Epistaksis (Mimisan)
Epistaksis atau lebih dikenal dengn mimisan adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab umum (kelainan sistemik/pembuluh darah). Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala suatu kelainan.
Jenis Epistaksis
Ada dua jenis pendarahan pada hidung:
- Perdarahan anterior (bagian depan). Merupakan jenis yang lazim terjadi.
- Perdarahan posterior (bagian belakang).
Penyebab Epistaksis
Penyebab Epistaksis (Mimisan)
Secara umum, penyebab mimisan dapat digolongkan menjadi penyebab lokal dan sistemik. Penyebab lokal berarti kondisi yang menyebabkan mimisan adalah dari dalam rongga hidung, sedangkan penyebab sistemik berarti terdapat kondisi penyakit umum yang salah satu gejalanya adalah perdarahan pada rongga hidung.
- Trauma lokal, misalnya setelah membuang ingus dengan keras, mengorek hidung, fraktur/patah tulang hidung, dll.
- Tumor, yang paling sering adalah tumor pembuluh darah yang timbul di rongga hidung yang biasanya ditandai dengan perdarahan yang hebat, atau tumor nasofaring dengan ciri perdarahan berulang ringan bercampur lendir.
- Idiopatik (tidak jelas), yang jumlahnya mencapai 85% dari kasus. Biasanya mimisan jenis ini bersifat ringan dan berulang pada anak dan remaja.
- Iritasi gas atau zat kimia atau udara panas.
- Keadaan lingkungan yang sangat dingin.
- Tinggal di daerah yang tinggi atau perubahan tekanan atmosfir.
- Benda asing.
Sedangkan beberapa penyebab mimisan yang bersifat sistemik diantaranya adalah:
- Hipertensi dan penyakit kardiovaskuler lainnya yang disinyalir merupakan penyebab tersering pada usia 60-70 tahun.
- Kelainan perdarahan seperti leukemia, hemofilia (kelainan faktor pembekuan darah), trombositopenia (kekurangan sel keping darah), dll.
- Infeksi, seperti demam berdarah, morbili, demam tifoid, dll.
- Gangguan keseimbangan hormon seperti kehamilan, menarche, dan menopause.
- Kelainan bawaan.
- Akibat konsumsi obat-obatan tertentu yang mengencerkan darah dan menghambat pembekuan darah seperti obat antikoagulan dan aspirin.
Gejala Epistaksis
Gejala Epistaksis (Mimisan)
Gejala mimisan yakni keluarnya darah dari lubang hidung, Terdapat dua sumber perdarahan yaitu bagian anterior dan posterior.
- Pada epistaksis anterior, perdarahan berasal dari pleksus kiesselbach (yang paling sering terjadi dan biasanya pada anak-anak) yang merupakan anastomosis cabang arteri ethmoidakis anterior, arteri sfeno-palatina, arteri palatine ascendens dan arteri labialis superior.
- Pada epistaksis posterior, perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri ethmoidalis posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada pasien usia lanjut yang menderita hipertensi, arteriosclerosis, atau penyakit kardiovaskuler. Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti spontan.
Anatomi Pembuluh Darah Hidung
Perdarahan yang hebat dapat menimbulkan syok dan anemia, akibatnya dapat timbul iskemia serebri, insufisiensi koroner dan infark miokard, sehingga dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu pemberian infuse dan tranfusi darah harus cepat dilakukan.
Kapan harus ke dokter?
Segeralah bawa diri anda atau keluarga anda kerumah sakit terdekat jika mengalami mimisan disertai:
- Mimisan berulang atau jumlah yang banyak
- Mimisan tidak kunjung berhenti berlangsung lebih dari 30 menit
- Memiliki riwayat tekanan darah tinggi atau penyakit komorbid lainnya
- Sakit kepala atau pusing
- Mengalami trauma atau cedera
- Demam
Diagnosis Epistaksis
Diagnosis Epistaksis (Mimisan)
- Diagnosis dinilai dari pemeriksaan fisik serta anamnesis pasien, Pemeriksaan penunjang bertujuan untuk menilai keadaan umum penderita, sehingga pengobatan dapat cepat dan untuk mencari penyebab
- Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan darah tepi lengkap, fungsi hemostatis, uji faal hati dan faal ginjal.
- Jika diperlukan pemeriksaan radiologik hidung, sinus paranasal dan nasofaring dapat dilakukan setelah keadaan akut dapat diatasi.
Penanganan Epistaksis
Penanganan Epistaksis (Mimisan)
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis.
- Menghentikan perdarahan secara aktif
Misalnya dengan pemasangan tampon dan kaustik. Penanganan ini lebih baik daripada memberikan obat-obatan hemostatik sambil menunggu epistaksis berhenti.
