Artikel

Medicastore

Informasi Penyakit

Refluks Gastroesofageal pada Anak

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024
Refluks Gastroesofageal pada Anak

Refluks Gastroesofageal pada Anak

BEKTI RAHAYU
13 Februari 2024

Refluks gastroesofageal adalah gerakan makanan dan asam lambung yang berbalik menuju esofagus (kerongkongan) dan terkadang menuju mulut.

Hampir semua bayi pernah mengalami refluks gastroesofageal, yang ditandai dengan gumoh, bersendawa, atau meludah. Gumoh biasanya terjadi segera setelah makan dan dianggap sebagai hal yang normal. Refluks gastroesofageal perlu diperhatikan jika:

  • Menganggu pemberian makan dan pertumbuhan anak
  • Menyebabkan kerusakan pada kerongkongan (esophagitis)
  • Menyebabkan kesulitan bernapas (misalnya batuk, sesak, atau berhenti bernapas)
  • Berlanjut melewati masa bayi hingga ke masa kanak-kanak

Penyebab Refluks gastroesofageal pada anak

Penyebab Refluks Gastroesofageal

Bayi yang sehat bisa mengalami refluks karena berbagai sebab. Pada bagian yang menghubungkan esofagus dengan lambung terdapat otot yang melingkar, yaitu sfingter esofagus bagian bawah. Otot ini normalnya menjaga isi lambung agar tidak berbalik masuk ke esofagus. Pada bayi, otot ini mungkin belum berkembang dengan sempurna, atau bisa mengalami relaksasi pada waktu yang tidak tepat, sehingga isi lambung bisa berbalik masuk ke dalam esofagus (refluks).

Bayi yang diposisikan mendatar saat diberi makan atau dibaringkan terlentang setelahnya bisa mengalami refluks karena gaya gravitasi tidak mampu menjaga isi lambung agar tidak berbalik ke esofagus.

Makan makanan yang berlebihan dan minum minuman berkarbonasi bisa menyebabkan terjadinya refluks karena meningkatkan tekanan di dalam lambung. Asap rokok (sebagai perokok pasif) dan kafein pada minuman bisa membuat sfingter esofagus bagian bawah mengalami relaksasi, sehingga lebih mudah terjadi refluks.

Kafein dan nikotin juga menstimulasi produksi asam lambung, sehingga refluks yang terjadi bersifat lebih asam. Alergi atau intoleransi makanan juga bisa berkontribusi untuk terjadinya refluks, tetapi hal ini lebih jarang terjadi.

Berbagai kelainan anatomis, misalnya penyempitan esofagus, sumbatan sebagian pada lambung (stenosis pylorus), atau posisi usus yang abnormal (malrotasi) pada awalnya bisa mirip dengan refluks. Namun, kelainan ini lebih serius dan bisa menyebabkan timbulnya muntah serta gejala-gejala sumbatan, seperti nyeri perut, lemas, dan dehidrasi.


Gejala Refluks gastroesofageal pada anak

Gejala Refluks Gastroesofageal

Gejala-gejala refluks gastroesofageal pada bayi yang paling jelas adalah muntah dan banyak gumoh. Refluks biasanya memberat pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir, puncaknya adalah pada usia sekitar 6-7 bulan, dan kemudian berkurang secara perlahan. Hampir semua bayi yang mengalami refluks membaik pada usia sekitar 18 bulan.

Pada sebagian bayi, refluks menyebabkan berbagai komplikasi dan dikenal sebagai GERD (Gastroesophageal Reflux Disease). Beberapa komplikasi yang bisa terjadi adalah:

  • Adanya rasa tidak enak pada perut yang menyebabkan anak menjadi rewel
  • Masalah dalam memberikan makan, yang bisa mengakibatkan gangguan pertumbuhan
  • Aspirasi, akibat masuknya isi lambung ke dalam saluran napas
  • Asam lambung bisa masuk ke dalam saluran napas dan menyebabkan anak menjadi batuk, sesak nafas, berhenti bernafas, atau mengalami peradangan pada paru.
  • Nyeri telinga, cegukan, suara serak, dan sinusitis juga bisa terjadi
  • Iritasi pada esofagus. Jika terjadi iritasi hebat, maka bisa terjadi perdarahan, yang menyebabkan anemia. Pada beberapa penderita, bisa terbentuk jaringan parut yang berisiko menimbulkan penyempitan pada esofagus.

Rasa terbakar atau panas pada dada (heartburn), yang merupakan gejala yang sering terjadi pada remaja dan orang dewasa dengan GERD, lebih sering disampaikan sebagai nyeri dada atau nyeri perut pada anak-anak yang masih kecil.


