang ditakutkan adalah bila terjadi bangkitan epilepsi mendadak dan berisiko menimbulkan cedera fisik. Pihak keluarga harus memperhatikan hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya bangkitan misalnya dengan meminum obat teratur, tidur atau istirahat yang cukup, makan teratur, hindari kelelahan/aktifitas yang berlebihan, hindari stress psikologis. Untuk jenis epilepsi tertentu, hindari menonton televisi atau berada di depan komputer yang menyala dalam waktu lama”.

Pada kesempatan yang sama, Aska Primardi, Praktisi psikologi, Peneliti perilaku konsumen mengatakan, “Ada beberapa faktor penghambat ODE dalam mengembangkan potensi dirinya. Pertama adalah faktor medis, semakin sering terkena serangan dapat mengakibatkan semakin besar penurunan kemampuan otak dalam berpikir dan mengingat. Hal ini dapat mengakibatkan ODE kesulitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari, ataupun menemukan dan mengembangkan potensi dirinya. Kedua adalah faktor psikologis, berhubungan dengan kecemasan, penurunan harga diri, penurunan kepercayaan diri, depresi, sampai perilaku bunuh diri. Jika pikiran ODE sudah terfokus hanya pada masalah-masalah pribadi yang berujung pada gangguan psikologis, maka ODE tidak akan sempat lagi mengenali potensi/bakat dalam dirinya dan juga beraktivitas untuk mengembangkan potensi dirinya. Ketiga adalah faktor sosial, adanya Stigma/persepsi negatif tentang epilepsi yang membuat masyarakat umum takut atau tidak mau bergaul dengan ODE. Pada akhirnya ODE pun tidak dapat mengembangkan potensi dirinya karena minimnya dukungan dari lingkungan sekitar.”

“Ada 3 bentuk dukungan keluarga yang dapat diberikan kepada ODE. Pertama, dukungan instrumental yaitu dukungan yang diberikan dalam wujud nyata untuk menolong ODE secara langsung. Keluarga rutin membantu penyediaan obat anti epilepsi, memberikan bantuan dalam bentuk barang ataupun finansial untuk pelatihan dan pengembangan potensi diri ODE. Kedua, dukungan informasi yang diharapkan dapat membantu individu untuk memahami hal-hal yang memunculkan stres, mencari tahu sumbernya, dan memahami bagaimana strategi coping yang tepat. Informasi yang diberikan berupa nasehat, saran, petunjuk, dan umpan balik. Ketiga, dukungan emosional yang berasal dari teman dan keluarga dengan cara meyakinkan individu bahwa ia adalah individu yang pantas menerima perhatian, cinta, maupun simpati. Dengan demikian, individu akan merasa diperhatikan oleh orang lain,” lanjutnya.

Sementara itu ODE yang juga hadir dalam Seminar Media hari ini, Azharianto Latief Baroto, SE, MM mengemukakan, “Epilepsi bukanlah hambatan bagi ODE. Dengan menghilangkan rasa takut, rasa malu, rasa tidak mampu, rasa terbelakang, dengan cara tetap menerima, sabar, dan tetap rutin mengkonsumsi obat epilepsi, saya bisa menyelesaikan S2 di bidang Ekonomi Manajement dan saat ini saya bekerja di Badan Kebijakan Fiskal – Kementerian Keuangan sebagai Kepala Sub Bidang Informasi dan Pustaka. ODE harus Memiliki keyakinan yang kuat dalam hati dan percaya diri bahwa “aku bisa”. ODE harus tetap melatih kemampuan yang dimiliki dimanapun berada untuk menghilangkan rasa malu dan berani maju terus untuk mencapai kesuksesan”.