Pasien diminta duduk tegak (agar tekanan vaskular berkurang dan mudah membatukkan darah di faring). Bila dalam keadaan lemah atau syok, pasien dibaringkan dengan bantal di belakang punggung. Sumber perdarahan dicari dengan bantuan alat hisap agar hidung bersih dari bekuan darah. Kemudian, pasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan adrenalin dan lidokain atau pantokain untuk menghentikan perdarahan dan mengurangi rasa nyeri untuk tindakan selanjutnya. Biarkan 3-5 menit dan tentukan apakah sumber perdarahan di bagian anterior atau posterior.
Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dihentikan dengan cara menekan kedua cuping hidung ke arah dalam septum/pembatas hidung kanan dan kiri selama beberapa menit.
Cara menghentikan epistaksis dengan menekan cuping kearah dalam septum
Sumber: https://icloudhospital.com
- Perdarahan Anterior
Jika terlihat, sumber perdarahan ditetesi dengan larutan nitras argenti 20-30% (atau asam triklorasetat 10%) atau dipanasi dengan elektrokauter. Sebelumnya diberikan analgesik topikal.
Bila dengan cara ini perdarahan masih terus berlangsung, maka diperlukan pemasangan tampon anterior, yaitu kapas atau kasa menyerupai pita dengan lebar kurang lebih ½ cm, yang diberi vaselin atau salep antibiotik agar tidak melekat sehingga tidak terjadi perdarahan ulang saat pencabutan. Tampon anterior dimasukkan melalui nares anterior/lubang hidung, diletakkan berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga hidung, dan harus menekan tempat asal pendarahan. Tampon dipertahankan 1-2 hari.
Jika tidak ada penyakit yang mendasarinya, pasien diperbolehkan rawat jalan, dan diminta lebih banyak duduk serta mengangkat kepalanya sedikit pada malam hari. Pasien lanjut usia harus dirawat.
- Pendarahan Posterior
Terjadi bila sebagian besar darah yang keluar masuk ke dalam faring/tenggorokan, tampon anterior tidak dapat menghentikan perdarahan, dan pada pemeriksaan hidung tampak perdarahan di posterior superior/bagian atas belakang rongga mulut.
Perdarahan posterior lebih sukar diatasi karena perdarahan biasanya hebat dan sukar melihat bagian posterior dari kavum nasi/lubang hidung. Dilakukan pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq). Pasien dengan tampon posterior harus dirawat dan tampon dikeluarkan dalam waktu 2-3 hari setelah pemasangan.
- Selain itu dapat pula dipakai obat-obatan hemostatik/pemberhenti perdarahan seperti vitamin K atau karbazokrom.
Komplikasi Epistaksis (Mimisan)
Epistaksis dapat mengalami komplikasi, seperti:
- Sinusitis. Infeksi yang terjadi pada rongga sinus
- Septal hematoma. Kondisi dimana darah menumpuk diantara septum hidung (rongga yang membatasi lubang hidung kanan dan kiri).
- Perforasi septal. Kondisi dimana septum hidung mengalami perforasi atau terbentuknya lubang.
- Kelainan bentuk hidung (deformitas)
- Syok hipovolemik. Kondisi ini terjadi jika perdarahan yang hebat. Selain syok perdarahan yang hebat dapat menyebabkan aspirasi dan penyumbatan jalan napas. Kondisi ini merupakan kondisi yang dapat mengancam jiwa.
Prognosis Epistaksis (Mimisan)
Prognosis epistaksis bergantung dari penyebab yang mendasarinya. Secara keseluruhan, epistaksis memiliki prognosis yang baik. Mendapatkan penanganan yang tepat sesaui dengan penyebab yang mendasari sangat mempengaruhi prognosis. Namun, pada beberapa keadaan seperti mempunyai penyakit yang mendasari maka prognosis dapat berubah.
Informasi Produk Terkait Epistaksis (Mimisan)
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Pencegahan Epistaksis (Mimisan)
Beberapa saran untuk mencegah mimisan antara lain:
- Tidak mengorek hidung terutama bila kuku panjang.
- Jangan membuang ingus terlalu keras.
- Menggunakan semprot hidung berisi larutan garam normal sebelum tidur untuk menjaga kelembaban rongga hidung.
- Menggunakan masker bila bekerja di ruang yang banyak zat kimia yang dapat mengiritasi seperti di laboratorium.
- Tidak merokok, karena asap rokok juga bersifat iritatif terhadap lapisan rongga hidung.
Referensi
Referensi:
- Kapita Selekta Kedokteran Jilid Ketiga,Epistaksis,2001
- Mayo-Clinic, Epistaksis,2012
- Medscape. What is the prognosis of epistaxis (nosebleed). 2022
Diperbarui 31 Januari 2024