Diagnosis Refluks gastroesofageal pada anak

Diagnosis Refluks Gastroesofageal

Pemeriksaan seringkali tidak dibutuhkan untuk mendiagnosis refluks gastroesofageal pada bayi yang mengalami gejala-gejala ringan, misalnya sering gumoh. Namun, jika gejala-gejala lebih berat, maka bisa dilakukan berbagai pemeriksaan, seperti:

  • Pemeriksaan Barium. Anak meminum cairan barium yang akan tampak melapisi saluran cerna saat dilakukan foto sinar-x. Pemeriksaan ini bisa dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai penyebab yang mungkin menimbulkan refluks.
  • Pemeriksaan pH esofagus, yaitu dengan memasukkan selang kecil yang lentur dengan sensor di ujungnya melalui hidung ke dalam esofagus untuk mengukur tingkat keasaman (pH). Jika terdeteksi adanya asam pada esofagus, maka hal ini menandakan adanya refluks.
  • Pemeriksaan pengosongan lambung. Anak meminum minuman yang mengandung sejumlah kecil bahan radioaktif yang tidak berbahaya untuk anak-anak. Kamera khusus kemudian akan mendeteksi radiasi yang dipancarkan oleh bahan tersebut pada tubuh anak. Kamera ini bisa melihat seberapa cepat bahan tersebut meninggalkan lambung dan apakah terjadi refluks, aspirasi, atau keduanya.
  • Endoskopi. Sebelum dilakukan pemeriksaan, anak diberikan obat penenang terlebih dahulu, kemudan sebuah selang kecil yang fleksibel dengan kamera di ujungnya dimasukkan melalui mulut ke dalam esofagus dan lambung. Dengan pemeriksaan ini, dokter bisa melihat apakah refluks menyebabkan ulserasi atau iritasi dan apakah perlu mengambil contoh jaringan untuk biopsi.

Penanganan Refluks gastroesofageal pada anak

Pengobatan Refluks Gastroesofageal

Terapi yang diberikan untuk mengatasi refluks gastroesofageal tergantung dari usia dan gejala-gejala yang dialami oleh anak. Untuk bayi yang baru mengalami gumoh, mungkin tidak diperlukan terapi atau bisa diatasi dengan memberikan susu yang lebih kental, memberikan posisi yang tepat untuk mencegah terjadinya gumoh, dan sering menepuk punggung bayi agar bisa sendawa.

Bayi yang mengalami refluks harus diberi makan dalam posisi tegak atau setengah tegak dan kemudian dijaga tetap berada pada posisi tegak selama 30 menit setelah makan.

Jika tindakan mengubah asupan makan dan mengatur posisi tidak dapat mengatasi gejala, maka dokter mungkin akan memberikan obat untuk mengatasi refluks pada anak, seperti:

  • Obat-obat yang menetralkan atau menekan produksi asam lambung
  • Obat-obat yang memperbaiki motilitas saluran cerna, sehingga membantu meningkatkan kekuatan sfingter esofagus bagian bawah dan meningkatkan kecepatan pengosongan lambung. Pengosongan lambung yang lebih baik dapat menurunkan tekanan pada lambung, sehingga bisa mencegah terjadinya refluks.

Pada kasus yang jarang, refluks tidak merespons terapi dan sangat berat, sehingga perlu dilakukan operasi. Tindakan operasi yang paling sering dilakukan adalah fundoplikasi, dimana bagian atas lambung yang berhubungan dengan esofagus diperkuat sehingga menurunkan risiko terjadinya refluks.


Dokter Spesialis

Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.


Pencegahan Refluks Gastroesofageal

Bayi dengan alergi atau intoleransi makanan lebih baik menggunakan susu yang hipoalergenik.

Pada saat tidur, bagian kepala bisa ditinggikan sekitar 15 cm untuk mengurangi terjadinya refluks. Selain itu, pada anak-anak yang lebih besar, refluks gastroesofageal bisa dicegah dengan cara:

  • tidak makan 2-3 jam sebelum tidur
  • tidak minum minuman berkarbonasi atau yang mengandung kafein
  • tidak mengkonsumsi obat-obat yang memiliki efek anti-kolinergik
  • tidak makan makanan tertentu, misalnya coklat
  • tidak makan berlebihan
  • tidak merokok

Referensi

Referensi:

  • C, William J. Gastroesophageal Reflux in Children. Merck Manual Handbook. 2012.
  • J, Kimball. GERD and Acid Reflux in Infants and Children. Web MD. 2012.

Diperbarui 1 September 2023