Kejang Demam
Kejang Demam (Febrile Convulsion) adalah kejang yang terjadi pada bayi atau anak-anak akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat maupun kelainan saraf lainnya.
Seorang anak yang mengalami kejang demam bukan berarti ia menderita epilepsi, karena kejang pada epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam.
Kejang demam terjadi pada sekitar 2-5% anak yang berusia kurang dari 6 tahun, tetapi paling sering terjadi pada anak-anak yang berusia 6 bulan - 3 tahun. Kejang demam cenderung diturunkan dalam keluarga.
Kejang demam bisa membuat keluarga cemas, tetapi sebetulnya tidak berbahaya. Namun, selama kejang berlangsung, ada kemungkinan bahwa anak akan mengalami cedera karena terjatuh atau tersedak makanan maupun ludahnya sendiri. Belum bisa dibuktikan bahwa kejang demam bisa menyebabkan kerusakan otak. Penelitian menunjukkan, anak-anak yang pernah mengalami kejang demam memiliki prestasi dan kecerdasan yang normal di sekolahnya.
95-98% dari anak-anak yang pernah mengalami kejang demam tidak berlanjut menjadi epilepsi. Tetapi beberapa anak memiliki risiko tinggi menderita epilepsi, jika:
- kejang demam berlangsung lama
- kejang hanya mengenai bagian tubuh tertentu
- kejang demam yang berulang dalam waktu 24 jam
- anak menderita cerebral palsy, gangguan pertumbuhan atau kelainan saraf lainnya.
Penyebab Kejang demam
Penyebab Kejang Demam
Sebagian besar kejang demam terjadi karena adanya perubahan drastis suhu tubuh yang tiba-tiba, dan paling sering terjadi pada hari pertama demam.
Infeksi Virus atau Bakteri
Biasanya, demam yang memicu terjadinya kejang demam disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri pada anak, misalnya infeksi saluran nafas atau infeksi telinga. Pada infeksi yang ringan, infeksi dan kejang demam itu sendiri tidak berbahaya. Namun, terkadang bisa terjadi infeksi yang mengancam nyawa, misalnya infeksi pada otak (ensefalitis) atau selaput otak (meningitis) yang bisa menimbulkan kejang dan juga demam pada anak. Penyakit ini juga bisa menimbulkan kejang tanpa demam pada anak.
Kejang Pasca Imunisasi
Risiko kejang demam bisa meningkat setelah anak mendapatkan imunisasi tertentu, misalnya imunisasi DPT atau MMR. Demam yang tidak terlalu tinggi terkadang bisa terjadi setelah anak mendapatkan imunisasi. Jika terjadi kejang demam, maka hal ini disebabkan oleh demam yang timbul setelah imunisasi, bukan akibat imunisasi itu sendiri.
Kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan (faktor genetik).
Gejala Kejang demam
Gejala Kejang Demam
Gejala-gejala pada anak yang mengalami kejang demam antara lain:
- terdapat demam, dengan suhu tubuh lebih dari 38oC
- hilang kesadaran, anak tidak merespons panggilan orang tuanya
- mata mendelik ke atas
- timbul kejang, tubuh anak berguncang, tangan dan kaki tersentak-sentak
- terkadang anak tidak bernapas, dan bisa menjadi biru
- anak bisa muntah atau menggigit lidahnya
- anak bisa menangis atau merintih
- inkontinensia. Anak bisa mengompol atau buang air besar di luar kesadarannya.
Kejang demam bisa dibagi menjadi:
- Kejang demam sederhana, merupakan jenis kejang demam yang paling sering terjadi. Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai 15 menit. Kejang demam tidak berulang dalam waktu 24 jam sesudahnya. Kejang yang terjadi bersifat menyeluruh dan tidak hanya mengenai pada satu bagian tubuh tertentu.
- Kejang demam kompleks. Kejang demam berlangsung lebih dari 15 menit, terjadi lebih dari satu kali dalam waktu 24 jam, atau kejang terbatas pada satu sisi tubuh anak.
Setelah kejang biasanya anak akan kembali sadar. Namun anak tidak ingat apa yang telah terjadi. Beberapa anak bisa mengantuk dan ada juga yang menjadi linglung (sementara dan sifatnya ringan).
