Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Gastroenteritis Pada Anak

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Gastroenteritis Pada Anak

Gastroenteritis Pada Anak

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Gastroenteritis adalah peradangan pada saluran pencernaan yang menimbulkan muntah, diare, atau keduanya dan kadangkala disertai dengan demam atau nyeri pada perut.

Gastroenteritis merupakan penyebab gangguan pencernaan paling sering pada anak-anak. Gastroenteritis berat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit karena hilangnya cairan tubuh melalui muntah dan diare.

Gastroenteritis paling sering terjadi di negara-negara berkembang yaitu pada anak-anak yang berusia dibawah 5 tahun.


Penyebab Gastroenteritis pada anak

Penyebab Gastroenteritis

Virus (misalnya rotavirus) merupakan penyebab paling sering terjadinya gastroenteritis di Amerika. Anak-anak biasanya tertular gastroenteritis virus dari anak lain yang terkena atau terpapar pada penyakit tersebut, misalnya di tempat penitipan anak atau sekolah. Gastroenteritis virus umumnya menyebar dari tangan ke mulut, tetapi bisa juga menyebar melalui penderita yang bersin atau meludah. Virus dapat menyebar dengan mudah karena anak-anak seringkali memasukkan jari dan tangannya ke dalam atau dekat mulut dan kemudian kembali memegang mainannya atau mainan temannya.

Bakteri (misalnya E. coli, Salmonella, atau Shigella) dan parasit (misalnya Giardia) juga bisa menyebabkan terjadinya gastroenteritis. Anak-anak bisa tertular bakteri gastroenteritis akibat memegang atau memakan makanan yang terkontaminasi, terutama daging atau telur yang mentah atau tidak matang, minum susu yang tidak dipasteurisasi, dan menyentuh hewan yang membawa bakteri tertentu. Misalnya, anak bisa terkena Salmonella akibat menyentuh reptil (kura-kura atau kadal) , burung, atau amfibi (kodok atau salamander). Bakteri bisa tumbuh pada berbagai jenis makanan yang tidak disimpan dengan baik dan tidak dimasukkan ke dalam lemari pendingin.

Jika bakteri Staphylococcus mengkontaminasi makanan, maka bakteri ini bisa menghasilkan toksin yang menyebabkan terjadinya muntah dan diare. Gastroenteritis yang disebabkan oleh makanan yang mengandung mikroorganisme atau toksin bakteri terkadang disebut juga sebagai keracunan makanan. Anak-anak bisa terkena gastroenteritis bakteri atau parasit akibat memakan kerang-kerangan, minum air yang terkontaminasi (misalnya dari sumur, sungai, dan kolam renang), dan saat bepergian ke negara-negara berkembang.

Adakalanya, gastroenteritis terjadi akibat anak memakan sesuatu yang tidak seharusnya mereka makan, misalnya tanaman dan obat-obatan. Pada kasus yang jarang, gastroenteritis terjadi akibat adanya alergi.


Gejala Gastroenteritis pada anak

Gejala Gastroenteritis

Gejala-gejala gastroenteritis biasanya berupa kombinasi muntah, diare, kram perut, demam, dan nafsu makan yang buruk. Biasanya, gejala yang paling jelas pada saat awal penyakit adalah muntah, terutama jika penyebabnya adalah virus. Diare menjadi lebih jelas kemudian, tetapi beberapa anak bisa memiliki kedua gejala tersebut pada waktu bersamaan.

Pada gastroenteritis yang disebabkan oleh virus, gejala utama bisa berupa diare cair. Diare menjadi berdarah jika gastroenteritis disebabkan oleh bakteri tertentu. Gejala-gejala ini pada akhirnya berkurang pada anak-anak yang minum cukup cairan.

Komplikasi yang paling sering terjadi pada gastroenteritis berat adalah dehidrasi, yang disebabkan oleh hilangnya cairan melalui muntah dan diare. Anak-anak yang mengalami dehidrasi ringan merasa haus, tetapi anak-anak yang mengalami dehidrasi berat menjadi lesu, rewel, atau letargis.

Bayi lebih rentan mengalami dehidrasi dibandingkan anak-anak yang lebih besar. Bayi yang mengalami dehidrasi tidak mengeluarkan air mata saat menangis dan menghasilkan air kencing yang lebih sedikit. Namun, cukup sulit untuk menilai jumlah air kencing yang keluar pada popok anak dengan diare cair yang sering. Jumlah air kencing yang berkurang dan adanya rasa haus yang sangat lebih mudah dinilai pada anak-anak yang lebih besar.


Diagnosis Gastroenteritis pada anak

Diagnosis Gastroenteritis

Diagnosa gastroenteritis didasarkan pada gejala-gejala yang ada dan riwayat paparan pada anak. Pemeriksaan penunjang biasanya tidak diperlukan, karena sebagian besar penyakit gastroenteritis hanya berlangsung singkat. Namun, pemeriksaan laboratorium bisa membantu menunjukkan penyebab gastroenteritis dan mengidentifikasi apakah terdapat ketidakseimbangan elektrolit.


