Kecanduan Narkotika
Kecanduan narkotik adalah ketergantungan fisik dan psikologis yang kuat, suatu keinginan yang kuat untuk terus menerus menggunakan narkotika. Karena ada toleransi, maka untuk menghasilkan efek yang sama, dosisnya harus ditingkatkan dan untuk mencegah gejala putus obat, maka diperlukan pemakaian terus menerus dari narkotika yang sama atau yang mirip.
Toleransi dan gejala putus obat yang ringan dapat terjadi dalam waktu 2-3 hari dari pemakaian yang berkelanjutan. Gejala putus obat terjadi ketika obat dihentikan. Pecandu yang telah mengalami toleransi mungkin hanya menunjukkan sedikit gejala dari obat yang digunakan dan bisa beraktivitas secara normal di dalam kehidupan sehari-hari selama mengkonsumsi narkotik.
Orang yang mendapat narkotik untuk mengobati nyeri yang hebat, memiliki risiko yang sangat kecil untuk menjadi seorang pecandu jika mereka menggunakannya sesuai dengan yang diresepkan.
Penyebab Kecanduan narkotika
Penyebab Kecanduan Narkotika
Obat-obat narkotika bekerja dengan menstimulasi sistem saraf pusat. Penyalahgunaan narkotik terjadi akibat adanya efek euforia dan sedasi yang dihasilkan narkotik pada sistem saraf pusat. Pecandu mengalami perasaan yang sangat nikmat (seperti orgasmik) diikuti oleh kegembiraan, relaksasi, dan kemudian sedasi atau tidur.
Seperti banyak gangguan psikologis lainnya, kecanduan dan ketergantungan obat juga tergantung pada beberapa hal. Dua faktor utama yang mempengaruhinya yaitu:
- Faktor genetik. Saat orang pertama kali mulai menggunakan obat-obatan, maka perkembangan menjadi adiksi atau ketergantungan bisa dipengaruhi oleh sifat-sifat yang diturunkan dalam keluarga.
- Faktor lingkungan, misalnya kepercayaan dan perilaku dalam keluarga, atau paparan dengan teman sebaya yang mendorong untuk menggunakan obat-obat terlarang.
Gejala Kecanduan narkotika
Gejala Kecanduan Narkotika
Narkotik yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri bisa mempunyai efek yang lain:
- konstipasi (sembelit)
- kulit atau wajah yang kemerahan dan tekanan darah rendah
- gatal
- pupil mata yang mengecil
- pusing
- pernapasan yang lambat dan dangkal
- detak jantung menjadi lambat
- penurunan suhu tubuh
Narkotik juga dapat menimbulkan euforia (gembira yang berlebihan).
Gejala putus obat pada awalnya membuat penderita merasa cemas dan sangat menginginkan obat-obat yang biasa ia pakai. Napas menjadi cepat, biasanya disertai dengan menguap, berkeringat, mata berair, hidung meler, pupil mata melebar, dan kram perut.
Kemudian penderita menjadi hiperaktif dan teragitasi, kewaspadaan meningkat, detak jantung bertambah cepat, dan timbul gejala-gejala lain seperti merinding, gemetar (tremor), kejang otot, demam, menggigil, nyeri otot, hilangnya nafsu makan, dan diare. Gejala putus obat pada orang yang telah menggunakan narkotik dalam dosis yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama biasanya lebih buruk.
Komplikasi
Berbagai komplikasi selain gejala putus obat bisa terjadi akibat penyalahgunaan narkotik, terutama bila obat dipakai dengan jarum yang tidak steril dan digunakan bersama-sama.
- Virus Hepatitis bisa menyebar melalui jarum yang digunakan secara bersama-sama. Infeksi ini bisa menyebabkan kerusakan hati.
- Infeksi tulang, juga bisa terjadi karena pemakaian alat suntik yang tidak steril.
- Luka-luka atau infeksi pada kulit akibat suntikan obat terlarang
- Masalah paru-paru, seperti iritasi karena penghisapan, infeksi paru, abses, emboli paru, atau terbentuknya jaringan parut pada paru.
- HIV bisa menyebar melalui jarum yang dipakai bersama-sama.
- Organisme infeksius dalam jarum yang tidak steril kadang bisa menginfeksi otak.
- Infeksi kelenjar getah bening.
- Terbentuknya bekuan darah.