Diagnosis Kejang demam
Diagnosis Kejang Demam
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang pada seorang anak yang mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh yang diukur untuk memastikan adanya demam. Kemudian dilakukan pemeriksaan untuk menemukan penyebabnya (pemeriksaan fisik, darah, dan air kemih).
Kejang demam biasanya tidak memerlukan pemeriksaan untuk kejang lebih lanjut, seperti EEG, CT scan kepala, dan punksi lumbal. Pemeriksaan bisa dilakukan jika:
- kejang terjadi pada anak yang berusia kurang dari 9 bulan dan lebih dari 5 tahun
- anak memiliki gangguan pada otak, saraf, atu perkembangan'
- kejang terbatas pada satu bagian tubuh
- kejang berlangsung lebih dari 15 menit
- anak mengalami lebih dari satu kali kejang demam dalam waktu 24 jam
- anak memiliki temuan abnormal saat diperiksa, misalnya adanya kemungkinan infeksi pada sistem saraf pusat
Penanganan Kejang demam
Penanganan Kejang Demam
Hal-hal yang perlu dilakukan saat terjadi kejang:
- Letakkan anak pada tempat yang aman. Anak bisa diletakkan di lantai dengan dialasi oleh selimut tebal.
- Singkirkan benda-benda yang bisa membuat anak cedera
- Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher. Jika mungkin, buka atau lepas pakaian dari pinggang ke atas
- Jika anak muntah, atau banyak air ludah atau lendir di dalam mulut, posisikan anak miring ke samping, sehingga cairan bisa mengalir keluar dan anak tidak tersedak. Selain itu, posisi ini juga mencegah lidah menghalangi jalan napas.
- Jangan coba untuk memasukkan apapun ke dalam mulut anak untuk mencegah anak menggigit lidahnya, karena hal ini meningkatkan risiko terjadinya cedera dan sumbatan saluran napas.
- Jangan coba untuk menahan atau menghentikan gerakan-gerakan kejang dengan memegangi anak
- Jangan mencoba memberikan obat-obat penurun panas saat anak kejang, karena berisiko untuk tersedak.
- Sebagian besar kejang demam akan berhenti dengan sendirinya dalam waktu beberapa menit (kurang dari 15 menit).
- Anak harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat jika kejang masih berlangsung lebih dari 10 menit, kejang berulang, anak mengalami kesulitan bernafas atau tubuh membiru, dan anak tampak letargis.
- Setelah itu, penyebab demam juga perlu diketahui dan diatasi dengan membawa anak ke dokter.
Demam pada anak bisa diatasi dengan cara:
- Memberikan obat penurun panas, misalnya Ibuprofen. Aspirin sebaiknya tidak digunakan untuk mengobati demam pada anak-anak karena berisiko untuk terjadinya sindroma Reye.
- Mengkompres anak. Jangan mengkompres anak dengan air dingin atau alkohol karena bisa membuat demam bertambah parah.
Informasi Produk Terkait Kejang Demam
Dokter Spesialis
Untuk informasi atau penanganan penyakit ini, konsultasikan lebih lanjut dengan dokter.
Pencegahan Kejang Demam
Pada sebagian besar kasus, kejang demam terjadi pada beberapa jam pertama saat anak demam, di mana terjadi peningkatan suhu tubuh. Kejang bisa terjadi jika suhu tubuh naik atau turun dengan cepat. Pada sebagian besar kasus, kejang bisa terjadi tanpa diduga atau tidak dapat dicegah.
Cara untuk membantu menurunkan risiko terjadinya kejang demam pada anak:
- Berikan obat penurun panas saat anak demam
- Pastikan anak minum cukup cairan
- Pastikan anak tidak berpakaian terlalu tebal, untuk membantu mengendalikan demam
- Penggunaan obat-obat anti-kejang sebagai pencegahan tidak dianjurkan secara umum, karena ada risiko terjadinya efek samping dari pemakaian obat-obat ini, antara lain kesulitan dalam belajar, gangguan tidur, rewel, hiperaktivitas dan gangguan napas.
Referensi
Referensi:
- D, David C. Febrile Seizures. Medline Plus. 2010.
- D, Yamini. Febrile Seizures. Kids Health. 2012.
- M, Margaret C. Seizures in Children. Merck Manual Home Health Handbook. 2009.
- Mayo Clinic. Febrile Seizures. 2012.
- www.childneurologyfoundation.org (gambar cover)