Penanganan Gastroenteritis pada anak

Pengobatan Gastroenteritis

Anak-anak yang mengalami gastroenteritis harus dipantau bagaimana status hidrasinya. Bayi yang mengalami dehidrasi harus medapatkan pertolongan medis segera. Tanda-tanda bayi yang mengalami dehidrasi: 

  • Mata cekung
  • Ubun-ubun cekung
  • Tidak keluar air mata saat menangis
  • Mulut kering
  • Air kencing sedikit
  • Kesadaran dan tenaga berkurang

Anak-anak yang mengalami gastroenteritis harus dimotivasi untuk minum cairan yang cukup, meskipun hanya bisa minum sedikit, tetapi harus sering. Bayi harus tetap melanjutkan minum ASI dan juga larutan elektrolit oral. Jangan memberikan minuman seperti jus, soda, minuman berkarbonasi, teh, dan minuman lain yang mengandung kafein pada bayi dan anak-anak yang masih kecil. Minuman ini mengandung gula yang terlalu banyak, yang dapat memperberat diare, dan mengandung garam yang terlalu sedikit (elektrolit), yang dibutuhkan untuk menggantikan elektrolit yang hilang dari tubuh.

Untuk anak-anak yang muntah, minum cairan dalam jumlah kecil, tetapi sering, bisa membantu mencegah dehidrasi. Orang tua harus sering menawarkan anaknya untuk minum. Jika cairan tidak dimuntahkan, maka jumlah cairan yang diberikan bisa ditingkatkan secara perlahan. Cairan diserap dengan sangat cepat, oleh karena itu, jika anak muntah lebih dari 10 menit setelah minum, sebagian besar cairan telah diserap. Jika frekuensi muntah atau diare berkurang, maka orang tua bisa mencoba untuk mengembalikan asupan makan yang normal pada anak keesokan harinya.

Anak-anak yang mengalami diare dan juga muntah harus mendapatkan cairan yang lebih untuk menggantikan cairan yang hilang. Anak boleh diberikan asupan makanan seperti biasa, kecuali jika terjadi diare hebat, maka anak mungkin perlu mengurangi konsumsi makanan yang mengandung laktosa (produk susu), karena gastroenteritis berat bisa menurunkan kemampuan dalam menyerap laktosa, sehingga diare bisa bertambah berat.

Anak-anak yang tidak bisa minum sama sekali atau memiliki tanda-tanda dehidrasi berat (misalnya letargis, mulut kering, air mata berkurang, dan tidak ada produksi air kencing selama 6 jam atau lebih) berada dalam bahaya dan harus segera dibawa ke dokter. Anak-anak yang tidak mengalami tanda-tanda dehidrasi harus tetap dibawa ke dokter jika gejala-gejala tetap ada lebih dari 1 atau 2 hari. Jika terjadi dehidrasi berat, maka anak perlu mendapatkan cairan melalui infus.

Obat-obat anti-diare, seperti loperamid, biasanya tidak dianjurkan untuk anak-anak. Antibiotik tidak berguna jika penyebabnya adalah infeksi virus. Antibiotik hanya diberikan jika gastroenteritis disebabkan oleh infeksi bakteri. Gastroenteritis yang disebabkan oleh infeksi parasit perlu diberikan obat-obat anti-parasit.

Probiotik, misalnya laktobasilus, bisa sedikit mempersingkat masa diare jika diminum segera setelah sakit dimulai. Namun, probiotik mungkin tidak dapat mencegah terjadinya akibat-akibat lain dari gastroenteritis, misalnya kebutuhan untuk rawat inap atau mendapatkan cairan infus.

Dianjurkan untuk pemberian Zinc pada anak dengan dosis > 6 bulan 20 mg , sedangkan < 6 ulan 10 mg selama 14 hari . Zinc berguna dalam memperbaiki fili-fili usus anak pada saat terjadi proses infeksi  .


Informasi Produk Terkait Gastroenteritis Pada Anak


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Pencegahan Gastroenteritis

Beberapa cara pencegahan terjadinya gastroenteritis pada anak adalah :

  • Membiasakan anak untuk mencuci tangan 
  • Menghindari makanan yang tidak disimpan dengan baik. Makanan yang telah disajikan untuk dimakan sebaiknya dihabiskan dalam waktu satu jam.
  • Daerah tempat mengganti popok harus didesinfeksi dengan baik
  • Vaksinasi. Ada vaksin yang berguna untuk mencegah infeksi rotavirus.
  • Memberikan ASI
  • Anak-anak yang mengalami diare harus istirahat di rumah dan tidak pergi ke tempat penitipan anak sampai gejala-gejala hilang. Hal ini bertujuan untuk mencegah penularan ke anak-anak lainnya.
  • Anak didorong untuk minum cukup cairan meskipun hanya sedikit, tetapi sering. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
  • Bayi dan anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah jangan menyentuh reptil, burung, atau amfibi, sehingga tidak terkena bakteri.
  • Jangan berenang di kolam renang atau fasilitas umum lainnya jika sedang diare. Hal ini untuk mencegah penularan pada orang lain.
  • Anak-anak yang menggunakan popok harus sering dilihat dan diganti pada tempat yang tidak berdekatan dengan air, sehingga mencegah kontaminasi dan penularan ke orang lain.
  • Anak-anak harus diajarkan untuk tidak menelan air saat berenang.

Referensi

Referensi :

  • C, William J. Gastroenteritis in Children. Merck Manual Home Health Handbook. 2012. 

Diperbarui 12 September 2023