Makanan dan Kanker
BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Banyak penelitian telah mencoba untuk menentukan apakah mengkonsumsi makanan tertentu dapat meningkatkan atau menurunkan risiko seseorang untuk terkena kanker. Tetapi, penelitian yang berbeda terkadang memberi hasil yang berlawanan, sehingga sulit untuk mengetahui apa pengaruh makanan atau supplemen tertentu terhadap risiko kanker.
Beberapa makanan dan supplemen telah menjalani penelitian yang lebih banyak dibanding yang lainnya, untuk itu American Cancer Society mencoba untuk merangkumnya:
- Antioksidan, seperti Vitamin C, Vitamin E, dan beta karoten (Vitamin A), merupakan bagian dari makanan yang seimbang. Namun, belum diketahui apakah dengan mengkonsumsi supplemen yang mengandung antioksidan ini dapat menurunkan risiko terjadinya kanker. Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa pemakaian supplemen beta karoten dalam dosis tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker tertentu.
- Makanan yang telah dimodifikasi secara genetik (Bioengineered Foods). Gen-gen dari tumbuhan atau mikroorganisme tertentu ditambahkan ke gen dari beberapa tumbuhan untuk menjadikannya lebih baik, misalnya menjadi lebih tahan terhadap hama. Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa makanan yang telah mengalami rekayasa genetik memiliki pengaruh terhadap risiko terjadinya kanker.
- Kalsium. Asupan Calcium dalam jumlah besar, terutama melalui supplemen kalsium, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat.
- Kopi. Meskipun beberapa penelitian terdahulu tampaknya menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi kopi dengan risiko terjadinya kanker, namun penelitian terbaru tidak menunjukkan adanya hubungan.
- Lemak jenuh. Mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak jenuh dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker. Namun, yang lebih penting adalah makanan yang tinggi lemak jenuh juga mengandung banyak kalori sehingga dapat berkontribusi untuk terjadinya obesitas, yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker.
- Serat. Ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa pola makan yang tinggi serat menurunkan risiko terjadinya kanker.
- Ikan dan asam lemak omega-3. Beberapa penelitian pada hewan menunjukkan bahwa asam lemak omega-3 dapat memperlambat bertumbuhan kanker, tetapi hasil yang sama belum didapat dari manusia.
- Fluoride. Beberapa penelitian tidak menunjukkan adanya peningkatan risiko terjadinya kanker pada orang-orang yang minum air yang terfluoridasi, menggunakan pasta gigi berfluoride, atau mendapatkan terapi fluoridasi gigi.
- Folat. Konsumsi folat setiap hari dapat menurunkan risiko terjadinya kanker usus besar.
- Bahan Tambahan Pangan (Food Additives). Bahan tambahan pangan harus lebih dulu disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebelum digunakan pada makanan. Untuk itu dilakukan serangkaian pemeriksaan terhadap setiap bahan tambahan pangan yang baru. Sejauh ini, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa kadar bahan tambahan pangan yang terdapat di dalam produk-produk makanan meningkatkan risiko terjadinya kanker.
- Bawang putih. Sejauh ini belum diketahui apakah bawang putih efektif untuk menurunkan risiko terjadinya kanker.
- Likopen (Lycopene). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa likopen, yang banyak terdapat pada tomat, dapat mengurangi risiko terjadinya berbagai kanker.
Sumber gambar: www.sciencedirect.com
- Iradiasi makanan. Radiasi, yang kadang digunakan untuk membunuh mikroorganisme dalam makanan, tampaknya tidak meningkatkan risiko terjadinya kanker.
- Daging olahan. Orang-orang yang mengkonsumsi daging olahan dalam jumlah besar dapat berisiko untuk terjadinya kanker lambung. Beberapa penelitian menghubungkan temuan ini dengan adanya nitrat pada daging-daging olahan, seperti ham dan sosis. Tetapi keterkaitan ini tidak terbukti. Mengkonsumsi daging yang diolah dengan diasinkan atau diasap dapat meningkatkan paparan terhadap bahan-bahan yang menyebabkan kanker.
- Daging yang dimasak pada suhu tinggi. Memasak daging pada suhu tinggi, misalnya dengan dibakar atau dipanggang, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker.
- Makanan organik. Belum diketahui apakah mengkonsumsi makanan yang ditumbuhkan dengan cara organik dapat mengurangi risiko terjadinya kanker.
- Pestisida. Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa residu pestisida yang ditemukan dalam jumlah kecil pada makanan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker.
- Sakarin. Sakarin (pemanis buatan) tidak menyebabkan terjadinya kanker pada manusia.
- Garam. Pola makan yang banyak mengandung makanan yang diawetkan dengan cara diasamkan atau diasinkan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker lambung dan tenggorokan. Namun tidak ada penelitian yang menemukan adanya risiko yang serupa untuk makanan dengan tambahan garam dalam jumlah kecil atau sedang.
- Selenium. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Selenium memberi perlindungan terhadap beberapa jenis kanker.
- Kacang kedelai. Belum ada penelitian yang menunjukkan bahwa mengkonsumsi kacang kedelai dapat mengurangi risiko terjadinya kanker.
- Teh. Teh tidak terbukti dapat mengurangi risiko terjadinya kanker.
- Vitamin D. Vitamin D dapat bermanfaat dalam menurunkan risiko terjadinya kanker prostat.
Informasi Produk Terkait Makanan dan Kanker
Referensi
Referensi:
- C, Bruce A. T, Elisabeth C. Diet and Cancer. Merck Manual. 2007.
Diperbarui 13 September 2023