Sindroma Tourette
Sindroma Tourette merupakan gangguan yang bersifat diturunkan (herediter) yang ditandai dengan adanya tic (gerakan berulang-ulang yang tidak dapat dikendalikan) sederhana dan kompleks pada otot dan suara yang sering terjadi sepanjang hari selama minimal satu tahun.
Penyebab Sindroma tourette
Penyebab Sindroma Tourette
Penyebab sindroma Tourette belum diketahui, tetapi diperkirakan berasal dari kelainan dopamin atau neurotransmitter otak lainnya.
Terdapat faktor genetik, tetapi bagaimana peran pasti dan gen apa yang terkait belum diketahui.
Gejala Sindroma tourette
Gejala Sindroma Tourette
Sindroma Tourette seringkali dimulai dengan tic sederhana pada otot, seperti menyeringai, menyentak-nyentakkan kepala, dan berkedip-kedip.
Orang-orang dengan sindroma Tourette dapat berulang kali menggerakkan kepala dari satu sisi ke sisi yang lain, mengedip-ngedipkan mata, membuka mulut, dan meregangkan leher.
Gangguan dapat berkembang menjadi tics kompleks, meliputi tics vokal, memukul, menendang, dan sentakan-sentakan dalam bernapas yang tidak teratur dan tiba-tiba.
Tics vokal dapat dimulai sebagai suara dengkuran, dengusan, senandung, atau suara menyalak dan berkembang menjadi umpatan-umpatan kompulsif yang tidak disadari.
Beberapa orang dengan sindroma Tourette bisa berteriak kacau, mencaci maki, atau mengatakan kata-kata kotor.
Ucapan-ucapan ini terkadang salah dianggap disengaja, terutama pada anak-anak. Namun, sekitar 85% orang-orang dengan sindroma Tourette tidak mengalaminya.
Orang-orang dengan sindroma Tourette seringkali mengalami kesulitan dan merasa cemas untuk masuk ke dalam situasi sosial.
Diagnosis Sindroma tourette
Diagnosis Sindroma Tourette
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala-gejala yang ada. Diagnosis dini dapat membantu orang tua untuk mengerti tics pada anak-anak mereka bersifat tidak disengaja dan hukuman kepada anak tidak akan menghentikan tics tersebut dan bahkan membuatnya lebih buruk.
Penanganan Sindroma tourette
Penanganan Sindroma Tourette
Jika gejala-gejala yang terjadi ringan, maka tidak perlu pemberian obat-obatan.
Untuk gejala yang berat, bisa digunakan obat anti-psikotik untuk menekan tics. Obat diberikan dengan dosis terendah yang dapat mengendalikan tics.
Efek samping dari obat anti-psikotik yang dapat terjadi antara lain:
- Gejala-gejala yang mirip dengan penyakit Parkinson (parkinsonism)
- Kegelisahan
- Kekakuan pada otot
- Kontraksi otot yang tidak disadari dan berlanjut (dystonia)
- Peningkatan berat badan
- Penglihatan kabur
- Mengantuk
- Lambat dalam berpikir
- Dyskinesia tardive, yang terdiri dari gerakan-gerakan involunter yang berulang dan bisa menetap, meskipun setelah obat dihentikan. Secara tidak disadari, lengan atau tungkai menggeliat, lidah terjulur, dan bibir mencucu.
- Sindroma neuroleptik maligna (jarang terjadi tetapi lebih serius), yaitu berupa demam tinggi, tekanan darah tinggi, rusaknya otot, dan koma.
Suntikan toksin botulinum pada otot-otot yang menghasilkan tics dapat mengurangi gerakan-gerakan abnormal, yaitu dengan melumpuhkan otot.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Referensi
Referensi:
E, David. P, Michael. Tics. Merck Manual Home Health Handbook. 2007.
www.nytimes.com (Gambar Cover)