Overdosis obat-obatan merupakan ancaman jiwa yang serius, terutama karena narkotik dapat menekan pernafasan dan menyebabkan paru-paru terisi dengan cairan. Pemakaian heroin konsentrasi tinggi, yang disuntikkan maupun dihirup, bisa menyebabkan overdosis dan kematian.
Penggunaan narkotik selama kehamilan adalah masalah yang sangat serius. Heroin dan metadon dengan mudah melintasi plasenta masuk ke dalam janin. Janin yang lahir dari ibu pecandu narkotik, dengan cepat akan mengalami gejala putus obat (gemetar, menangis dengan nada yang tinggi, kejang dan laju pernafasan yang cepat). Ibu yang terinfeksi HIV atau hepatitis B bisa menularkan virusnya ke janin.
Diagnosis Kecanduan narkotika
Diagnosis Kecanduan Narkotika
Diagnosis awal didasarkan dari tanda dan gejala yang ada. Pemeriksaan fisik dan laboratoris (seperti pemeriksaan air kemih) bisa dilakukan untuk memeriksa kandungan obat di dalam tubuh dan untuk melihat apakah terjadi komplikasi akibat pemakaian obat.
Informasi dari teman dan keluarga atau adanya bukti (seperti jarum suntik atau botol pil) bisa menjadi petunjuk penting tentang adanya pemakaian dan penyalahgunaan obat pada penderita.
Penanganan Kecanduan narkotika
Pengobatan Kecanduan Narkotika
Overdosis narkotik merupakan kedaruratan medis yang harus segera diatasi untuk mencegah kematian. Overdosis bisa menekan pernafasan dan cairan bisa terkumpul dalam paru-paru, sehingga diperlukan alat bantu napas (ventilator).
Gejala putus obat yang akut bisa berat dan berlangsung selama beberapa hari, meskipun pada akhirnya akan mereda. Gejala yang tidak menyenangkan akan menimbulkan keinginan yang kuat untuk kembali minum obat.
Menggantikan narkotik dengan metadon merupakan metoda pengobatan gejala putus obat yang paling banyak digunakan. Pecandu harus datang setiap hari ke dokter untuk mendapatkan metadon. Jika dosisnya sudah stabil (diperkirakan tidak akan menimbulkan gejala putus obat yang berat), maka dosis metadon biasanya dikurangi secara bertahap. Hal ini menyebabkan pecandu terbebas dari gejala putus obat yang akut tetapi tidak mencegah pemakaian heroin kembali.
Penghentian metadon kadang-kadang dapat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan, seperti nyeri otot bagian dalam (nyeri tulang). Pecandu yang berhenti menggunakann metadon biasanya merasa kalap dan sulit tidur. Reaksi putus obat akan menghilang setelah sekitar 7-10 hari, tetapi kelemahan, sulit tidur dan kecemasan yang berat bisa menetap sampai beberapa bulan.
Konsep terapi komunitas muncul sekitar 25 tahun yang lalu sebagai jawaban dari masalah ketagihan heroin. Pengobatan dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama (biasanya 15 bulan) di suatu rumah tinggal untuk membantu pecandu membangun hidup baru melalui latihan, pendidikan dan pengarahan kembali.
Wabah AIDS telah mendorong beberapa orang untuk memakai jarum suntik yang steril. Hal ini telah terbukti dapat mengurangi penyebaran HIV.
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Pencegahan Kecanduan Narkotika
Cara yang paling baik untuk mencegah ketergantungan pada obat-obat terlarang adalah dengan tidak menggunakan obat-obat tersebut sama sekali.
Cara mencegah penyalahgunaan obat pada anak-anak:
- Komunikasi. Bicarakan pada anak-anak Anda mengenai risko dari penyalahgunaan obat-obat terlarang
- Jadilah pendengar yang baik, misalnya saat anak bercerita mengenai tekanan yang ia dapat dari teman sebaya dan berikan dukungan pada usahanya untuk tidak terpengaruh dengan teman-temannya
- Jadilah panutan yang baik. Jangan menggunakan atau ketergantungan pada obat-obat terlarang atau alkohol. Anak-anak dengan orang tua pecandu lebih berisiko untuk mengalami ketergantungan obat
- Perkuat ikatan antara orang tua dan anak. sehingga akan mengurangi risiko anak untuk menyalahgunakan obat-obat
Referensi
Referensi:
- H, Rob. Narcotic Abuse. Web MD. 2012.
- Mayo Clinic. Drug Addiction. 2011.
- O, Patrick G. Opoids. Merck Manual Home Health Handbook. 2009.